Seringkali disebutkan jikalau
menginginkan sesuatu harus melakukan sesuatu untuk meraihnya. Usaha-usaha
tersebutlah yang memperbesar peluang untuk kita mendapatkan apa yang
diinginkan. Hal ini sering dipakai oleh beberapa orang sebagai cara memperbesar
agar Tuhan melakukan sesuatu untuk hal yang diinginkannya. Apakah hal ini
salah? Mari kita membahasnya secara perlahan
Apabila kita berdoa
saja tanpa melakukan usaha, tentulah kita menyepaktinya sebagai bentuk
kekonyolan. Semisal berdoa untuk mendapatkan rezeki, tentu harus dibarengi
dengan usaha pula. Sebab, bila tidak demikian hal itu tidak akan mungkin
terjadi. Bahkan Durian jatuh sekalipun, dimungkinkan karena ada Pohon Durian yang
telah dirawat dan tumbuh menghasilkan buah. Namun, apakah hal ini berlaku juga pada
Anugerah Tuhan?
Jawabannya, jelas TIDAK!
Anugerah Tuhan tidak sejalan dengan usaha manusia, apalagi ketika kita
beranggapan bahwa hal itu didapatkan oleh kebaikan. Itu sesuatu yang sesat.
Faktanya, segala bentuk anugerah dari Tuhan datang dari kehendak-Nya yang
berbelas kasih kepada manusia.
Dengan kata lain,
segala bentuk usaha yang kita lakukan dapat menghasilkan sesuatu dari yang kita
harapkan. Namun hasil dari tersebut, belum tentu baik dan seturut kehendak-Nya.
Semisal para penguasa yang melakukan tindakan nepotisme terhadap keluarganya,
dengan tujuan mengangkat harkat dan martabat dari keluarganya. Mungkinkah itu
berhasil? Tentu hal itu dapat berhasil! Tapi, apakah itu seturut dengan
kehendak-Nya? Tidak!
Dalam Matius 5:45 jelas
dikatakan, “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan
matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang tidak benar.” Dengan kata lain, Matahari dan
Hujan adalah anugerah dari Tuhan kepada semua orang, termasuk yang jahat. Tapi
kehendak Tuhan tidaklah sama dengan yang dibayangkan oleh orang-orang jahat
yang menganggap anugerah Tuhan dalam bentuk rezeki yang diterimanya sebagai
persetujuan dari Tuhan.
Dengan kata lain,
Anugerah dari Tuhan yang diberikan seturut kehendaknya hanya mampu kita terima
dan dipahami hanya oleh Kuasa Roh Kudus yang mengajarkan dan membantu kita saat
melihat juga membaca Firman-Nya. Itulah iman yang dinyatakan Paulus dalam surat
Roma sebagai bagian dari refleksi kita hari ini.
Bahwa IMAN yang timbul
karena Firman-Nya, membuat diri kita mendapatkan Anugerah daripada-Nya seturut
kehendak-Nya. Sehingga hal ini bukan karena usaha, tapi seturut kehendak-Nya.
Sebab, pada akhirnya DIA yang membantu kita mengerti dan memahami segala
sesuatunya dalam rupa Roh Kudus. Jadi bukan karena usaha kita, tetapi usaha-Nya
yang setiap waktu membimbing dan menolong kita.
Hal tersebut akan
tampak dan nyata dalam keseharian dan kehidupan kita. Sehingga setiap kebaikan
yang muncul, bukan untuk Tuhan melakukan sesuatu bagi kita. Sebaliknya karena Tuhan
telah melakukan sesuatu bagi kita.
Nah, yang menjadi
pertanyaan adalah “Maukah kita dibimbing oleh-Nya untuk melihat Kehendak-Nya
dalam kehidupan kita?”. Bila saudara menginginkannya, datang dan dengarkan
perkataan-Nya. Sebab, sudah terlalu sering untuk kita membuat diri-Nya
mendengar setiap keinginan dan kehendak kita. Lupa untuk mendengar dan melihat
kehendak-Nya.
Datanglah sebab IA
adalah Tuhan yang penuh belas kasih. Datanglah, karena Anugerah itu telah IA siapkan
untuk kita seturut kehendak-Nya.
Komentar
Tuhan simasu masu
Posting Komentar