Pernakah di antara
saudara, mencoba untuk hadir membantu kehidupan orang lain, tetapi kehadiran saudara
justru diabaikan. Atau, di antara kaum muda saat ini yang sedang
mengejar-ngejar seseorang yang dia cintai dan kasihi. Tetapi orang tersebut
malah tidak mengerti tentang kehadiranmu, lalu mengabaikanmu dan lebih
mengharapkan orang lain untuk hadir bagi orang yang dicintainya? Seringkah? Kalau
calonteolog.com sering merasakannya. Bahkan belum lama ini calonteolog.com juga
merasakannya.
Tetapi
calonteolog.com tidak ingin banyak curhat dalam tulisan ini. Karena
calonteolog.com justru ingin memberikan hasil refleksi dari cinta
calonteolog.com yang diabaikan, sembari mengingat kisah Yesus yang ada dalam
Yohanes 12:12-19
Kisah yang agak berbeda
dengan gambaran 3 Kitab Injil lainnya. Bila dalam kitab injil lainnya, Yesus
menyuruh untuk murid-muridnya mencari keledai muda. Sementara dalam Injil
Yohanes, IA seolah-olah memang menemukannya sendiri dan naik di atas
keledai tersebut. Memfokuskan kepada perbedaan ini, membuat calonteolog.com
agak kesulitan. Karena itu, lebih baik menyerahkannya kepada para teolog untuk
meneliti dan menyimpulkannya.. Sementara, alonteolog.com lebih memilih untuk mengajak saudara
membacanya secara naratif dengan membayangkan seorang Yesus dengan keberaniannya
menaiki keledai muda dan berjalan ditengah-tengah orang-orang Israel yang
memuji-Nya.
Calonteolog.com
mengatakan ini sebagai keberanian, karena merasa belum pernah membaca kisah
Yesus belajar untuk menaiki kuda muda ataupun keledai muda. Bayangkan saja
seorang yang tidak pernah belajar menunggangi keledai muda, seketika itu juga
melakukannya dan berjalan ditengah-tengah orang banyak. Itu menjadi adegan yang
sangat istimewa bagi calonteolog.com
Pernahkah saudara
mendengar kisah seekor kuda yang digunakan sebagai penggerak delman di
Malioboro, Yogyakarta yang tidak lagi dapat dikendalikan oleh Paman Kusir.
Menurut informasi yang didapat, kuda tersebut ketakutan mendengar salah
satu klakson yang dibunyikan oleh pengendara lainnya secara
keras, sehingga membuat kuda tidak terkendali.
Itulah mengapa momen
menunggangi seekor keledai muda dalam keramaian dengan sorak-sorai dari
orang-orang banyak, menjadi sangat istimewa. Sebab, Keledai, merupakan
hewan yang keras kepala. Namun, dapat ditunggangi Yesus dan berjalan ditengah
orang banyak yang berteriak dan menaruhkan daun palm didepan jalannya, tanpa
ada sama sekali kesalahan dan pemberontakan dari keledai muda.
Bayangkan, manusia
yang jelas dikatakan dan menganggap diri sebagai ciptaan yang jauh lebih baik
daripada ciptaan lainnya. Justru lebih sulit untuk diarahkan dan ditunggangi
oleh Yesus. Justru malah kebalikannya terjadi. Yesus ditunggangi oleh manusia
untuk mendapatkan keuntungan dan kepentingan manusia.
Ironis bukan? Apakah
manusia lebih rendah dari seorang keledai? Atau, manusia justru lebih merasa
tinggi hati, sampai tidak mampu seperti keledai yang rela ditunggangi oleh
Yesus? Sungguh ini adalah misteri dan hanya bisa dijawab oleh kita sebagai
manusia.
Walaupun
calonteolog.com tidak terlalu terkejut dan tidak terheran-heran. Bahkan ketika,
semakin banyaknya para hamba Tuhan yang juga ikut melakukan hal yang sama.
Seperti menggunakan kisah Alkitab untuk mendapatkan persembahan ataupun
memberikan pembenaran pada jemaat-jemaat yang memberikan persembahan terbaik
untuknya.
Bahkan kebingungan
ini berlanjut saat calonteolog.com mengetahui bahwa orang banyak yang hadir ternyata
terdapat 2 golongan. Golongan pertama adalah saksi mata kebangkitan Lazarus
yang kemungkinan besar datang dari Betania. Golongan kedua adalah orang-orang
yang mendengar kesaksian tentang perbuatan Yesus yang membangkitkan Lazarus
dari kelompok yang pertama. Tetapi adakah yang mau menyerahkan dirinya pada
kehendak Yesus? Tidak! Semua golongan ini memintaNya untuk melakukan kehendak
mereka!
Bukankah situasi
seperti ini sudah sangat marak terjadi saat ini. Ketika orang
banyak datang untuk mendapatkan mukjizat dan berkat dari Allah. Ketika orang
bertanya, “Apa yang Gereja berikan untuk calonteolog.com”? Bukan lagi bersyukur
ataupun bertanya tentang apa kehendak Tuhan. Tetapi meminta Tuhan mengerjakan
kehendaknya.
Tetapi,
kejadian-kejadian yang marak seperti ini, bukan kejutan baru buat
calonteolog.com. Bayangkan saja, saat murid-murid melihat Yesus dielu-elukan
sebagai raja ketika masuk ke Yerusalem, Injil Yohanes mengatakan bahwa mereka
juga belum mengerti atas kehendak Bapa untuk Yesus dan jalan seperti apa yang
akan Yesus hadapi . Justru,
para murid baru mengerti bahwa nas Zakharia itu sungguh-sungguh berbicara
tentang Kristus, “setelah Yesus dimuliakan,” ketika Roh Kudus bekerja dan turun
atas mereka.
Setelah Yesus
dimuliakan murid-murid pun menerima Roh Kudus, sehingga dapat calonteolog.com
simpulkan bahwa titik balik pengertian dan pengenalan murid-murid akan Tuhan
adalah kematian, kebangkitan dan Roh Kudus. Bukan karena, penulis Injil
Yohanes, banyak berbicara tentang Roh Kudus dibandingkan para penulis Injil
yang lain. Tapi, bagi calonteolog.com peran Roh Kudus untuk membuat orang
menjadi percaya kepada Kristus dan firman Allah sangat signifikan dalam kehidupan
kita.
Dengan kata lain, calonteolog.com
menyimpulkan bahwa seorang manusia tidak akan dapat berubah dan memahami maksud
juga kehendak Allah, bila Roh Kudus tidak mendapat tempat dalam diri manusia.
Sekalipun dalam
pembacaan calonteolog.com, Yesus terlihat sudah bermain kode dengan
menunggangi keledai bukan dengan kuda. Kode yang ingin mengatakan bahwa
kehadiranNya bukan sebagai Mesias yang ingin berperang. Tetapi,
ah…sudahlah….
Dalam benak
calonteolog.com, murid-murid saat itu memang seperti golongan gebetan yang menjalin
pendekatan begitu lama, tetapi tidak pernah peka-peka sama perasaan
kita. Nah, begitulah kira-kira.
Mungkin di antara
saudara juga, Yesus melakukan hal yang sama. Ia memberikan banyak teguran,
nasihat atau peringatan kepada saudara untuk kembali kepada jalanNya. Tetapi
saudara malah gak peka, dan lebih mementingkan kehendak saudara.
Sungguh, betapa mudahnya Yesus menunggangi keledai yang kata manusia sebagai
hewan yang keras kepala, daripada seekor manusia… ehh maksudnya seorang
manusia.
Tetapi, tetap saja,
calonteolog.com tidak ingin terlalu menyalahkan orang-orang yang saat itu
mungkin tidak peka kepada Yesus. Bukan karena calonteolog.com juga ingin
mendapatkan pembenaran atas ketidakpekaan diri sendiri kepada kehendak Yesus. Tetapi,
marilah kita mencoba untuk merasakan dan melihat bagaimana mereka dengan kehidupan
di bawah penjajahan. Menderita bukan? Kala itu harapan mereka hanya
satu, yaitu Yesus bukan hanya berempati pada kehidupan mereka, tetapi juga
menolong mereka untuk terbebas dari penjajahan yang selama ini mereka rasakan.
Namun, Yesus tidak melakukan hal itu! Bukan karena tidak mampu! Tetapi Yesus
punya, jalan dan caraNya sendiri untuk memberikan kedamaian yang
sungguh-sungguh membebaskan hati dan jiwa, orang-orang Israel. Itu yang
orang-orang Israel tidak pahami.
Kembali pada poin
awal, cara yang calonteolog.com temukan untuk merespon keberadaan Yesus yang
diabaikan, secara pribadi cukup membuat diri menjadi terpesona dan berharap
juga bisa melakukan hal sama dalam kehidupan calonteolog.com. Bayangkan, ketika
murid yang didekatNya, ketika orang-orang yang memberikan penghormatan
kepadaNya tidak mengerti dan mengabaikan kehadiranNya. Atau bahkan ada pula
golongan-golongan seperti orang Farisi yang terus menerus mencari kekurangan
Yesus. Ia tidak terganggu dan tetap damai hatinya. Ia tidak seperti seorang
yang sampai harus mukul-mukul mimbar bahkan
menghentikan tawa dan sukacita orang-orang lain karena merasa kecewa,
tidak diperhatikan dan dimengerti. Injil Lukas mencatat bahwa Yesus hanya menangisi
kehadiranNya yang belum dipahami, tanpa ada paksaan untuk dimengerti. Ia tidak
menyalahkan apapun dan bersikap negatif atas pemahaman orang lain kepadaNya.
Sama sekali, Yesus tidak terlihat merasakan dan melakukan hal konyol seperti
itu.
Ayah dari
calonteolog.com pernah mengatakan, bahwa tidak semua kebaikan yang kita lakukan
saat ini bisa diterima juga pada saat itu pula. Justru, lebih banyak orang akan
melihatnya ketika waktu telah berlalu. Bahkan sampai kita tidak sadar, bahwa
kita pernah melakukanya, disitulah orang-orang akan mengenang dan mengingatnya.
Oleh karena itu,
baiklah ini menjadi pembelajaran untuk kita, saat kehadiran kita diabaikan dan
tidak dipahami orang lain. Bahkan ketika kehadiranmu selalu diikuti oleh
orang-orang seperti golongan Farisi yang selalu melihat dan mencari-cari kekuranganmu.
Jangan bangkitkan amarah dan kecewamu. Sebab perjuangan kita, bukan untuk
membuktikan kebaikan kita pada orang lain. Sebaliknya, setiap kita diajak untuk
berlaku konsisten pada apa yang sedang kita perjuangkan dan hidupi. Sekalipun
kebaikan yang kita lakukan dan perbuat, justru lebih sering diabaikan atau
bahkan malah ditolak oleh orang lain. Ya, sama seperti Yesus pernah sampaikan ; Ampuni!
Mungkin, memang mereka tidak memahami maksud baikmu, lalu berjalan dan teruslah
hidupi
Bahkan ketika tidak
ada seorangpun lagi yang mendukungmu. Percayalah, jangan keras kepala. Tanyakan
juga pada Bapa. Jangan merasa diri benar pula, jangan jangan memang saudara
memiliki kesalahan yang saudara tidak pernah sadari, karena saudara berhenti
mengevaluasi diri sendiri.
Bagaimana mungkin Manusia mampu melebihi seekor
keledai, bila kehendak Bapa selalu diabaikan dalam kehidupannya.
Bagaimana mungkin Manusia mampu melebihi seekor keledai, bila kehendak Bapa selalu diabaikan dalam kehidupannya.
Komentar
Posting Komentar