Saya tidak
ingin mengingkari bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, sayapun tidak mengingkari
bahwa anugerah dari Yesus Kristus yang hanya mampu menyelamatkan kehidupan
manusia. Saya tidak mengingkarinya. Tapi satu hal yang saya ingkari adalah,
setiap orang yang merasa bahwa dirinya paling benar dan mengatakan orang yang
lain daripadanya adalah salah. Sebab, apa yang kita anggap sebagai kebenaran
belum tentu menjadi suatu kebenaran bagi orang lain. Bahkan, setiap orang yang
bersalah di dalamnya tentu ada kebenaran. Karena ini bukan soal benar dan
salah, tetapi ini soal bagaimana cara pandang setiap orang melihatnya,
bagaimana iman orang tersebut benar benar mampu merayakan Cinta bersama
Kristus. Bila, kita hanya terfokus pada kata benar atau salahnya, saat itu juga
kita akan terjebak pada penghakiman saja, tidak merayakan Cinta.
Apakah dengan demikian, berarti saya tidak memiliki ketegasan dalam hidup? Tentu tidak, saya hanya seorang yang memahami pluralisme sebagai seorang yang hidup dalam masyarakat dan tidak pernah menghilangkan identitas diri sebagai seorang Kristen. Apa yang disampaikan dalam teks kita pada saat ini bercerita tentang bagaimana Thomas menanyakan tentang, jalan yang akan Yesus lalui. Sebab, ia memperingatkan kepada para murid, bahwa ia mengingkan dirnya untuk datang ke Rumah Bapa. Dengan kata lain, Yesus tidak sedang menyalahkan komunitas ataupun mendiskreditkan kepercayaan lainnya. Bukan! Dia tidak pernah mengatakan demikian, dia justru mengingatkan tentang jalan salib yang dia hidupi sebagai bentuk kebenaran dan gaya hidup. Jadi sangat disayangkan, bila pengikutnya ataupun orang-orang yang mengaku mencintainya harus berfikir dengan cara yang berbeda. Khususnya, kepada orang tua yang menggunakan ayat ini kepada anak-anak untuk mendiskreditkan agama lain. Berhentilah! Jangan memperkosa ayat ini, untuk mempertahankan identitas diri, selaku orang Kristen.
Apakah dengan demikian, berarti saya tidak memiliki ketegasan dalam hidup? Tentu tidak, saya hanya seorang yang memahami pluralisme sebagai seorang yang hidup dalam masyarakat dan tidak pernah menghilangkan identitas diri sebagai seorang Kristen. Apa yang disampaikan dalam teks kita pada saat ini bercerita tentang bagaimana Thomas menanyakan tentang, jalan yang akan Yesus lalui. Sebab, ia memperingatkan kepada para murid, bahwa ia mengingkan dirnya untuk datang ke Rumah Bapa. Dengan kata lain, Yesus tidak sedang menyalahkan komunitas ataupun mendiskreditkan kepercayaan lainnya. Bukan! Dia tidak pernah mengatakan demikian, dia justru mengingatkan tentang jalan salib yang dia hidupi sebagai bentuk kebenaran dan gaya hidup. Jadi sangat disayangkan, bila pengikutnya ataupun orang-orang yang mengaku mencintainya harus berfikir dengan cara yang berbeda. Khususnya, kepada orang tua yang menggunakan ayat ini kepada anak-anak untuk mendiskreditkan agama lain. Berhentilah! Jangan memperkosa ayat ini, untuk mempertahankan identitas diri, selaku orang Kristen.
Tapi maknai ayat ini selayaknya, iman dari seorang penulis surat Petrus, yakni menghargai dan menyadari bahwa dirinya menjadi sosok yang dikasihi dan disayangi oleh Allah untuk ditebus, diselamatkan dan didamaikan oleh Yesus dengan salibNya. Sehingga, orang-orang yang demikian akan berlaku seperti manusia yang baru dan hidup bersama Kristus. Tidak lagi menggunakan dan melakukan sesuatu yang sia-sia, seperti terjebak pada dogma dan doktrin yang justru membuat diri seperti seorang budak kebenaran. Dengan menyalahkan dan menghakimi orang lain, tetapi hidup seperti orang yang telah diampuni, tidak pernah dihitung-hitung kesalahannya dan bahkan tidak bernai melihat dan menghitung kesalahn-kesalahan orang lain. (Bdk. Petrus 1:18-21)
Komentar
Posting Komentar