DenganMu, Aku Tenang (Kisah Para Rasul 12:6-17)



Saya teringat apa yang disampaikan oleh seorang yang saya jumpai di suatu terminal. Seseorang yang menurut kesaksiannya tidak beribadah ke Gereja selama 52 Tahun. Ia terbiasa menghantarkan orang pergi ke Gereja, namun ia tidak pernah sampai di dalamnya. Ia berkata kepada saya, bahwa dalam setiap langkahnya ia yakin bahwa Tuhan menyertainya. Keyakinan yang menurut saya menjadi pelajaran yang baik dalam hidup saya. Mengingat perjumpaan saya dengannya, sangatlah menakutkan. Saya melewati suasana yang gelap dan sempit. Bahkan suara botol plastik yang saya injak membuat saya gemetaran. Tapi ketika bapak tersebut menyampaikan hal itu, saya semakin yakin bahwa Tuhan bekerja, Tuhan mendengar dan Tuhan bersama kita. Keyakinan yang mungkin pula ada dalam diri seorang Petrus dan jemaatnya. Hal ini saya lihat dari beberapa sikap yang muncul dalam teks
Pertama, sikap Petrus untuk tidur tenang adalah sikap yang menurut saya menarik sekali untuk dibahas. Mengapa? Karena sikap tersebut menunjukan ketenangan dan kepercayaan yang penuh, bahwa Tuhan melihat situasi dan kondisinya. Walaupun saya menyadari, bila Petrus tidak bisa tidur tenangpun saya akan memakluminya. Karena ketidaknyamanan tidur ditempat yang berbeda, bahkan dikaitkan dengan dua rantai. Bahkan bila dipikir-pikir lebih lagi, ada peristiwa Yakobus yang juga mati di pemerintahan yang sama.  Sementara banyak orang tidak mampu melakukan hal tersebut. Banyak orang yang mungkin tidak terpenjara seperti Petrus, tetapi mereka terpenjara di balik dinding putih di rumah sakit, karena terserang oleh penyakit yang sudah sangat kronis. Ada banyak orang yang dipenjarakan oleh berbagai macam kesulitan dan persoalan hidup sehari-hari. Baik itu persoalan dalam kehidupan rumah tangga, pekerjaan, ekonomi, studi dan lain sebagainya. Suatu kondisi yang membuat seorang merasa tidak berdaya dan amat tersiksa bahkan untuk tidur tenang seperti yang Petrus lakukan pun tidak sanggup. Apa yang memebedakannya? Menurut saya yang membedakanya adalah soal iman dan keyakinan pada rancangan Tuhan. Itu yang membedakanya dengan orang-orang yang untuk tidur saja, sangat susah.

Kedua sikap yang menarik dari peristiwa ini, ketika Petrus dipenjara. Jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah. Apakah mereka tidak mampu untuk bersuara? Apakah mereka tidak mampu untuk memberontak. Dalam Kis 2:41, disebutkan jumlah mereka bertambah 3000 orang, setelah mendengarkan kesaksian Petrus mengenai Yesus. Lalu apakah 3000 orang ini jumlah yang sedikit untuk memberontak kepada pemerintahan saat itu? Saya rasa jumlah tidak sedikit. Tapi itu bukanlah pilihan jemaat untuk merespon tindakan yang dilakukan oleh Raja Herodes. Mereka lebih memilih berdoa dan menyerahkannya kepada Tuhan. Sikap yang sangat menarik. Karena tidak dituliskan bahwa ini menjadi pilihan terakhir (lih. Kis 12:5). Apakah setiap orang mampu menjadikan doa sebagai pilihan utama dari persoalan kehidupan? Pengalaman saya memperlihatkan bagaimana banyak orang menjadikan doa sebagai pilihan terakhirnya. Makanya sering kali saya mendengar orang berkata “Kita sudah berusaha, dokter sudah bekerja. Sekarang tinggal doa kita lagi lah yang mampu menolong”. Padahal, Yakobus 5:16b menyatakan bahwa “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”. Jika doa saja menjadi pilihan terakhir, apakah kita sudah benar-benar mengungkapkan setiap doa kita dengan yakin pula pada Tuhan? Saya justru meragukannya. Walaupun setiap orang dengan yakin mampu mengatakan bahwa kuasa Allah tidak terbatas pada logika dan pikiran manusia. Tapi kehidupan sehari-hari, logika dan pikiran manusia menjadi suatu yang paling pertama. Sementara Petrus tidak bisa keluar dengan logika dan pikiran manusia, ia keluar karena Tuhan yang mendengar setiap doa umatnya. Tuhan mendengar dan bekerja sesuai dengan kehendaknya yang terbaik. Ia tidak pernah terlembat. Dia membebaskan Petrus tepat pada malam sebelum Petrus di jatuhi hukuman pada keesokan harinya.
Terakhir, respon Jemaat ketika berjumpa dengan Petrus yang telah bebaspun menjadi menarik perhatian saya. Karena, Petrus tidak merasa bahwa dirinya sedang melarikan diri, tetapi berangkat. Dan Jemaat saat itupun tidak menyangka akan kehadiran Petrus. Respon yang sangat menarik dari mereka, karena bagi saya respon ini adalah hasil dari doa yang tidak memaksakan kehendak. Berserah secara penuh dan total. Tidak peduli tentang jawaban apa yang akan diberikan Tuhan pada setiap jawaban doa mereka. Sehingga mereka dapat merasakan kejutan-kejutan yang indah dari pada Tuhan.
Lalu bila renungan ini dikembalikan kepada hidup kita. Apakah kita benar-benar merasa didengarkan? Apakah kita benar-benar merasa bahwa Tuhan bekerja atas kita? Apakah kita benar-benar yakin bahwa Tuhan bersama dengan kondisi dan situasi seperti apapun kita?

Tahukah kita? Jika kita bangun pagi hari ini dengan tubuh yang sehat.. maka sebenarnya kita lebih diberkati daripada jutaan orang yang tidak dapat bertahan hidup pada minggu ini. Jika kita tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian dipenjara, atau menderita kelaparan.. maka kondisi kita lebih baik daripada 500 juta orang di dunia. Jika kita berdoa kemarin dan hari ini.. kita adalah orang yang jarang ditemui karena kita percaya Tuhan mendengar dan menjawab doa kita.
Bila kita hidup, kita hidup untuk Tuhan dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Lalu mengapa untuk tidur saja kita tidak nyenyak?
Seorang yang saat ini sedang bermasalah dalam keyakinan dalam keluarganya, memberikan pelajaran yang berharga pula buat saya. Ia mengatakan bahwa ia secara KTP tidak lagi hidup dalam agamanya. Istri dan anak-anaknya melakukan kewajiban agama yang berbeda dengan kita. Namanya Imanuel, bahkan untuk memegang namanya saja, ia merasa berat. Tetapi, dia menjadi seorang yang membuat saya tersenyum dengan yakin bahwa Tuhan tetap bekerja, mendengar dan bersamanya. Itu ketika dia berkata bahwa dalam setiap masalahnya Yesus selalu memberikan ketenangan, mungkin tidak jawaban yang sesuai dengan ia harapakan. Tapi ketenangan itu ada dalam diri Yesus. Terlepas dari semua kesalahanya, terlepas dari semua situasinya. Ia mampu lebih sering tidur dengan nyenyak beralaskan bangku-bangku penumpang dalam bus tanpa istri dan anak-anaknya. Sementara ada banyak orang yang diizinkan untuk tidur di kasurpun tidak mampu tidur lebih nyenyak darinya.

Komentar