Cerita yang sama, namun
digambarkan secara berbeda; kira-kira demikianlah bila kita membandingkan kisah
tentang Yesus yang di elu-elukan ketika ia memasuki Yerusalem dari Injil
Yohanes Pasal 12. Mengapa?
Dalam Injil Yohanes disebutkan
beberapa hal yang saya rasa cukup menarik dan layak untuk menjadi perhatian
kita;
1. Murid-murid
yang mendapatkan ingatan akan nubuatan dalam Kitab Zakharia mengenai Raja
Mesias di Sion
2. Mereka
yang mengelu-ngelukan karena ada yang melihat kebangkitan Lazarus dan ada yang
mendengar kisah tersebut.
Kedua poin ini
tampaknya hanya diceritakan dalam Injil Yohanes. Sebab Injil lainnya
menceritakan tentang bagaimana detail kisah ini berlangsung. Tentu, tak lain
dikarenakan cara pandang dari penulis yang berbeda.
Oke, lalu
bagaimana? Anda tidak ingin saya berlama-lama dengan urusan tafsiran, bukan?
Tahukah kita? Zaman
sebelum Yesus lahir dan sesudah Yesus lahir, mencatat berbagai tokoh yang
menganggap dan mencitrakan dirinya sebagai Mesias. Hal ini menjadi salah satu
penyabab orang-orang farisi, dan para ahli taurat tidak mempercayai kehadiran
Yesus. Sebab, tokoh-tokoh itu telah membuat banyak korban meninggal. Mengingat
para tokoh tersebut berjuang secara Mesias Politik. Kejenuhan itu ternyata
hidup dan nyata bagi orang-orang yang berniat untuk membunuh Yesus. Tak ubahnya
seperti kita yang sering beranggapan seperti, “AH TUHAN ITU SAMA SEMUA KOQ,
SEMUA AGAMA MENGAJARKAN HAL YANG SAMA”.
Nyatanya hal ini
berbeda dan mengingatkan para murid tentang nubuatan dalam Kitab Zakharia,
mengenai Raja yang datang dengan keledaiNya. Tapi apakah harapan dan pengertian
para murid berbeda? Tidak! Harapan dan Pengertian mereka juga tetap sama, yakni
Mesias yang berjuang secara politik untuk membebaskan dari penjejahan. Tak
heran, mengapa Lukas 19:41-44 mencatat bagaimana Yesus menangisi Yerusalem. setelah
semua prosesi itu selesai.
Bagaimana dengan kita
sekarang? SEBERAPA SERING KITA TERBUAI DENGAN KEGIATAN MENYAMA-NYAMAKAN ATAU
MEMBANDING-BANDINGKAN?
Faktanya, tak seorangpun
dapat berbahagia karena mereka memliki sikap untuk menyama-nyamakan atau
membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Bahkan sering kali, sikap
demikian akhirnya membuat kita menangisi diri kita dan melupakan tentang rancangan
Tuhan yang berbeda bagi kita.
Setiap orang mungkin
melakukan proses awal yang sama, tapi apakah hal itu mengartikan bahwa setiap
dari kita memiliki hasil yang serupa? Tidak! Kita menyadari hal tersebut, tapi
sering kali kita lupa dan akhirnya mengutuki diri kita sendiri. Tak ubahnya seperti
kaum farisi yang membandingkan atau menyama-nyamakan Yesus dengan mesias
lainnya. Alhasil penglihatan mereka gelap dan menutup secercah harapan yang
dibawa oleh Yesus dalam kehidupan juga pelayananya.
Padahal, bila kita merenungkan
kembali Iman kepada Yesus selalu menumbuhkan pengharapan yang baru. Harapan
kita tidak akan pernah mati di dalam Kristus yang telah dimuliakan di atas Kayu
Salib.
Hari
ini, seberapa hancurnya saudara?
Seberapa letihnya
saudara menjalani kehidupan saudara?
Mari kita sama-sama
telisik, apa yang membuat diri kita demikian? Benarkah karena Kristus yang
tidak lagi berkuasa atas kehidupan kita? Atau sebenarnya justru kita memiliki rancangan
yang berbeda tak seperti yang Tuhan rancangkan dalam kehidupan kita? Kebahagian
yang muncul karena menyamakan atau membandingkan karya Tuhan dalam hidup kita
dengan orang lain?
Mau kah kita menerima suatu
kenyataan? Bahwa demikianlah masa depan yang terus dan akan selalu kita hadapi.
Ada sesuatu yang lain dari yang kita pikir akan terjadi. Karena itu, kita harus
dan selalu berdaptasi terhadap apa yang terjadi. Mungkin benar, bahwa Yesus telah
menghidupkan Lazarus. Tapi, tak berarti kejadian serupa juga terjadi dalam
peristiwa lainnya. Selalu ada yang diluar kendali kita dan selalu ada yang
diserahkan pada kendaliNya.
Ketika anda mencoba
memahaminya; percayalah anda menemukan bahwa sebagaimanapun antisipasinya,
rancanganya dan rencananya. Selalu ada yang harus kita serahkan pada
kendaliNya. Sebab Dialah Tuhan, dalam kendaliNya lah kita meletakkan ; bukan
hanya penghormatan tetapi harapan dan rancangan akan kehidupan kita seutuhnya.
Komentar
Posting Komentar