Chick-fil-A, salah satu
restoran cepat saji yang terkenal dengan lebih dari 1.000 gerai yang tersebar
di wilayah USA, punya aturan untuk tutup toko pada hari Minggu. Restoran yang
didirikan Truett Cathy pada tahun 1946 itu tutup pada hari Minggu agar karyawannya
punya waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan bisa pergi ke gereja.
Aturan ini masih berlaku hingga kini.
Semboyan Cathy dalam
usahanya adalah “utamakan orang dan prinsip dulu, baru keuntungan.” Semboyan alkitabiah ini diejawantahkan pada dirinya sendiri dan di dalam
usaha yang dibangunnya. Semboyan ini ia terapkan ketika memberi perintah maupun
ketika mempekerjakan seseorang. Prisnsip-prinsip Alkitab terus diupayakan Cathy
dalam menjalankan hidup dan usahanya.
Cathy tidak hanya mengalami
damai, sukacita dan kasih dalam kehidupan pribadinya, tetapi juga dalam
keluarga besarnya. Prinsip hidupnya yang indah itu membuat perbedaan dalam
hidup anak-anak, cucu-cucu, anak-anak asuh, serta karyawan dan karyawatinya.
Ia telah meninggalkan warisan yang sangat berharga, yaitu tentang
bagaimana melakukan segala sesuatu dengan benar
Dalam penelitian
calonteolog.com, pesan dan sikap dari Cathy ini sangatlah sehubungan dengan
pesan yang diambil dari kisah Amos yang menghadapi masalah utama yakni
penyembahan berhala (2:8; 5:5, 26; 7:9-13; 8:14). Walaupun mereka tetap
menjalankan ibadah kepada TUHAN secara luar (4:4-5; 5:21-26) maupun memelihara
Sabat (8:5), tetapi hidup mereka secara keseluruhan bertentangan dengan
keagamaan mereka. Mereka tidak memperhatikan keadilan (2:7-8).Semua ini membuat
TUHAN muak dengan semua ibadah mereka (5:23-25)
Inilah yang
calonteolog.com lihat, bahwa pesan utama dari Cathy dan Amos bukan tentang libur di hari
Minggu. Tapi ini tentang bagaimana mengutamakan Tuhan, orang dan prinsip dulu, baru
keuntungan. Mengingat peribadahan yang dilakukan oleh bangsa Israel
itu sangatlah bagus, tapi tidak baik. Karena peribadahannya hanya tinggal dalam
Gereja. Mereka lupa pada hal-hal yang berhubungan dengan relasi mereka dengan Tuhan dan sesama ciptaanNya.
Sehingga kemunafikan seperti pada masa Nabi Amos atau mungkin juga
sering kali terjadi pada diri saudara atau dalam pengelihatan saudara juga
merasuk sampai ke dalam ibadah, kegiatan ini hanya dilaksanakan sebagai
rutinitas dan ingin cepat-cepat dilewati untuk kembali melakukan hal mencuri di
atas.
Kita bisa belajar bahwa ibadah sejati tidak dapat dibatasi pada
aktivitas keagamaan di gereja atau ibadah rutin lain saja. Ibadah sejati
mencakup keseluruhan hidup umat Allah (bandingkan Rom 12:1). Ibadah sejati
memperhatikan orang lemah dan yang membutuhkan (bandingkan Yak 1:27). Ibadah
dalam arti yang komprehensif seperti inilah yang lebih dicari TUHAN. Tanpa
semuanya ini, ibadah kita justru akan menjadi beban bagi TUHAN (Amos 5:21-23)
dan kita sendiri akan berada dalam hukuman ilahi (bandingkan 1Kor 11:22, 30)
Ya, demikianlah pada kisah Amos. Keadilan itu sepertinya bukan sesuatu yang hanya berbicara pembagian
yang seimbang ataupun hanya mematuhi ketentuan-ketentuan yang ada. Tetapi keadilan
juga berarti hidup dalam relasi kasih dan kepedulian.
Walaupun calonteolog.com
juga menyadari tentang bagaimana keadilan juga bisa akan menjadi keliru ketika
ini diposisikan kembali dari sudut pandang orang yang “merasa” diri tertindas.Dengan
kata lain, orang tersebut sebenarnya tidak tertindas, namun pemikirannya
sendiri yang membuat dia merasakan bahwa dirinya tertindas.
Contohnya seperti kesaksian dari saudara calonteolog.com
(Sebut saja BELOK) yang bekerja dengan salah satu saudaranya juga (Sebut saja
LURUS). Usaha mereka saat ini bergerak di bidang Biro Jasa, usaha yang menjual
jasa untuk menguruskan hal-hal yang menyangkut soal pajak. Dalam usaha
tersebut, BELOK bercerita tentang bagaimana LURUS tidak adil pada dirinya. BELOK
mengatakan hal tersebut, dikarenkan usaha yang dipegang oleh LURUS setiap bulan
November-Febuari sangatlah marak yang menggunakan jasanya. Tetapi honor yang didapatkan
oleh si BELOK hanya begitu begitu saja. Dia tidak mendapatkan perkembangan
honor seperti yang diharapkan. Keluhan-keluhan itu sepertinya merasuk dalam
dirinya, sampai membuat dirinya marah kepada LURUS dan mengatakannya langsung
kepadanya.
Ketika itu juga, si BELOK
tidak lagi dipekerjakan oleh LURUS. Lalu calonteolog.com bertanya kepada LURUS.
Mengapa dia mengambil keputusan tersebut, kepada si BELOK. Calonteolog.com ketika
itu kagum mendengar jawaban darinya dan memahami maksud hatinya. Sebab katanya,
bahwa usaha yang mereka jalankan memang sedang merintis. Pada sisi yang lain,
usaha mereka memang mendapatkan pemasukan yang berlebih pada bulan November-Febuari.
Tapi yang tidak dilihat BELOK adalah tentang bagaimana pemasukan di bulan Maret-Oktober,
yang sering kali tidak sesuai target, dan sulit untuk membayarkan honor kepada
si BELOK.
Ya,
demikianlah sering kali kita melihat begitu banyak ketidakadilan yang terjadi
disituasi kita saat ini. Tapi sering kali pula, kita menjadi keliru dan menjadi
pahlawan kesiangan. Sebab orang yang kita anggap tertindas, sebenarnya hanya
merasa dirinya “tertindas” bukan dikarenakan ada “penindasan” yang dilakukan
terhadap dirinya.
Sudah sepatutnya setiap
orang melakukan keadilan kepada para hambanya, karena di surgapun dia memiliki
tuannya. Bahkan sudah sepantasnya setiap orang Kristen untuk berlaku adil
kepada semua ciptaan Tuhan, sebagai bentuk konkrit dari peribadahan orang
Kristen kepada Tuhan.
Tapi sudah seharusnya
juga, untuk kita tidak selalu menaruh curiga kepada orang lain. Sampai kita selalu
menjadi seorang “tertindas” dan melupakan kebaikan-kebaikan yang kita dapatkan
dari orang lain.
Komentar
Posting Komentar