Kisah
Para Rasul 9:32-35 merupakan salah satu dari sekian banyak kisah pelayanan
seorang Petrus. adapun dalam kisah inibercerita
tentang Rasul Petrus yang berkeliling, mendapati Eneas dan menyembuhkannya.
Ya,
saat itu Eneas yang dijumpai Petrus merupakan seorang
yang sudah delapan tahun menderita lumpuh (ayat 33). Petrus menyatakan bahwa
penyembuhan itu merupakan karya Yesus (ayat 34). Kita tahu bahwa Yesus telah
berkata kepada seorang lumpuh di Kapernaum untuk mengangkat tilam dan berjalan
(Mat 9:6; Mrk. 2:11; Luk. 5:24). Yesus juga kemudian mengatakan hal yang sama
kepada orang lumpuh di kolam Betesda di Yerusalem (Yoh. 5:8). Kuasa Yesus
bekerja di dalam diri Petrus. Eneas, orang yang lumpuh itu kemudian segera
bangkit! Mukjizat ini ternyata membuat heboh orang-orang di tempat itu.
Mukjizat yang menakjubkan itu membuat mereka kemudian jadi percaya kepada Tuhan
(ayat 35).
Kisah
tentang penyembuhan pada diri Eneas bukanlah kali pertama dilakukan oleh
seorang Petrus. Atau dengan kata lain, sebelum dan sesudah peristiwa tersebut,
Petrus juga telah melakukan banyak penyembuhan bagi mereka yang berserah pada
kuasa Kristus. Tapi adakah diantara kita yang mengingat bahwa; Dalam Injil Matius 17:14-20 dan injil sinopsis
lainnya, dituliskan bahwa murid-murid Yesus juga mengalami kegagalan dalam
memenuhi panggilan mereka. Sekalipun Yesus telah memperlengkapi mereka dengan
tenaga dan kuasa untuk menguasai setan-setan, menyembuhkan orang sakit
(Luk.9:1-6), namun mereka gagal melakukan perintah dan kehendak Allah.
Baru
saja, Petrus, Yakobus, dan Yohanes turun dari gunung kemuliaan (Luk.9:28-36),
sekumpulan orang datang melihat apakah para murid bisa melepaskan seorang anak
dari kuasa setan (Luk.9:37), namun mereka gagal. Seorang ayah yang anaknya
kerasukan setan, berkata:”… aku telah meminta kepada murid-murid-Mu supaya
mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat” (ay.38-40).
Kegagalan
ini tidak membuat para murid keluar dari kehendak dan panggilan Allah, mereka
tetap membuka diri, mengakui dan menerima kegagalan sebagai bagian dari proses
untuk memperbaiki diri dan terus melangkah maju. Mereka tetap berada pada
posisi yang diinginkan Tuhan, yaitu sebagai pemberita Injil, menyembuhkan
orang-orang yang sakit, dan membebaskan orang-orang yang dirasuk setan.
Ada
pula peristiwa dimana, para murid diperintahkan Yesus menyeberangi Danau
Galilea untuk bertemu dengan-Nya di seberang danau, namun ketika mereka taat
melakukan perintah itu, mereka malah berhadapan dengan badai yang besar dan
hampir-hampir menenggelamkan perahu mereka.
Kadang
ketika kita melakukan perintah-Nya, kita diizinkan mengalami ”kesulitan
dan kegagalan”. Kepatuhan untuk melakukan perintah Tuhan
tidak menjamin seseorang selalu lancar dalam perjalanan hidupnya, tetapi kadang
Tuhan mengizinkan kita mengalami kesulitan dan kegagalan, untuk satu tujuan
yang baik yaitu tidak mengandalkan diri dan selalu berserah kepada kuasa Yesus.
Sebab, bila kita kembali pada bahan yang menjadi bahan khotbah Minggu ini,
Petrus juga menyembuhkan Eneas dengan kuasa dari Yesus Kristus bukan karena
kuasa dan kemampuannya sendiri.
Atau
dengan kata lain, yang memberikan kesembuhan, mukjizat dan sebagainya bukanlah
seorang manusia melainkan penyerahan diri pada kuasa Yesus Kristus dalam hidup
kita. Tapi kenyataannya makin kemari, kita justru sering menganggap kuasa dan
pekerjaan Yesus bisa gagal dalam hidup kita, jika tidak memakai cara kita.
Misalnya, cara Yesus dalam menghadapi orang-orang yang memusuhiNya adalah
mengasihi mereka dan mendoakan mereka, tetapi cara ini kurang berkenan bagi
kita. Kita lebih suka menghancurkan orang-orang yang memusuhi kita, memojokkan
dan mempermalukan lawan-lawan kita, sebab kita berpikir kalau mereka dikasih
hati, maka mereka akan “berbahaya bagi kebenaran”. Bahkan banyak hal lagi,
misalnya dalam bidang penyembuhan. Betapa banyak orang-orang Kristen saat ini
yang masih percaya pada penyembuhan yang dilakukan oleh manusia yang disebut
sebagai “Orang Pintar”.
Bila
“orang pintar” yang dikategorikan itu seorang Dokter, mungkin saya akan lebih
mudah menerima. Tapi bagaimana bila yang dimaksud adalah orang-orang yang
jelas-jelas menyembah berhala? Apakah kita akan dengan mudah menerimanya?
Saudara bisa menjawab hal-hal ini dengan argumentasi saudara masing-masing.
Hanya
saja, saya ingin mengingatkan kembali bahwa kita sering menganggap bahwa
pekerjaan Tuhan bisa gagal jika tidak memakai cara dan pikir kita. kita lupa
bahwa terwujudnya rencana dan pekerjaan sendiri adalah tergantung kepada Yesus
sendiri. Kita hanya diundang untuk berperanserta, bukan untuk mengambilalih sepenuhnya
pekerjaan Yesus itu. Ingatlah bahwa Yesus masih aktif bekerja dan kehendakNya,
caraNya, polaNya masih berlaku. Maka marilah kita belajar dari kehidupan
orang-orang beriman yang berserah pada kuasa Tuhan dan sering kali dikisahkan
dalam Alkitab; meskipun kehendak Tuhan, cara Tuhan kelihatannya konyol dan
tidak masuk akal, marilah kita tetap berserah, sebab jika kita memakai cara
Yesus, maka kesembuhan, kebahagian dsb dalam kehidupan kita bukan tergantung
pada usaha dan kemampuan kita. Sebab kita sendiri juga mengetahui bahwa kita
lemah dan tidak berdaya. Sebaliknya berserahlah kepada Yesus, sebab Tuhan yang
akan menyediakan caranya untuk kita mampu melewati, menjalani dan mengahadapi
segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Sebagai
penutup saya ingin menceritakan tentang sebuah kisah tentang seseorang yang
selamat dari kecelakaan sebuah kapal, terdampar di pulau yang kecil dan tak
berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap
hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun
yang datang.
Dengan
capeknya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk
melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih
dia punyai.
Tetapi
suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan
mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling
parah, hilanglah semuanya. Dia sedih dan marah.
“Tuhan,
teganya Engkau melakukan ini padaku?” dia menangis.
Pagi-
pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau
itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.
“Bagaimana
kamu tahu bahwa aku di sini?” tanya pria itu kepada penyelamatnya.
“Kami
melihat tanda asapmu”, jawab mereka.
Mudah
sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Padahal kita sendiri tidak
mengetahui apakah peristiwa yang hari ini kita alami adalah baik atau buruk. Seperti
pria dalam kisah ini, gubuk yang terbakar tersebut dia pikir sebgai situasi
yang buruk. Tapi justru itu menjadi kebaikan baginya.
Jadi
bagaimana, masih mau berserah atau terus-terusan mengeluh kepada Tuhan?
Komentar
Posting Komentar