RENUNGAN NATAL #7 "Mengatasi Ketakutan dalam Perjalanan Iman"

 


(Lukas 2:10: “Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.’”)

Para gembala yang menjaga kawanan domba di malam hari tidak menduga akan mendapat kunjungan dari malaikat. Cahaya yang tiba-tiba bersinar di sekitar mereka membuat mereka takut. Ketakutan ini adalah reaksi manusiawi ketika berhadapan dengan sesuatu yang tak terduga dan tidak bisa dijelaskan. Namun, pesan malaikat itu segera mengubah rasa takut mereka menjadi sukacita: Sang Juruselamat telah lahir di Betlehem.

Ketakutan para gembala adalah gambaran ketakutan yang sering kita rasakan dalam perjalanan iman. Kita takut pada ketidakpastian, kegagalan, atau hal-hal yang ada di luar kendali kita. Namun, seperti para gembala, kita juga dipanggil untuk mendengarkan suara Tuhan, yang membawa kabar baik dan mengubah ketakutan kita menjadi sukacita.

Di dunia yang penuh tekanan, kecemasan telah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang. Psikolog Brené Brown menjelaskan bahwa kecemasan sering kali muncul dari rasa tidak aman atau takut akan penilaian orang lain. Ketakutan ini bisa melumpuhkan dan menghalangi kita untuk mengambil langkah iman.

Namun, pesan malaikat kepada para gembala—“Jangan takut”—masih relevan hari ini. Tuhan ingin kita percaya bahwa Dia ada bersama kita, bahkan di tengah kecemasan. Filsuf dan teolog Paul Tillich menulis bahwa iman adalah keberanian untuk percaya meskipun kita merasa takut. Dalam bukunya The Courage to Be, ia menekankan bahwa keberanian iman tidak menghilangkan ketakutan, tetapi memberi kita kekuatan untuk melangkah di tengah ketakutan itu.

Banyak orang merasa terjebak oleh ketakutan: takut gagal dalam pekerjaan, takut menghadapi konflik, atau takut akan masa depan. Namun, seperti para gembala yang meninggalkan domba mereka untuk pergi ke Betlehem, kita dipanggil untuk meninggalkan ketakutan kita dan bergerak menuju Kristus.

Ketika kita fokus pada janji Tuhan, ketakutan mulai digantikan oleh damai sejahtera. Rasul Paulus menulis dalam Filipi 4:6-7, "Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Maka damai sejahtera Allah... akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

John Wesley, pendiri gerakan Methodis, pernah mengalami ketakutan luar biasa saat menghadapi badai di tengah laut. Namun, ia terinspirasi oleh keberanian sekelompok Moravian, yang tetap bernyanyi dan berdoa dengan tenang meskipun menghadapi bahaya. Wesley menyadari bahwa keberanian mereka berasal dari iman yang mendalam kepada Allah. Pengalaman ini mengubah hidup Wesley dan mendorongnya untuk sepenuhnya mempercayakan dirinya kepada Kristus.

Kisah Wesley mengingatkan kita bahwa ketakutan bisa diatasi dengan iman yang teguh. Tuhan tidak menjanjikan hidup tanpa badai, tetapi Dia menjanjikan kehadiran-Nya di tengah badai.

Seperti para gembala yang awalnya ketakutan tetapi kemudian bersukacita, kita juga dapat mengalami transformasi ini. Ketika kita menyerahkan ketakutan kita kepada Tuhan, Dia menggantinya dengan damai dan sukacita yang melampaui pengertian manusia. Betlehem, tempat lahirnya Kristus, adalah simbol pengharapan dan kasih Allah yang sempurna.

Refleksi Pribadi

Apa ketakutan yang Anda hadapi saat ini? Apakah Anda takut melangkah dalam iman karena ketidakpastian? Tuhan memanggil kita untuk mendekat kepada-Nya, seperti para gembala yang bergegas ke Betlehem. Mari kita tinggalkan ketakutan kita dan percaya bahwa Tuhan sudah menyediakan sukacita di dalam Kristus.


Referensi

1.      Alkitab (Lukas 2:10, Filipi 4:6-7)

2.      BrenĂ© Brown, The Gifts of Imperfection

3.      Paul Tillich, The Courage to Be

4.      Kisah John Wesley dan perjumpaannya dengan Moravian di tengah badai laut.

5.      Artikel dari Psychology Today tentang mengatasi kecemasan dengan iman.

6.      Jurnal Christianity Today tentang relevansi pesan “Jangan takut” dalam kehidupan modern.

Komentar