Petrus tidak mengerti atau Petrus
tidak mau mengerti?
Banyak yang berfikir bahwa Petrus
dan para murid lainnya memang tidak mengerti tentang arti hadirat Yesus di
dunia. Benar, demikianlah memang yang terjadi. Hal ini disebakan karena menurut
gambaran mereka, Mesias akan menggulingkan penjajah, lalu akan menjadi raja
Israel yang merdeka. Tetapi kini Tuhan Yesus mengajarkan yang sebaliknya,
Mesias akan menderita, disalibkan, mati dan dibangkitkan.
Ajaran Yesus itu terlalu
bertentangan dengan gambaran mereka yang sudah mendarah daging. Mereka harus
rela membuang dulu gambaran yang lama. Sesudah itu barulah mereka bisa mengerti
apa yang diajarkan Yesus.
Itulah susahnya proses belajar
dari seorang dewasa. Anak kecil belajar dengan jalan mengingat. Tetapi orang
dewasa belajar dengan jalan melupakan, yaitu melupakan gambaran yang lama.
Hari ini, berapa banyak yang
telah menjatuhkan semangat saudara untuk hidup? Ada berapa banyak kegagalan
yang saudara alami? Percayalah saudaraku, sebanyak apapun penderitaan itu;
sejatinya itu tidak akan pernah bisa melumpuhkan saudara. Sebab dalam Kristus
ada pengharapan, dan pengharapan itulah yang menjadikan masa lalu menjadi
sebuah pelajaran untuk melangkah lebih jauh.
Namun sering kali, justru hal
yang demikian sering hilang dalam diri kita. Persis seperti yang dialami oleh
murid selama tiga tahun bersama sama dengan Yesus. Mereka tidak mengerti bahwa
Yesus akan menjadi Mesias yang menderita, disalibkan dan dibangkitkan.
Mengapa? Karena mereka tidak
bertanya! Mereka tidak bertanya tentang apa yang selalu Yesus sampaikan
mengenai arti hadiratnya di dunia. Injil Markus menceritakan hal tersebut,
Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakan kepada=Nya. (Markus
9:32)
Ironis, seharusnya mereka tidak
segan bertanya. Tapi keangkuhannya mendominasi diri para murid. Mereka berlagak
pura-pura mengerti. Sesuatu yang sering kali juga terjadi dalam diri kita.
Perkataan-perkataan yang menjatuhkan membuat diri kita sulit melangkah untuk
lompatan yang jauh di dalam Kristus. Kita merasa yakin dengan “Mimpi Kita”
bukan dengan apa yang Tuhan inginkan. Kita lebih senang bertanya kepada orang
lain tentang “Mimpi Kita”, bukan bertanya dan berserah pada Tuhan tentang “Mimpi
Kita”.
Tahukah saudara, batu besar
seringkali tidak membuat orang lain terjatuh. Justru batu kecil yang terkadang membuat
orang jatuh. Mungkin bagi kita yang berfikir dengan semua fakta dan logika, komunikasi
dengan Tuhan adalah sesuatu yang kecil dan sering diabaikan. Namun, nyatanya
hal inilah yang membantu saudara untuk melangkah lebih jauh yakni menerima hadirat
Tuhan, bertanya dan menyerahkan diri dalam rancanganNya.
Sulit? Benar, tentu banyak hal yang
sulit dan diluar kendali kita saat mengikuti jalan yang dia rancangkan bagi
kita. Tapi apakah, IA pernah meninggalkan kita? Tidak!
Buktinya?
Tahukah kita? Mempersembahkan anak
lelaki di zaman Yesus masa itu adalah sebuah kemaluan yang besar dan telah
merengut harkat dan martabat diri seorang Bapak. Tapi, kita lihat bahwa Salib
membuktikan kasihNya kepada kita semua. Anak Manusia yang adalah Tuhan kita
mempersembahkan diri di kayu Salib untuk kita. Sebab, Tuhan tidak pernah meninggalkan
kita, bahkan DIA selalu sedia memberikan dirinya untuk kita.
Jadi, bagaimana saudaraku?
Seberapa banyak rintangan yang
engkau lihat didepan, seberapa banyak masa lalu yang telah merantai kakimu
untuk melangkah?
Saudaraku, biarlah Tuhan
melepaskan rantai itu! Biarlah Tuhan berbicara bagimu, untuk sesuatu yang indah.
Mungkin Tuhan tidak menginginkanmu melewati penderitaan yang besar itu? Tapi
dia mengarahkan jalan lain untuk melewati penderitaan yang engkau hadapi? Atau
mungkin Dia telah sedia dan mengulurkan tanganNya untuk membawamu melangkah
menuju “Mimpimu”? Saya tidak mengetahuinya, namun yang saya tahu; Sampai detik
ini, Kasih Tuhan tidak tinggal di Kayu Salib 2000 tahun lalu. Tapi, kasihnya
selalu ada untuk menyertai dan menguatkanmu sejak sekarang dan sampai nanti.
Komentar
Posting Komentar