“Propaganda Rusia” sepertinya menjadi topik pembicaraan yang masih
hangat untuk saat ini. Istilah ini menggambarkan tentang bagaimana kelompok
atau oknum yang mengeluarakan pesan atau informasinya disebarkan dengan
jumlah yang sangat tinggi; dan di dalam setiap informasi tersebut kebenarannya
masih sangat dipertanyakan atau bahkan hanya berupa fiksi-fiksi saja. Hal ini
dikeluarkan dibuat banyak hal seperti dalam saluran berita, baik berupa teks,
audio, video, dan segala macam media. Sebab dengan ragamnya media yang
digunakan, maka masyarakat lebih mudah terpengaruhi. Terlebih informasi
tersebut mendukung dan memiliki kesamaan karakteristik dengan kita, maka
informasi akan lebih mudah dipercaya. Bahkan hal tersebut tidak dilakukan dalam
sekali saja, melainkan secara berulang-ulang dan konstan. Tanpa memiliki
komitmen pada suatu fakta yang ada dan diakui saat ini. Alhasil, muncul
“Confirmation Bias” dalam benak banyak masyarakat. Terbukti, salah satu calon
presiden dalam suatu negara berhasil menggunakan cara ini untuk menduduki
bangku pemerintahan. Propaganda seperti ini juga bukan hal yang baru, seperti
halnya yang dilakukan Mahkamah Agung dengan membayar kepada serdadu-serdadu untuk
berkata kepada orang-orang bahwa Yesus itu tidak bangkit, melainkan
murid-muridnya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika mereka sedang tidur. (Bdk.
Mat 28:11-15). Karena itu tidak heran sampai saat ini orang-orang juga masih
ada memiliki keraguan tentang kebangkitan dari Yesus Kristus.
Walaupun, dalam beberapa
hal kita juga harus hati-hati menggunkaan istilah ini. Sebab tidak semua yang menggunakan
isu-isu berbeda dari apa yang kita lihat, sebagai suatu ketidakbenaran. Karena dalam
beberapa hal, orang memang hidup dalam realitas yang berbeda, sesuai dengan
sudut pandangnya. Misalnya seperti seorang yang terbiasa menggunakan piring
sebagai tempat untuk makan nasi dan sendok sebagai alat untuk memakannya, akan
dikatakan “keliru” oleh sekelompok orang-orang menganggap mangkuk sebagai
tempat nasi dan sumpit menjadi alat untuk memakannya. Ini tentang realita yang
muncul dan dihidupi secara berbeda-beda. Karena itu hal ini bukanlah sesuatu
untuk kita perdebatkan dan mengatakan orang lain langsung secara bohong. Terlalu
dini untuk kita mengatakan orang lain yang berbeda pandangan dengan kita
sebagai seoorang yang berdusta. Justru kita harus merendahkan hati dan melihat
mengapa orang tersebut mengatakan hal demikian, sebelum kita menyebut mereka
sebagai orang yang menebarkan kebohongan. Sebab kebenaran yang kita miliki
bukan untuk mendiskriminasi ataupun menjatuhkan orang lain yang memiliki
pandangan dan hidup dalam realita yang berbeda. Terlebih dalam perkembangan
dunia saat ini, ketika banyak orang yang memiliki dunia dan realitanya
masing-masing. Justru hal yang paling mungkin untuk kita lakukan adalah
merendahkan hati dan mencoba bertukar pikiran dalam sebuah dialog yang saling
menghargai.
Tentu ini bukan hal yang
mudah, mengingat isu-isu ini juga terkadang sudah sampai pada penyerangan
pribadi-pribadi dan membuat keresahan diberbagai masyarakat. Karena itu,
penulis Matius juga mengingatkan kisah dimana Yesus mengutus setiap dari kita
untuk memberitakan berita yang berbeda dan mengimbangi berita-berita yang telah
disebarkan oleh serdadu-serdadu tersebut (Mat. 28:16-20). Yah,
demikian jugalah untuk kita saat ini. Kita harus menjadi peribadi-pribadi yang
rendah hati untuk mau melihat, mendengar dan menganalisa secara bijak. Sebab hanya
hal ini yang dapat membantu meredamkan situasi-situasi demokrasi saat ini lebih
damai dan berkualitas. Bukan malah menjadi pemicu baru, dengan menyebarkan dan
membagikan postingan-postingan ujaran kebencian, sehingga membuat kita juga ikutan
masuk didalamnya.
Kegiatan-kegiatan yang
termasuk dalam istilah “Propaganda Rusia”
ini tidak akan berkembang begitu pesat, jika kita tidak meresponnya dengan amarah
yang berlebihan. Seperti mengcounter
isu tersebut dengan kebencian pula pada mereka. Karena hal itu adalah perbuatan
yang sia-sia. Mereka tidak pernah bisa menerima hal tersebut, karena memang
orang-orang tersebut tidak hidup dalam realita yang kita hidupi juga. Karena
itu, daripada tindakan-tindakan yang tujuannya untuk mengcounter isu, namun akhirnya malah memperkeruh suasana. Lebih baik hentikan,
itu hanya akan menghabiskan energimu. Seperti halnya cara pandang orang lain
dalam melihat kita, mungkin beberapa diantara kita pernah mendapatkan penilaian-penilaian
yang tidak membuat hati kita menjadi enak. Mungkin pula penilaian-penilaian itu
membuat kita merasa malu didepan banyak orang. Tapi kita tidak perlu membela
diri dengan melawan penilaian-penilaian tersebut. Kita hanya perlu membuktikan
dan menjalani kebenaran yang kita miliki. Sebab, sekertas uang tidak perlu terus
menerus diremuk-remuk dan digosok-gosok untuk membuktikan bahwa dirinya
bernilai. Justru itu hanya akan membuat uang kertas tadi tidak lagi bernilai
karena telah tersobek akibat remukan-remukan yang ada.
Berdamai saja dengan dirimu, berdamai
saja dengan kehidupanmu, berhentilah untuk terus menerus membuktikan kebenaran
yang ada padamu. Itu hanya akan membuatmu berhenti. Bergeraklah dan Jalanilah.
Amarahmu itu hanya akan mendatangkan kesia-siaan saja.
Komentar
Posting Komentar