Fakta menarik menunjukkan bahwa pada tanggal 12
September 1948 dibentuk sebagai suatu wadah perjuangan, terlihat dari
kepanjangannya yang pertama PERSATUAN MEMAJUKAN DAN MEMPERTAHANKAN AGAMA
sebelum diubah menjadi PERSADAN MAN ANAK GEREJANTA. Atau dengan lain,
pencanangan kategorial PERMATA dalam Gereja GBKP dimulai dengan perjuangan dan
dilahirkan untuk sebuah perjuangan. Karena itu akan menjadi menarik, bila fakta
ini kita sesuaikan dengan kondisi dan konteks permata saat ini. Apakah PERMATA
saat ini masih memiliki semangat perjuangan dalam seluruh kehidupannya?
Pertanyaan ini menjadi penting karena disituasi saat
ini, kebanyakan orang tua telah memberikan label kepada PERMATA bahwa kita
sudah banyak yang kehilangan nilai-nilai perjuangan.Tentu label ini tidak bisa
ditolak begitu saja, karena banyak diantara PERMATA yang mudah sekali
meninggalkan sesuatu di saat tidak lagi merasa nyaman. Merasa tidak nyaman di
sekolah, minta pindah sekolah. Tidak nyaman di pekerjaan, terburu-buru resign.
Tidak nyaman di rumah, pergi. Tidak nyaman di gereja, pindah ke gereja lain. Kecenderungannya,
saat generasi muda dihadapkan dengan situasi sulit, mereka bukannya berusaha
memperbaiki itu, tapi malah menghindari atau meninggalkannya.
Dengan kata lain, kenyamanan sering menjadi alasan
utama untuk PERMATA bertindak. Jadi bukan lagi dimulai dan dilahirkan dengan
sebuah perjuangan. Tentu ini, menjadi yang sangat berbeda dengan Rasul Paulus
yang mempertaruhkan nyawanya demi orang lain (2 Timotius 2:10). Ia dilempari
batu dan dibiarkan mati (Kisah Para Rasul 14:19). Pada kesempatan lain ia
dikeroyok, disesah, dan dipenjara (16:22,23). Tiga kali kapalnya kandas, dan
beberapa kali ia dicambuk dan dipukul dengan tongkat (2 Korintus 11:23-28).
Mengapa Paulus rela menanggung penderitaan semacam ini? Karena mengingat
tentang api kekal dan kehidupan kekal, maka dengan senang hati ia menanggung
risiko itu.
Bahkan hal tersebut juga diajarkan kepada Timotius dan
juga PERMATA dalam bahan yang menjadi refleksi kita saat ini, yakni 2 Timotius
2:1-5, disebutkan
1.
Sebagai seorang prajurit Kristus, kita harus selalu siap untuk berjuang,
menderita dan patuh kepada komandan kita yaitu Tuhan Yesus. Kita harus sadar
bahwa hidup di dunia ini ibarat berada di medan perang, kita harus terus
berjuang mempertahankan iman dan berperang melawan kuasa-kuasa kegelapan (iblis).
Oleh karena itu, kenakanlah “…seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu
dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis;” (Efesus 6:11)
2.
Sebagai olahragawan, kita harus tekun berlatih dan taat kepada peraturan yang
diberlakukan kepada setiap olahragawan saat mengikuti pertandingan, karena jika
tidak bermain menurut aturan pertandingan maka kita akan didiskualifikasi.
Begitu pula di dalam kekristenan, kita harus patuh kepada aturan yaitu firman
Tuhan; selain itu kita harus terus mendisiplinkan diri untuk tetap fokus kepada
tujuan akhir. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai
garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku
mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan,…” (2 Timotius
4:7-8.) Mahkota ini adalah ‘stephanos’, yaitu mahkota hasil perjuangan, yang di
dalamnya terkandung berkat-berkat Tuhan yang senantiasa menyertai kehidupan
kita.
Berbicara mengenai perjuangan pula, saya teringat
tentang kisah anjing pelacak. Saat anjing itu mulai mengejar rusa, tiba-tiba
seekor rubah melintas di jalan yang dilewatinya, sehingga ia mengejar rubah
itu. Setelah beberapa saat, seekor kelinci melintas, dan ia pun beralih
mengejar kelinci itu. Kemudian, seekor tikus melintas pula dan anjing itu
beralih lagi mengejar si tikus hingga sampai di depan lubangnya. Akhirnya, si
anjing pelacak yang awalnya berburu rusa yang bagus, kini hanya bisa memandangi
lubang tikus!
Kebanyakan kita pasti menertawakan anjing pelacak itu.
Namun bila direnungkan, ternyata kita pun sering mudah terkecoh. Bahkan
kadangkala kita menyimpang dari Kristus. Memang pada awalnya perjalanan hidup
ini terasa mudah, tetapi kemudian bermunculan banyak hal yang dapat membelokkan
langkah kita.
Kita perlu merenungkan kata-kata Rasul Paulus. Ia
menasihati Timotius agar tetap memusatkan perhatian pada tujuan hidup dan
pelayanannya (2 Timotius 1:6-13; 2:1,2,22-26; 3:14-17). Ia mendorong Timotius
untuk bersaksi kepada orang lain tentang Kristus dan memperingatkan mereka
untuk tidak menyimpang (4:1-5).
Nilai-nilai dunia dapat mempengaruhi kita dengan
mudah, menggoda kita untuk memandang rendah "ajaran sehat" dan
membenarkan ajaran yang salah (4:3,4). Oleh karenanya kita perlu mengetahui dan
meyakini firman Allah, bertekun dalam melewati pencobaan yang berat, dan tetap
menjaga iman (ayat 2,5,7).
Ingatlah ini selalu, kenyamanan bukanlah penentu
kehidupan orang Kristen. Bahkan suasana hati sering membohongi realita yang
ada. Untuk itu datang dan mintalah pertolongan dariNya untuk kita dapat terus
berjuang dan mintalah agar cara pandangNya selalu menjadi alat untuk kita
mengetahui apa yang menjadi prioritas dalam hidup. -AGM
Komentar
Posting Komentar