Membahas hal ini sebenarnya agak
sulit bagi saya, sebab untuk benar-benar membahas tema ini. Kita harus
benar-benar memiliki pemahaman yang kuat dan bukan untuk mencari pembelaan
saja. Khususnya pemahaman mengenai definisi dari judi ini sendiri. Apa yang kita
pahami mengenai judi? Jika judi sebagai sesuatu yang membuat orang-orang yang
memainkannya menjadi memiliki harapan untuk selalu menang dan menguntungkan
diri sendiri dari kepemilikan orang lain, maka itu sifatnya tidak membangun dan
bahkan egois seperti yang disampaikan dalam teks kita saat ini.
Namun, yang menjadi pertanyaan
adalah apakah permainan kartu dan permainan billiard juga merupakan judi? Bagi
saya, tidak. Seseorang yang mengikuti permainan kartu dan permainan billiard
itu bukan judi. Tetapi seseorang yang bermainkan kartu dan memasangkan taruhan
yang begitu berat untuk mengalahkan dan mengambil harta milik orang lain, itu
adalah judi. Apakah permainan bola itu judi? Ketika seseorang memasang taruhan
dengan orang lain untuk mendukung tim yang satu, maka itulah yang disebut judi.
Jadi apa standarnya? Tidak ada! Karena kita adalah manusia yang seyogianya sebagai orang-orang yang percaya dan
menerima keselamatan untuk hadir di dunia sebagai terang dan garam. Hal
remeh-temeh ini sebenarnya bukan lagi sesuatu yang harus dibahas. Kita tau
sejauh mana permainan-permainan itu bisa dikatakan merugikan orang lain, dan
membangun orang lain. Apakah ketika seorang menanam tanamannya dan
berpengharapan agar tumbuhan tersebut bisa bertumbuh dengan subur dan berkembang
dengan melihat setiap kemungkinan dan peluang juga dikatakan berjudi?
Dalam pelayanan PI, saya pernah
bermain gaplek kesuatu kedai kopi. Lalu saya melihat seorang disitu yang sudah tua dan
terkenal hebat bermain gaplek. Lalu saya berkenalan
sambil bercerita cerita dengan dia, nama permainannya “Buka-Tutup”. Jadi aku
dan hanya dia yang bermain. Selama permainan kami ngobrol panjang lebar. Sampai
akhirnya ia menanyakan siapa aku, lalu permainanpun diberhentikan. Karena dia
segan bermain dengan aku. Apa yang ingin saya sampaikan dari kisah ini?
Pesannya adalah jangan terlalu menutup diri pada satu pemahaman saja.
Terbukalah dalam melihat sesuatu. Mungkin jika saya tidak memulai percakapan
saya lewat dari permainan tersebut, mungkin saya tidak akan pernah mengenal dan
mengetahui siapa dia. Bahkan mungkin bila saya tidak masuk dan menganggap kedai
kopi ditempat itu sebagai sesuatu yang haram, saya tidak akan pernah berbicara
tentang kebenaran kepadanya.
Marilah untuk lebih realistis melihat sesuatunya bukan
dari hitam dan putih. Bukan dari mana yang salah dan benarnya. Jadi jangan
tanyakan apakah manusia itu boleh berjudi, tapi tanyalah “Mau jadi apakah manusia
yang berjudi dan hanya mementingkan dirinya sendiri?”. “Mau menjadi Manusia
seperti apakah anda?”.
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan.Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya(Galatia 6:7)
Komentar
Posting Komentar