Sampai
saat ini, saudara kita yang beragama Yahudi selalu mengingat bagaimana Kuasa
Allah bekerja untuk menyelamatkan Bangsa Israel keluar dari Mesir. Bahkan hal
tersebut memberikannya kekuatan yang baru untuk selalu bersyukur dan
bersukacita karena kasih setia Kristus.
Perihal
mengingat, beberapa saudara juga pernah mendengar atau mengatakan nasihat
kepada saudara yang berduka karena kecewa pada sesuatu dengan mengatakan “Ingatlah,
kebaikannya. Lupakan kesalahannya”. Ya, mengingat
memang selalu menjadi bagian dan alat untuk kita bisa sembuh dari luka dan rasa
putus asa. Mengingat menjadi obat untuk hati yang hampir hilang harapan.
Malam
ini 09 April 2020, kita juga diajak untuk mengingat bagaimana malam terakhir Yesus dengan para
muridNya, sebelum menghadapi peristiwa Salib. Adapun 3 hal bagian yang paling
diingat dalam peristiwa malam terakhir ini, yakni;
- -
Perjamuan Kudus
- Pembasuhan Kaki
- Yesus Berdoa di Taman Getsemani
Saat
kita mengingat ketiga hal ini, maka kita akan menyadari bagamina semua hal
tersebut maka “Kerendahan Hati”. “Kesetiaan” dan “Menerima Kehendak Allah”
menjadi tema-tema utama yang terus menerus dibagikan kepada kita. Tetapi,
mengingatpun akan menjadi sia-sia. Sebab ingatan manusia sangatlah rapuh. Ketika
kekecewaan, masalah dan beban hidup menghapiri. Kisah-kisah tersebut tinggalah
cerita yang tinggal didalam Alkitab. Bukan dalam hati dan kehidupan kita. Untuk
itu, lebih daripada mengingat, kita juga harus meneladani akan perbuatan Yesus
kepada kita.
Sekalipun
hal tersebut tidak pernah terlihat oleh kita, dan bahkan dianggap oleh orang
lain sebagai ketidakbenaran. Sekalipun demikian, kita bisa terus bersekutu dan
bersama-sama mengingatnya dalam Roh dan Iman percaya. Ya, sebab Roh dan Iman percayalah yang meneguhkan kisah ini menjadi
sebuah kebenaran didalam hidup orang-orang percaya. Roh dan Iman percaya
membuat setiap kita memiliki ikatan dalam kebenaran dan kasih Allah. Sekalipun tidak
pernah terlihat mata kita, namun karena Roh dan Iman percaya kita terhubung
oleh Allah bersama para penulis Alkitablah yang membuat kita tidak pernah
meragukan kisah ini.
Termasuk
pula dalam situasi seperti saat ini, yang mana kita tidak bersekutu dalam
ritual bersama, seperti biasanya kita lakukan. Tetapi, dalam Roh dan Iman
percaya kita dapat bersekutu bersama. Kita masih terhubung dalam penyertaan dan
perlindungan Allah. Seperti kisah seorang wanita Rusia yang masih muda
diberangkatkan ke sebuah rumah sakit di Jepang untuk menjalani serangkaian
prosedur perawatan yang langka untuk menyelamatkan hidupnya. Setibanya di rumah
sakit ia terus-menerus menangis. Para dokter dan perawat, yang tidak dapat
berbahasa Rusia, tak dapat menghiburnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk
memanggil seorang utusan Injil Amerika yang ada di kota mereka, kalau-kalau ia
dapat menolong wanita itu.
Utusan
Injil tersebut tiba di rumah sakit dan berusaha menghiburnya, tetapi ternyata
ia juga sama sekali tidak mengerti bahasa Rusia. Namun ketika melihat Alkitab,
roti serta anggur perjamuan yang dibawanya, wanita tersebut tersenyum dan
mengangguk tanda bahwa ia pun mengakui tubuh dan darah Kristus itu. Lalu, tanpa
berkomunikasi lewat kata-kata sama sekali, pria Amerika dan wanita Rusia ini
merasakan adanya suatu ikatan dalam Kristus. Sang utusan Injil melihat bahwa
wanita Rusia ini didukung dan dikuatkan ketika mereka bersama-sama mengingat
kematian Tuhan.
Pengalaman
ini menggambarkan tentang kesatuan dalam Kristus yang kita miliki sebagai
orang-orang percaya. Kita merayakan kesatuan itu ketika kita bersama-sama
mengingat kematian-Nya, pengampunan-Nya, dan hidup baru yang dikaruniakan-Nya
kepada kita.
Kadangkala,
seperti dalam kasus pria Amerika dan wanita Rusia tadi, perbedaan bahasa tak
mampu merintangi kesatuan umat Kristen. Termasuk pula perbedaan jarak, tempat
dan suku. Para pengikut Kristus dapat selalu mengalami adanya ikatan di dalam
Dia
Kepercayaan akan hal
ini jugalah yang meyakinkan saya, bahwa saudara dan orang-orang percaya. Sekalipun
sedang mengisolasi diri masing-masing didalam rumah, dan tidak beribadah
seperti biasanya. Ikatan dalam Roh dan Iman percaya tidak membuat ikatan di
dalam Dia menjadi renggang. Kita tetap bersama dalam persekutuaan bersama
dengan Allah. Maka berhentilah untuk sekedar mengingatnya saja, tetapi marilah
kita bersama-sama dalam Roh dan Iman percaya untuk berdoa akan saudara-saudara
kita untuk tetap dalam penyertaan dan Kebenaran Kristus. Kita berdoa dalam Roh
dan Iman percaya untuk saling menguatkan. Sebab perjamuan kudus bukanlah
sekedar kisah, namun keyakinan akan hidup dalam ikatan bersama Yesus Kristus. Sebab,
pembasuhan kaki juga bukanlah sekedar metode kebersihan, namun keteladanan untuk
merendahkan hati dan mengasihi dalam kasih Yesus Kristus. Dan Doa Yesus di
taman Getsemani juga bukan sekedar metode berdoa, melainkan ajakan untuk
menyerahkan diri, kehidupan saudara kita dalam kehendak Allah yang penuh kasih
dan penyayang.
ROH DAN IMAN PERCAYA TIDAK HANYA MENGHIBUR, TIDAK HANYA MENGUATKAN NAMUN MENYATUKAN KITA UNTUK SALING MENGHIBUR DAN MENGUATKAN DI DALAM KASIH KRISTUS - AGM
Komentar
Posting Komentar