Pernahkah membayangkan bahwa setiap orang sudah
mendapat pencerahan, kecuali saudara sendiri?
Saudara
perlu membayangkan ini sebagai realitas yang terjadi dalam hidup saudara ketika
ketakutan dan keraguan-raguan setiap harinya selalu muncul dalam pikiran kita.
Sebab, kehidupan seseorang yang tidak pernah tercerahkan oleh kenaikan Yesus ke
surga, tidak jauh berbeda dengan kehidupan para murid yang dicela Yesus kepercayaannya
karena; telah hidup bersama-sama dengan Yesus; telah mendengar kesaksian, namun
masih tidak percaya. Bahkan sampai detik-detik kenaikan Yesus ke Surga, para
murid masih hidup dalam bayangan dan imajinasi mereka tentang Yesus yang
terlihat memerintah secara lahiriah, bukan naik ke Surga.
Walaupun
pada akhirnya nanti mereka kembali percaya dengan iman, sebab Yesus meneguhkan
iman para murid dengan pernyataan Roh Kudus. Lalu bagaimana dengan kita yang
memang tidak pernah melihat Yesus ataupun hidup bersama-sama dengan Yesus
secara lahiriah seperti para murid?
Saya
teringat ketika Yesus menampakkan diri kepada para murid-muridnya untuk
meneguhkan iman mereka ketika sedang berhadapan pada situasi sulit,
dikatakanNya “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.(bdk. Yoh 20:29).
Pernyataan ini membuat saya bertanya-tanya dalam
diri, apakah setiap kita merasa tercerahkan apabila mendapatkan tanda-tanda
lahiriah dari Tuhan? Apakah hal-hal lahiriah seperti penyakit disembuhkan,
ekonomi dipulihkan dan keinginan-keinginan kita lainnya tercepai, membuat kita
beriman kepada Yesus?
Jika
memang demikian, apalah artinya penebusan dalam Kayu Salib, Kebangkitan dan
Kenaikan Yesus bila pada akhirnya kita masih diperbudak oleh hal-hal lahiriah?
Tentu saya tidak mengatakan bahwa hal-hal lahiriah menjadi sesuatu hal yang tidak penting, sebab selain Firman, manusia juga membutuhkan roti. Bahkan beberapa tanda-tanda lahiriah juga Yesus katakan dan teguhkan pada para murid sebelum naik ke Surga sebagai bentuk penyertaanNya.
Tetapi, untuk mendapatkan pencerahan dan mengimani Yesus Kristus, hal-hal lahiriah bukanlah yang utama. Seperti Peristiwa Kenaikan Yesus Ke Surga, justru akan menjadi keterpisahan bagi mereka yang beriman dengan matanya. Sementara bagi mereka yang mengimani bukan karena hal lahiriah tidak mengalami perpisahan dengan Allah. Bahkan saat situasi dan kondisi sulit, iman mereka tetap kepada Allah yang kasih karuniaNya cukup bagi kehidupan mereka. Sebab, bagi yang beriman bukan dengan hal lahiriah, Kuasa Allah terlihat sangat sempurna dalam derita-derita yang manusia lihat dengan mata. Bahkan, mereka akan tetap berbahagia, sebab imannya memperlihatkan Allah yang selalu menaunginya dalam derita-derita yang manusia lihat dengan mata.
Oleh karena itu, bagi saudara yang telah
mengimaninya tidak baik untuk berpuas diri dan menyimpan Berita Baik ini
sendiri saja. Ataupun saudara yang sedang belajar dan berusaha untuk selalu
tercerahkan, juga baik untuk selalu terus memperbaiki diri, merasa lapar dan
haus akan kebenaran Tuhan.
Sebab setiap dari kita seumpama 7 orang buta sejak
lahir yang diperkenalkan dengan Gajah. Si Pertama merasakannya seperti sejenis
ular besar, sebab ia memegang belalai. Si Kedua merasakannya seperti bajak
petani, sebab ia memegang gading. Si Ketiga merasakannya seperti daun kipas
yang besar, sebab ia memegang kuping. Si Kempat, merasakannya seperti sebuah
gentong air besar, sebab ia meraba kepalanya. Si Kelima, merasakannya seperti
batu karang besar, sebab ia meraba badannya. Si Keenam merasakannya seperti
sebatang pohon besar, sebab ia meraba kakinya. Si Ketujuh merasakannya seperti
pecut pengusir lalat, sebab ia meraba ekornya.
Masing-masing dari kita hanya mengetahui sebagai
saja dari kebenaran. Bila kita memegang teguh dan pengetahuan kita yang
terbatas itu sebagai kebenaran mutlak, kita tak ubahnya seperti salah satu dari
orang buta yang meraba ekor gajah dan menyimpulkan bahwa pengalaman parsial
mereka itu sebagai sebuah kebenaran, dan yang lainnya: salah.
Alih-alih tidak beriman secara lahiriah, namun malah menjadi beriman secara buta. Maka saya mengajak untuk kita semua terus bersaksi dan berdialog dengan pengalaman-pengalaman iman orang orang percaya sebagai bentuk perasaan yang selalu merasa lapar dan haus akan kebenaran Tuhan.
Komentar
Posting Komentar