REFRENSI KHOTBAH MINGGU GBKP 03 NOVEMBER 2024 (DIHIBUR UNTUK MEMBERI PENGHIBURAN 2 KORINTUS 1:3-7 )

 


Dalam kitab Galatia 6:9, kita diajak untuk tidak jemu-jemu melakukan perbuatan baik, terlebih di tengah kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Di tengah pesimisme dan krisis, percayalah masih ada orang-orang yang melakukan perbuatan baik tanpa henti. Namun, saya percaya bahwa kita juga dipanggil untuk menjadi bagian dari mereka, menjadi terang di tengah gelap, bahkan saat situasi dunia terus bergejolak. Mengapa kita perlu menjadi orang baik di dunia yang kian egois? Karena dengan menjadi pribadi yang membawa kebaikan, kita menunjukkan kasih Allah yang nyata dan membawa penghiburan sejati kepada sesama.

 

Sadarkah kita, bahwa dewasa ini, banyak orang lebih memilih mengadopsi narasi kecil yang fokus pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Michel Foucault menjelaskan bahwa masyarakat modern cenderung hidup dalam “sistem disiplin,” yang dipengaruhi oleh institusi-institusi yang terus-menerus menilai dan membandingkan, seperti pendidikan dan ekonomi. Ini menciptakan rasa harus berkompetisi dan mengurung orang lain, menciptakan situasi di mana kita merasa lebih aman mempertahankan keunggulan pribadi daripada bekerja sama. Akibatnya, kecenderungan untuk berbagi dan memberi tanpa pamrih menjadi langka, dan lebih sedikit orang yang terdorong untuk memberi penghiburan atau bantuan kepada orang lain. Dalam konteks ini, menjadi penghibur sejati bagi orang lain hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keberanian untuk melawan arus, serta komitmen untuk berbagi kasih tanpa mengutamakan kepentingan pribadi.

 

Dalam Amsal 3:27-34, kita diajak untuk memberi kepada mereka yang berhak, untuk menghindari perseteruan yang tidak perlu, dan untuk menghindari kesombongan. Stanley Hauerwas melihat nasihat ini sebagai undangan untuk membangun komunitas yang penuh kasih dan keadilan radikal. Menurut Hauerwas, tindakan memberi dan menghindari kesombongan adalah panggilan bagi umat Kristen untuk menjadi “komunitas alternatif” yang berbeda dari individualisme modern. Kasih Allah yang nyata tidak terlihat dalam persaingan atau keinginan untuk unggul, namun dalam komitmen keikhlasan untuk memberi penghiburan, bahkan di saat penghiburan itu tidak dibalas.

 

Sebagai orang percaya, kita diajak menjadi bagian dari komunitas yang menunjukkan kasih Allah melalui tindakan nyata. Ketika kita menahan diri dari sikap sombong, kita tidak hanya menjadi pribadi yang rendah hati tetapi juga membawa suasana yang hangat dan menghibur bagi orang lain. Tindakan ini menjadi semacam perlawanan terhadap narasi duniawi yang mengutamakan ego dan pencapaian pribadi. Dengan menjadi komunitas yang saling mendukung, kita menghidupkan kasih Allah dalam lingkungan sekitar kita.

Jürgen Moltmann, dalam bukunya The Crucified God , menggambarkan penghiburan bukan sekadar kata-kata yang indah atau empati yang dangkal. Kristus sendiri ikut menderita bersama umat manusia, sehingga penghiburan dalam perspektif ini adalah panggilan untuk hidup dalam solidaritas yang sejati. Kita dipanggil untuk hadir bersama orang-orang yang menderita, bukan hanya dengan simpati, tetapi dengan tindakan nyata yang mengangkat mereka dari keterpurukan. Menjadi penghibur bagi orang lain berarti ikut merasakan beban yang menjadi tanggung jawab mereka dan melakukan sesuatu yang berarti bagi mereka.

 

Ketika kita memahami bahwa Kristus juga menderita bagi kita, kita diajak menghibur orang lain dengan cara yang lebih dalam dan bermakna. Penghiburan yang diberikan bukanlah sesuatu yang bersifat sementara, namun sebuah komitmen yang melibatkan empati, ketulusan, dan kesediaan untuk berbagi rasa sakit bersama. Kita menjadi bagian dari rencana besar Tuhan yang mengalirkan kasih dan penghiburan dalam setiap tindakan dan kehadiran kita di dunia tengah yang penuh dengan tantangan ini.

 

Saya ingat pengalaman ketika hidup bersama di unit-unit Diakonia GBKP. Melalui pengalaman itu, saya menyadari bahwa GBKP tidak pernah membuat tempat-tempat pengasingan bagi orang-orang disabilitas di YKPD Alpha Omega, Anak Yatim dan Piatu di PAK Gelora Kasih atau orangtua-orangtua lansia di PPOS. Bagiku, GBKP melalui Bidang Diakonianya memberikan tempat untuk menyatakan komitmen GBKP bagi mereka yang melibatkan empati, ketulusan dan kesediaan untuk berbagi rasa sakit bersama. Dengan kata lain pula, kita jemaat GBKP ataupun umat Kristen lainnya harusnya menjadi bagian dari besar Tuhan yang mengalirkan kasih dan penghiburan dalam setiap tindakan dan kehadiran kita di unit-unit Diakonia GBKP. Maukah kita?


"Kasih yang sejati tak terlihat dalam persaingan atau keunggulan, namun dalam ketulusan untuk memberi penghiburan, bahkan saat tak ada balasan."
– Aron Ginting Manik

Komentar