Saudara yang terkasih, bila kita
membahas renungan ini dari ayat 1-3; maka kita melihat bagaimana Pemazmur
mengalami keyakinan dan keberanian dalam hidupnya. Tidak ada lagi rasa khawatir
yang muncul bersama dengan Allah. Seterusnya, bila kita membaca ayat 4-6, maka
kita menemukan bagaimana gairah dan perasaan Pemazmur yang aman dalam
perlindunganNya dan tenang saat menghadapi musuh-musuhnya. Tetapi, pada
ayat-ayat yang kita baca kali ini terasa seperti adanya kontras dari kondisi Pemazmur
yang sebelumnya.
Bagaimana mungkin Pemazmur yang
tadinya begitu percaya diri tanpa rasa takut, namun sekarang terasa begitu
tertekan?
Sebagian besar penafsir Alkitab
mengatakan bahwa Mazmur 27 merupakan penggabungan dua mazmur Pemazmur dari dua
peristiwa yang berbeda, itulah sebabnya pembaca yang cermat dapat merasakan
perbedaan yang terjadi pada diri Pemazmur.
Tentu ini persoalan teologis yang
tidak perlu saya bahasa dalam artikel ini, tapi hal menarik untuk kita
refleksikan sebagai berikut;
1.
Seberapa berdosakah manusia yang memiliki
keraguan?
Sejatinya, semakin kemari saya
semakin sadar tentang Douter et croire (Ragu-ragu dan Percaya) kerap
menjadi seperti dua sisi dari koin yang sama, yaitu relasi kita dengan Tuhan. Relasi
yang membawa kita dalam sebuah perjalanan yang mendalam. Tentu, ada
bagian-bagian kosong, gelap dan pekat. Namun setidaknya, perjalanan itu tidak
terhenti karena rasa percaya. Itulah mengapa, ragu-ragu bukan status jiwa yang
sanksi akan Tuhan, melainkan gejolak kehidupan yang memacu relasa kedalaman hubungan
kita bersamanya. Justru sulit membayangkan orang-orang yang memiliki
kepercayaan yang besar tanpa pernah berada dalam keragu-raguan. Karena relasi
dengan Tuhan tidak mungkin sekedar sebuah formalitas, tentang keterpaksaan
untuk mempercayai Tuhan atau memaksa diri untuk mempercayaiNya. Relasa dengan
Tuhan adalah momen di mana kita berhadap-hadapan sendirian dengna Tuhan kita.
Dan saat itu, Ragu-Ragu justru menjadi pengantar cinta itu sendiri yang segera
akan lebuh dalam pelukanNya, pelukan Sang Cinta.
Agustinus adalah contohnya.
Agustinus sangat pandai meragukan apa yang setiap kali dipeluknya. Dia tercebur
dalam “kebenaran” yang satu ke yang lain tanpa ada pemenuhan kedahagaan. Dan
ketika dia berjumpa dengan seorang Uskup Ambrosius, Uskup dari kota Mila, ia
menanggalkan keragu-raguanya. Ia berjumpa dengan saksi kebenaran. Ia ditangkap
dan dipeluk oleh Sang Kebenaran lewat khtobah lembu Amborsius.
Dalam konteks hidup Agustinus,
Tuhan seperti berkata,” Kejarlah Daku, dikau kutangkap.” Ragu-ragu identik
dengan kegelisahan. Agustinus gelisah sampai ia dipeluk oleh Sang Cinta.
“Terlambat aku datang kepada-Mu,
hai Sang Cinta” adalah bahasa lain dari apa yang kerap dia tulisa mengenai
Tuhannya, God, I love you late.
2.
Doa itu ternyata juga tentang merendahkan
diri dihadapanNya!
Benar bila Ia mengabulkan doa
kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya. –1 Yohanes 5:14. Namun, ada
satu yang sering kali kita lupakan pada ayat tersebut dan umumnya dipotong oleh
banyak orang yakni menurut kehendak-Nya.
Pengertian ini menjadi yang
seharusnya terpenting bagi kita adalah mencari kehendakNya dan apakah kita
layak menerima kehendaknya? Sering kita lupakan akan hal tersebut, sampai kita
merasa angkuh kepada DIA.
Justru hal menarik ketika melihat
mazmur ini menjadi satu bagian, ketika ia menceritakan bagaimana orang yang
layak dan mendapat pertolongan dari Allah kemudian dirinya terenyuh dan memohon
dengan sangat untuk dilayakkan oleh Allah tuk dapat menerima janjiNya.
Perhatikan ayat 9. Empat kali Pemazmur,
memohon dengan sangat kepada Tuhan, saya tambahkan dari kata kerja Ibraninya:
pertama, janganlah kiranya menyembunyikan wajah-Mu kepadaku. Kedua, janganlah
kiranya menolak hamba-Mu ini dengan murka. Ketiga, janganlah kiranya membuang
aku. Keempat, janganlah kiranya meninggalkan aku.
Pernahkah kita meminta seperti
yang Pemazmur lakukan? Bila belum pernah melakukanya, sampaikan dan tanyakan
pada-Nya. Apakah kita layak untuk mendapatkan sesuatu yang kita minta sekarang?
Apakah Allah mau melayakkan hal tersebut untuk kita?
Komentar
Posting Komentar