Tidak sedikit orang yang menerima dan ingin disampaikan kesalahannya. Apalagi
ketika kita berlaku seperti seorang yang benar untuk menyalahkan orang lain.
Itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk diterima oleh orang lain. Salah satu
buktinya ketika orang dikatakan sebagai KAFIR
atau yang menurut KBBI, sebagai seorang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya. Sebab bagi orang tersebut dia bukanlah
seorang yang kafir, dikarenakan dia percaya kepada Allah dan rasul-rasulnya.
Tapi ketika anggapan itu dilakukan dengan sudut pandang ataupun kaca mata dari orang
yang beragama berbeda dengan dirinya, itu adalah hal yang wajar. Namun,
mengusik kepercayaan orang lain.
Saya tidak ingin terlalu lama membahas soal anggapan kafir ini, tetapi yang
saya ingin sampaikan adalah tentang sifat banyak orang yang tidak menerima bila
disalahkan. Itu wajar saja, sebab mungkin saja memang dirinya sudah merasa berada pada jalan yang benar. Ataupun ketidakmampuan dirinya ketika kesalahannya
diketahui oleh banyak orang dan dia juga menyadari bahwa dirinya sedang
disalahkan. Maka hal yang pertama kali dia lakukan adalah menyerang kembali
orang tersebut.
Hal seperti ini, harus benar-benar mampu untuk kita sadari dan terima. Sekalipun
dikatakan bahwa jalan orang benar itu seperti cahaya fajar. Tapi ingat juga
kelanjutannya, bahwa cahaya itu kian bertambah terang sampai rembang tengah
hari (Amsal 4:18). Yang artinya, bahwa semakin terang cahaya itu, semakin besar pula kemungkinan untuk seorang terusik, terganggu dan bisa sampai pada menyakiti orang
lain.
Untuk itu, baik bila setiap orang yang memegang teguh pada Firman Allah juga
berhikmat dalam setiap jalannya. Jangan sampai menyakiti, mendiskriminasi atau
bahkan membuat orang lain merasa tersalahkan. Walaupun orang berhikmat, saat dia merasa dan mengetahui kesalahannya ia akan mengakui hal itu sebagai kekurangan yang ada dalam dirinya. Sehingga, ia mampu menerima kebenaran yang baru dan masukan yang positif pada dirinya. Tapi
kembali pada poin sebelumnya, bahwa ada banyak orang yang justru, tidak ingin disalahkan.
Mungkin,
juga seorang dari kita akan berpendapat bukankah dikatakan dalam Alkitab
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”(2 Tim 3:16)
Sayapun, tidak mengingkari ayat ini. Sebab pada ayat sebelumnya dikatakan
juga bahwa Kitab Suci juga memberikan hikmat kepadamu. Jadi bila kita
menyatakan kesalahan orang lain dan membuat orang lain itu tersakiti dan ter-diskriminasi, apakah seorang tersebut bisa dikatakan sebagai orang berhikmat?
Ya, pada akhirnya setiap orang harus dan selalau
mengarahkan kepada Firman Tuhan dan meminta tolong bimbingan kepadaNya. Bukan hanya untuk terus dikuatkan, tetapi juga menyerahkan diri pada setiap bimbingan dan ajaranNya. Sebab bila tidak demikian, maka kita bisa terbawa pada kedagingan kita. Dimana saraf pada otak Amygdala yang lebih menguasai pikiran anda, sehingga respon yang dimunculkan adalah penyerangan balik.
Seperti, ketika melihat seseorang yang kalah dalam perdebatan. Ketika seorang, sudah mulai menaikkan intonasi suaranya dan menunjukan amarahnya. Maka, saat itu pula dia sedang menutupi kesalahannya dengan amarah yang diucapkannya dan saat itu juga dia telah kalah dalam mempertahankan argumentasinya.
Mungkin saat ini, anda sedang berjalan pada kebenaran. Tapi karena situasi yang terus menekan anda, tubuh anda mulai bereaksi untuk melawan dan menghasilkan amarah. Amygdala yang lebih banyak berproses dalam pikiran anda. Saat seperti itu jugalah, terkadang kita perlu mundur sejenak untuk menenangkan pikiran kita masing-masing. Meminta hikmat dari Tuhan untuk menghadapi semua hal yang terlihat semakin menekan diri kita.
Karena itu, kita diajak untuk benar-benar meminta anugerah pada Tuhan, agar kita bisa paham Firman Tuhan. Sebab apa yang kita dengar dari mimbar, belum berarti juga bahwa kita sudah memahaminya. Jadi jangan mengatakan sesuatu yang benar-benar tidak kita pahami, apalagi tujuannya untuk menegur orang lain. Tetapi beritakanlah Firman dari apa yang sudah kita pahami, bukan pada apa yang kita dengar. Sebab ketika kita memberikan Firman yang kita pahami, maka kitapun sudah merasakannya dan juga ikut berjuang untuk bisa melakukannya, sebab kita mengerti Firman itu adalah benar dan baik.
Seperti, ketika melihat seseorang yang kalah dalam perdebatan. Ketika seorang, sudah mulai menaikkan intonasi suaranya dan menunjukan amarahnya. Maka, saat itu pula dia sedang menutupi kesalahannya dengan amarah yang diucapkannya dan saat itu juga dia telah kalah dalam mempertahankan argumentasinya.
Mungkin saat ini, anda sedang berjalan pada kebenaran. Tapi karena situasi yang terus menekan anda, tubuh anda mulai bereaksi untuk melawan dan menghasilkan amarah. Amygdala yang lebih banyak berproses dalam pikiran anda. Saat seperti itu jugalah, terkadang kita perlu mundur sejenak untuk menenangkan pikiran kita masing-masing. Meminta hikmat dari Tuhan untuk menghadapi semua hal yang terlihat semakin menekan diri kita.
Karena itu, kita diajak untuk benar-benar meminta anugerah pada Tuhan, agar kita bisa paham Firman Tuhan. Sebab apa yang kita dengar dari mimbar, belum berarti juga bahwa kita sudah memahaminya. Jadi jangan mengatakan sesuatu yang benar-benar tidak kita pahami, apalagi tujuannya untuk menegur orang lain. Tetapi beritakanlah Firman dari apa yang sudah kita pahami, bukan pada apa yang kita dengar. Sebab ketika kita memberikan Firman yang kita pahami, maka kitapun sudah merasakannya dan juga ikut berjuang untuk bisa melakukannya, sebab kita mengerti Firman itu adalah benar dan baik.
Memahami Firman Tuhan bukan berarti memahami Tuhan. Kitapun tidak bisa melakukan hal tersebut. Memahami Firman Tuhan adalah mencoba untuk terus belajar, lalu menerima semua yang ada dalam Firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan kita. Bila hati saja tidak mau terbuka dan membiarkan Firman Tuhan hidup dalam hatimu, bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan dirimu memahami Firman Tuhan. Bahkan proses untuk mendapatkan anugerah sehingga mampu memhami Firman Tuhanpun, akan terus-menerus dilakukan tidak berhenti pada satu waktu dan satu gagasan saja.
Lebih daripada itu, sadari jugalah bahwa tidak semua yang kita pahami mampu dimengerti
dan diterima oleh banyak orang. Sebab itu, lebih baik untuk mencari cara
agar orang tidak pernah dipaksa untuk menerima apa yang kita pahami. Itulah motivasi yang benar dalam kita menjalani kebenaran dari Firman itu. Lalu teruslah belajar kembali tentang Firman Tuhan.
Sebab ketika seorang menggunakan motivasi itu, ia akan menjalani dan
memberitakan Firman itu untuk memanusiakan manusia. Bukan memaksa manusia
seperti binatang, untuk memahami kebenaran dari Firman itu. Cara terbaik adalah, bukan hanya menyampaikan apa yang anda pahami, tetapi mendengar apa yang mereka pahami. Itulah memanusiakan manusia. Salah satunya
dengan memberikan telinga dan hati untuk mendengar dari hal-hal yang mereka
pahami dan maksudkan.
Komentar
Posting Komentar