Optimis pada Janji dan Kemenangan Yang Tuhan Berikan. (Wahyu 12 : 10 – 17)

unsplash.com

Kitab Wahyu menjadi salah satu dari bagian kitab yang disebut Apokaliptik karena berisikan nubuatan-nubuatan. Adapun kitab atau sastra disebut sebagai Apokaliptik dikarenakan tulisan-tulisanya berceritakan tentang bagaimana penulis mengalami mimpi, penglihatan dan perjalanan sorgawi. Hal yang menarik dalam Kitab Wahyu dibanding dengan kitab atau sastra Apokaliptik lainnya adalah penulis tidak pesimis seperti para penulis apokaliptik yang putus asa terhadap sejarah, dan hanya melihat harapan pada zaman akan datang. Penulis Kitab Wahyu justru memperlihatkan tentang bagaimana Tuhan sedang bekerja untuk menyelamatkan, baik dalam sejarah maupun pada akhir sejarah. Karena itu, akan sangat keliru apabila tulisan-tulisan dalam Kitab Wahyu digunakan oleh para pelayan Tuhan. sebagai alat untuk membuat umat semakin ketakutan.

Seperti halnya yang menjadi bagian dari renungan kita saat ini, yakni Wahyu 12:10-17, oleh Lembaga Alkitab Indonesia, diberi judul “Nyanyian Kemenangan” yaitu Kemenangan Kristus Tuhan. Pada ayat 10 jelas menceritakan kemenangan itu, dikatakan "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Tuhan kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya”. Kemenangan yang disampaikan dalam perikop ini dinyatakan karena; sang pendakwa (iblis) dan kematian telah dikalahkan oleh darah Anak Domba. Yesuslah Anak Domba Tuhan yang dimaksudkan, sebab darah-Nya telah tercurah di Kalvari dan pada hari ketiga telah bangkit dari antara orang mati. Maut telah ditelan dalam kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu, masa yang akan datang ataupun akhir dari sejarah bukanlah sesuatu yang menakutkan lagi, sebaliknya kita dapat menghadapinya dengan lebih tenang. Sebab kita adalah milik Tuhan, persis seperti yang dituliskan dalam Roma 14:8 “Jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan”. Realitas ini sangat baik untuk dimaknai oleh orang-orang yang mengimani Kristus sebagai Tuhan, dengan sukacita dan hidup dengan penuh rasa optimis bukan dalam ketakutan akan masa yang datang.

Banyak hal yang membedakan cara hidup orang optimis dengan orang pesimis, terkhusus dalam menghadapi perasaan bahagia dan suasana hati yang buruk karena berhadapan dengan masalah ataupun penderitaan. Orang optimis bukan tidak mengalami suasana hati yang buruk, masalah, kekecewaan ataupun sakit hati. Perbedaanya bukan pula pada seberapa sering mereka memiliki suasana hati yang buruk atau seberapa parah perasaan buruk mereka ketika sedang berhadapan dengan masalah dan penderitaan. Tetapi sebaliknya, letak perbedaanya pada apa yang mereka perbuat bila sedang berada dalam masalah dan penderitaan.

Saudara mungkin berpendapat kalau mereka yang dihidupi dengan perasaan optimis saat berhadapan dengan masalah dan penderitaan; Mereka akan menyingsingkan lengan baju dan berusaha mengenyahkannya.; Mereka memperlakukan suasana hati mereka yang buruk dengan sangat serius dan berusaha mencari dan menganalisis apa yang salah; Atau Mereka berusaha memaksa diri mereka keluar dari keadaan suasana hati yang buruk itu.

Namun menurut saya tidak demikian, sebab hal-hal tersebut justru cenderung akan menambah rumit suasana hati seseorang dalam menghadapi masalahnya. Bila kita kembali pada realitas akan kemenagan Kristus didalam bahan renungan kita, maka mereka yang hidup dalam rasa optimis akan melihat masalah atauapun penderitaan sebagai realitas dalam kehidupan ini. Mereka menerima masalah dan penderitaan itu. Sehingga ketika mereka diperhadapkan dengan masalah dan penderitaan, mereka memperlakukannya dengan sikap terbuka. Bukan melawan terlebih meniadakan hal ini, sebab bagi mereka kegiatan tersebut hanya membuat kepanikan berelebihan. Bagi orang yang optimis, masalah dan penderitaan bukanlah rintangan untuk membuat kehidupan mereka terhenti, sebaliknya masalah dan penderitaan adalah Guru yang potensial bagi mereka. Maka jangan heran, mereka yang memiliki pola pikir demikian tetap mampu bersukacita dan berpengharapan sekalipun sedang dalam masalah ataupun penderitaan.

Sekarang, marilah kita menanyakan diri kita sendiri, termasuk dalam golongan apakah kita saat ini? Pikirkanlah suatu problem yang sedang saudara hadapi dalam waktu yang cukup lama. Bagaimana saudara menghadapinya sampai saat ini? Bila saudara seperti kebanyakan orang, saudara akan berjuang melawanya, memikirkannya, menganalisisnya berulang-ulang, tetapi hanya sedikit hasil yang diperoleh. Kemana semua usaha itu membawa saudara? Barangkali, malah ke dalam lebih banyak kebingungan dan stress.

Sekarang pikirkan problem yang sama dengan cara yang baru. Daripada mengesampingkan dan melawan masalah tersebut, cobalah merangkulnya sebagai kenyataan. Lalu, tanyakan diri saudara, pelajaran berharga apa yang mungkin diajarkan oleh masalah dan penderitaan ini. Apakah masalah ini dapat mengajari saudara untuk menjadi hidup dengan lebih menjaga kesehatan ?; lebih berhati-hati? ; atau lebih sabar? Atau apakah masalah dan penderitaan itu mengajari saudara kaitannya dengan ketamakan, kecemburuan, kecerobohan atau pengampunan? Atau hal kuat lainnya?

Saudara menemukan perbedaannya?


Apapun masalah dan penderitaan yang saudara hadapi saat ini, kesempatannya adalah situasi itu dapat dipikirkan dengan cara yang lebih lembut, memasukkan keingingan yang tulus untuk belajar dari situasi tersebut, sebab semua itu bukanlah rintangan yang dapat menghentikan kehidupan kita. Terlebih, masalah dan penderitaan juga tidak pernah menghentikan janji Tuhan pada umatnya; penyertaan Tuhan pada umatnya; kasih setia Tuhan pada umatnya. Kemenangan itu ada didalam Tuhan dan diberikan kepada mereka yang terus berpengharapan pada kasih setiaNya, persis seperti yang Kitab Wahyu nubuatkan. Bila saudara mampu mengubah pola pikir saudara seperti ini, maka saudara akan menyadari bahwa tidak lagi ada alasan untuk tidak bersukacita dan putus pengharapan. Sebab masalah dan penderitaan yang saudara hadapi saat ini tidaklah sedarurat yang kita pikirkan. Maka dari itu, tetaplah bersukacita dan berpengharapan dalam Kristus.

Nyanyikanlah dan Muliakanlah Tuhan yang dengan penuh belas kasih memberikan kemenangan itu, dalam hidup orang-orang beriman!

Komentar