Setiap
orang memiliki kriteria dan standart di dalam hidupnya. Tidak hanya urusan soal
jodoh, bahkan urusan soal sandang, pangan dan papan. Berbeda orang, maka beda
pula lah kriteria dan standartnya. Salahkah? Tentu tidak!
Tidak
ada yang salah, namun hal ini dapat menjadi kekeliruan apabila setiap orang
memberikan penilaian terhadap sesuatu sebelum mengetahuinya lebih dulu. Contoh
sederhananya seperti pengalaman yang sering saya alami selama melayani di salah
satu Bakal Jemaat di Banjarmasin.
Kerap
kali beberapa pelayan yang diundang untuk memberikan pelayanan firman di tempat
saya melayani, tidak menyangka bahwa sayalah yang melayani di tempat ini. Bahkan
tidak jarang pula, beberapa jemaat yang baru berkunjung ke Gereja, terkejut
melihat sosok pelayan seperti saya dengan wajah brewokkan, berbaju kaos dan
bercelana pendek. Mereka yang belum mengenal saya, mengira penampilan seorang
pelayan Tuhan tidaklah seperti saya kenakan.
Kekeliruan
ini tentu tidak menjadi masalah besar, dikarenakan cara berpenampilan sayalah
yang membuat orang menjadi keliru. Tapi, hal tersebut akan menjadi masalah
besar apabila kita memberikan pemikiran ataupun perlakuan negatif hanya karena
penilaian awal saja.
Seperti
yang terjadi dalam 2 Raja-raja 5:1-16, Naaman justru memberikan penilaian yang
salah atas Nabi Elisa, Kuasa Allah dan Cara Allah Menyembuhkannya.
Diketahui
bahwa Naaman merupakan panglima Raja Aram. Dia
mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Sayangnya, Naaman menderita kusta.
Badannya penuh borok, gatal dan bau. Tidak ada seorang tabib pun yang dapat
menyembuhkan Naaman. Setiap malam sebelum tidur, Naaman mengeluh, karena merasa
tidak nyaman. Untunglah di Aram, Naaman masih boleh bekerja. Namun Naaman tidak
bisa sembuh sekalipun ia mengeluarkan banyak uang. Sampai salah satu gadis
yang melayaninya memberikan pendapat kepada Naaman untuk menemui Nabi Elisa. Inilah
awal mula, bagaimana Naaman dapat disembuhkan oleh Allah.
Penilaian
yang salah terhadap Nabi Elisa, terjadi ketika Naaman dan Raja Aram berfikir
bahwa dirinya adalah seorang Raja Israel. Padahal kala itu, Nabi Elisa bukanlah
seorang raja. Alhasil, Raja Israel yang mendapati surat permintaan tersebut menjadi
bingung sampai mengoyakkan pakaiannya (tanda perkabungan). Karena penilaian
tersebut, Naaman tidak mendapatkan hasil apa-apa. Sampai, Nabi Elisa mendengar
kabar tentang Raja Israel yang mendapati surat tersebut dan menyuruh Naaman
untuk datang ketempatnya.
Namun
ketika Naaman sampai ke tempat Nabi Elisa, ia justru tidak menemuinya. Dikarenakan
Elisa tidak keluar rumah, dan menyuruh hambanya untuk menjumpai Nabi Elisa. Sikap
yang membuat Naaman menjadi panas hati. Ia justru disuruh pergi ke sungai
Yordan. Sungai yang menurutnya jauh lebih buruk dari Abana, Parpar dan
Sungai-Sungai di Damsyik. Hatinya semakin panas dan menilai negatif atas sikap
yang dilakukan Nabi Elisa kepadanya.
Sampai
akhirnya, Naaman diingatkan kembali oleh pelayannya yang mengikuti
perjalanannya menuju kediaman Nabi Elisa, katanya “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar
kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata
kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.". Ia mengikuti saran
dari pelayananya tersebut dan sembuh.
Bila diperhatikan, sangatlah wajar bila Naaman menjadi panas hati dan
berfikir negatif. Sebab, jelas terlihat bagaimana sikap dan tindakan Nabi Elisa
yang tidak berempati terhadap seorang panglima. Namun, demikianlah yang justru
menyembuhkan Naaman dari penyakit kustanya, yakni dengan cara Allah yang tidak
pernah kita duga sebelumnya.
Dari
kisah ini, saya teringat masa kecil ketika sedang sakit dan dipaksa minum obat
yang sangatlah pahit dan tidak mengenakan. Saya merasa kesal, untuk melakukan
hal tersebut. Tetapi bila saya tidak mendengarkan dan melakukan hal tersebut,
saya akan terus-terusan sakit. Sehingga mau tidak mau, obat itupun diminum
untuk mendapatkan kesembuhan.
Bukankah
hal serupa juga sering kita alami dalam setiap proses hidup bersama Allah. Kita
sering merasa kesal dan panas hati, dikarenakan pengharapan dan keinginan kita
yang justru sering kali tidak pernah seperti yang Allah kehendaki. Kita hanya
disuruh nerima dan menikmatinya.
Tetapi
yang menjadi pertanyaan, adakah yang lebih indah dari setiap rancangan dan
kehendakNya?
Saya
lupa entah membaca dimana, tapi tulisan tersebut begitu menarik katanya;
“Bila semua doa dikabulkan, maka kehancuranlah yang terjadi, Sebab setiap orang berdoa untuk keburukan orang lain”
Kata-kata
itu menarik, karena sering kali doa kita justru hanya adil menrut sudut pandang
kita. Sementara, yang lain seperti apa? Cara dan kehendak Allah tidak terukur
oleh akal dan pikiran kita. Untuk itu kita tidak perlu terlalu larut dalam
kesedihan, sebab kita barus bisa merasakan nikmatnya menjadi seorang hamba,
ketika kita diberikan ujian oleh Tuhan.
Ya,
demikianlah kehendak Allah yang tidak pernah kita fikirkan. Sekalipun hati kita
menjadi kesal seperti Namaan, percayalah dan katakanlah dalam hati kita masing
masing “ Tidak ada biji durian yang menghasilkan buah dalam waktu semalam.
Tidak ada hal yang istimewa tanpa proses pembentukan dan penyertaan dari Allah.”
“Kesalahpahaman terhadap Allah, disebabkan oleh pemaksaan ego dan ketidakmampuan untuk menghargai rancangan Allah” - AGM
Komentar
Posting Komentar