Saya
yakin bahwa setiap dari kita memiliki keinginan dan tujuan baik, untuk hidup kita, keluarga
kita maupun lingkungan kita. Namun bagaimana bila tujuan tersebut diperhadapkan pada
situasi yang semakin buruk? Atau pernahkah saudara bangkit dari rasa frustasi,
namun diperjalanan situasi menghantam mundur saudara kembali? Bila saudara
sedang menghadapi hal demikian, ataupun pernah mengalaminya. Maka saya mengajak
saudara untuk berefleksi bersama dengan kitab 1 Tawarikh 17:16-27.
Pada
perikop ini Daud baru saja mendengar kehendak Allah yang disampaikan kepadanya.
Kehendak Allah tentang kerinduan Daud yang tidak disetujui olehNya. Apakah
kerinduan Daud tidaklah baik? Sangat baik! Ia merasa tidak pantas tidur dalam
rumah yang mewah sementara Tabut Allah hanya diam dalam kemah.
Tapi
apakah penolakan tersebut membuat hati Daud kecewa dan marah? Kalaupun demikian
terjadi, Daud tidak terbelenggu dalam kekecewaan dan amarahnya. Ia tidak
frustasi pada perubahan rencana yang telah Tuhan Kehendaki baginya dan
keluarganya. Sebab pada perikop ini, ia justru mengucap syukur pada semua hal
yang Tuhan kehendaki dan telah dilakukanNya untuk keluarga Daud.
Pernahkah
saudara mendengar suatu nasihat bahwa kesuksesan atau meraih mimpi itu
membutuhkan ketekunan. Saya tidak berkata bahwa hal ini tidak benar, sebab dalam
beberapa keadaan, ajaran ini sangat benar. Namun, sadar atau tidak, secara
bersamaan, ketekunan justru membawa kita pada ketidakfleksibelan terhadap suatu
kehidupan. Hal itu justru menciptakan sejumlah stress batin dan sering
kali menyakitkan dan tidak menyenangkan bagi orang lain.
Semisal
kisah seorang pelaku usaha keripik yang telah bangkit dari rasa frustasinya
selama ini untuk mengembangkan kembali usahanya. Kisah ini nyata ddan terjadi
belum lama ini. Kebangkitan tersebut mmembuat usaha keripiknya mulai perlahan
lahan pulih kembali. Bahkan perkembangan tersebut membuat dirinya optimis bahwa
nanti usahanya akan mengembangkan sayap kembali disekitaran bulan 6 dan 7 tahun
2020. Namun, Covid-19 sampai ke Indonesia dan membuat perekonomian Indonesia
melambat termasuk usaha keripiknya. Saudara bisa bayangkan bagaimana
perasaannya saat ini? Ketika ia mulai bangkit dari rasa frustasinya namun
keadaan dan situasi justru menghantam mundur dirinya
Saudaraku,
ada banyak hal potensial yang akan terjadi didepan kita untuk memaksa rencana
ataupun harapan kita mendadak harus diubah, apa yang kita pikir akan terjadi
ternyata tidak jadi. Sekalipun ada banyak hal juga yang memungkinkan semua rencana
atau harapan kita tercapai didepannya. Karena itu, pertanyaan penting bagi kita
saat ini adalah “Manakah yang lebih penting, mendapatkan apa yang kita inginkan
dan mempertahankan rencana, atau belajar untuk beradaptasi pada masalah
tersebut?”
Keadaan dan situasi yang berubah sebenarnya mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan ini sangatlah penuh dengan misteri. Membuat diri kaku pada aturan-aturan ketekunan ataupun kedisiplinan justru menciptakan rasa frustasi dalam diri kita masing-masing. Alhasil, kita terjebak untuk membuang waktu dan energi karena tenggelam dalam rasa marah, kecewa dan cemas. Tapi apakah dengan demikian kita harus menyerah dan berhenti memikirkan usaha-usaha yang selama ini kita lakukan? Tentu tidak demikian juga! Sebaliknya, kita hanya perlu rileks dan beradaptasi pada situasi-situasi yang justru menghantam mundur usaha-usaha kita selama ini. Jadi bukan berhenti, melainkan mengumpulkan energi kembali untuk lebih fleksibel dan rileks dalam menjalani/menghadapi situasi yang seketika berubah ini! Sebab demikianlah jalan menuju kebahagian, bahwa tujuan kita tidak perlu sampai mengatur kehidupan kita. Sebaliknya, anggaplah bahwa situasi buruk ini, sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri. Jadi tidak terfokus pada tercapai atau tidaknya tujuan tersebut. Alhasil pola pikir demikian membuat kita lebih punya banyak waktu untuk menyelidiki perkembangan potensi yang ada dalam diri kita, juga iman kita pada Allah yang bekerja, ketika situasi justru semakin tidak baik baik saja.
Bagaimana
caranya? Seperti yang dilakukan Daud dalam doa dan ucapan syukurnya; Pertama,
Ia menumbuhkan harapanya kepada Allah dengan mengingat kembali semua perbuatan
Allah pada hidupnya. Kedua, Ia mengumpulkan energinya kembali dengan meyakini
janji Allah pada hidupnya dan keluarganya. Ketiga, Ia merilekskan/menenangkan
dirinya dengan menyerahkan hidupnya dan keluarganya pada semua kehendak Allah.
Belajar dari sikap Daud, setiap dari kita saat ini dapat dan harus mencukupkan pola pikir kita bahwa Kebaikan dan Janji Allah itu terjamin. Bahkan seperti 1 Tawarikh 17:5, Dia bukan Allah yang diam dalam satu tempat, ia terus bekerja bagi setiap kehidupan ciptaanNya sampai saat ini. Karena itu, bukan tidak bekerja, bukan pula Allah jahat dan tidak menepati janjiNya untuk selalu berbelas kasih kepada kita. Sebaliknya, kita perlu menanamkan dalam diri kita bahwa hanya Tuhan yang mengetahui dan dapat memastikan mana yang baik dan buruk untuk kita. Lebih daripada itu adalah kekeliruan. Sehingga doa bukanlah klaim atau tuntutan agar kehendak kita dikabulkan atau segala kesusahan dienyahkan daripada kita. Sebab, doa permohonan bukanlah tentang membujuk Allah untuk melakukan sesuatu yang melawan kehendakNya, melainkan tindakan berdiri di hadapan Allah atas kehendak kita dan mencari kehendak Allah bagi hidup kita.
Bentuk nyatanya dapat saudara lakukan dengan menghadapi dan menjalani semua situasi yang saat ini terjadi dengan tetap menumbuhkan harapan kepadaNya, mengumpulkan energi kembali dengan meyakini janjiNya dan merilekskan/menenangkan diri sejenak untuk menyerahkan kehidupan kita dan keluarga kita. Sebab kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi – kita hanya berpikir kita tahu. Sering kali kita membesar-besarkan segala sesuatu. Kita membesar-besarkan skenario yang ada di kepala kita mengenai semua hal buruk yang akan terjadi. Pada sebagian besar kesempatan, kita salah. Maka dari itu, berdoalah! Bukan dalam kepanikan-kepanikan seperti seorang yang tidak memiliki iman dan pengharapan. Tetapi dalam ketenangan dan keterbukaan pada segala kemungkinan. Sebab hanya dalam doalah, kita dapat percaya bahwa akhirnya semua akan baik-baik saja dalam penyertaan Tuhan.
Komentar
Posting Komentar