LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU. ITU BAGIAN TUHAN, MERAYAKAN PERDAMAIAN ADALAH BAGIANMU? SUDAHKAH?
Refleksi dari : Jesaya 65:17-25
Suatu kisah, seorang pemuda mengalami kebingungan melihat
satu keluarga besar. Keluarga ini terdiri dari seorang Kakek yang berumur 125
tahun, memiliki anak berumur 90 tahun dan cucu berumur 60 tahun. Kebingungan
dari pemuda itu, dikarenakan kakek tersebut jauh lebih aktif dan sehat dari
anak dan cucunya. Bayangkan saja, di umur 60 tahun cucunya sudah banyak terkena
penyakit, bahkan sulit untuknya berjalan ke salah satu minimarket yang tidak
jauh dari rumahnya. Sedang anaknya yang berumur 90 tahun tadi hanya terbaring
di tempat tidur. Sementara, kakek tadi yang sudah berumur 125 tahun, setiap
pagi ia masih bisa melakukan olah raga kecil-kecilan. Bahkan ia masih mampu
melakukan pekerjaan untuk keperluannya sendiri. Karena penasarannya, pemuda itupun
langsung mempertanyakan hal itu kepada si kakek.
Saudara tahu, jawaban kakek itu sangat sederhana dan
membuat pemuda itu sangatlah bersyukur. Katanya dengan tersenyum, “Cucuku itu
terlalu sering dimarahi oleh istrinya, anakku juga.. sedangkan aku tidak pernah
dimarahi oleh istriku”. 😊
INGAT! Hal ini hanya guyonan, jangan sampaikan ini kepada pasangan saudara. Karena bukan perubahan yang akan saudara dapati. Tetapi amarah atau wajah cemberut yang nanti akan muncul dalam raut wajahnya. 😊
Tentu, umur yang panjang bukan menjadi fokus dari
tulisan saya saat ini. Sebab, tidak sedikit juga orang yang tidak menginginkan
umur yang panjang. Bukan karena dia tidak betah hidup di dunia ini. Bukan! Tapi
bagi dirinya, Surga adalah segalanya.
Karena itu ini bicara soal sudut pandang saudara dalam
melihat segala sesuatunya. Seperti halnya kisah diatas. Saya yakin tidak ada,
seorang suami yang tidak pernah melihat istrinya marah atau ngambek. Tetapi, saudara bisa memilih
menjadi seorang suami yang selalu terbeban pada setiap amarah dan khawatir
istrimu. Atau saudara bisa menganggap semua amarah dan khawatir itu sebagai
pemacu untukmu lebih bersemangat atau bahkan semakin mencintai rasa perhatian dari
istrimu.
Sebab, demikian jugalah menurut calonteolog seluruh
dari kegiatan nabi Yesaya di dalam kisah ini. Dia memang terlihat marah dan
sibuk menasihati bangsa Israel dari seluruh kehidupan yang dilakukan oleh
bangsa ini. Tetapi ingat, bila bangsa Israel memandangnya hanya sebagai amarah
dan sebatas teguran saja. Bangsa Israel tentu tidak akan pernah mendapatkan semua
yang dijanjikan Allah melalui Yesaya mengenai Langit, Bumi yang baru ataupun
Yerusalem yang baru.
Ya, bila bangsa itu ataupun saudara selalu terperangkap
pada masalahnya dan beban yang saudara hadapi. Terlebih sampai jatuh ke dalam
dosa karena keputus-asa-an. Yerusalem baru itu tentu akan menjadi jauh. Karena
itu, bagi saudara yang saat ini mungkin terperangkap pada masalah dan beban
yang saudara miliki. Bergeraklah dan coba untuk melihat dunia dengan lebih luas
lagi. Saat saudara mampu mengubah cara pandang, saat itu juga saudara bisa
mengubah hidup saudara. Namun bila semua pemikiran dan hal negatif yang terjadi
dalam hidupmu, saudara tumpukkan terus menerus. Saat itu juga saudara sedang
menabung penyakit-penyakit yang lambat laun akan terus berkembang menjadi
pembunuh utama dalam hidup saudara. Untuk itu perlu bagi saudara menumbuhkan
harapan baru dalam iman saudara kepada Tuhan. Selayaknya Nabi Yesaya yang
menawarkan harapan baru bersama Allah.
Itulah Langit dan Bumi yang baru bagi calonteolog.com.
Tidak selalu mengenai soal surga. Sebab saat ini, surga sangat mengerikan. Bayangkan
saja; karena surga mereka mampu menghakimi dan mendiskriminasi orang lain;
karena surga orang tua membawa anak-anaknya untuk melakukan bom bunuh diri;
karena surga juga orang-orang tidak memiliki nalar lagi dalam melihat para
pemuka agamanya; bahkan karena surga, bangsa Israel yang selama 70 tahun
dibuang di Babel, kehilangan rasa damai ketika mereka dipenjara sebagai budak. Sehingga
dari hal ini, beberapa oknum dari generasi saat ini beranggapan bahwa damai
adalah soal lepas dan bebas secara sebenarnya, merdeka dari tanah jajahan.
Sampai sekarang, impian mereka adalah menduduki tanah perjanjian dan membangun
surga di muka bumi sebagai wilayah kekuasaan mereka. Itulah hasrat mereka.
Punya Yerusalem, punya Gaza, punya semuanya tanpa mementingkan nyawa orang lain.
Karena itu, dari pada membayangkan Langit, Bumi
ataupun Yerusalem baru sebagai surga. Calonteolog.com lebih memilih untuk
membayangkannya sebagai “Perayaan akan Perdamaian”. Tapi, sayapun tidak
memikirkan perdamaian seperti seorang tua yang melerai kedua anaknya bertengkar
dengan menyuruh mereka berdamai atau, ketika saudara berdamai di jalan raya
dengan menyelipkan uang lima puluh ribuan kepada polisi yang menilang saudara. Merayakan Perdamaian juga adalah soal apa
yang saudara pikirkan, apa yang saudara rasakan, dan apa tindakan saudara!
Oleh sebab itu, calonteolog.com juga tidak berharap
kita menjadi seorang yang hanya memiliki omongan besar saja. Sebab bicara soal
perdamaian mudah, tapi mewujudkannya bukan hal yang mudah. Michael Jackson
adalah seseorang yang aktif menyuarakan soal perdamaian. Sampai dia menciptakan
sebuah lagu berjudul black or white. Namun belakangan, dia ditangkap dengan
tuduhan pelecehan seksual pada anak. Ini membuktikan bicara damai dengan merayakan
perdamaian bukan hal mudah.
Mungkin benar bila perdamaian itu adalah karya Allah. Bahkan,
karena karyaNya kita selalu menginginkan hal itu hadir bukan hanya dalam hidup
kita tetapi dalam keluarga dan sekeliling kita pula. Tapi karya Allah
itupun sulit bekerja, bila setiap dari kita tidak mau membuka diri pada
kehadiran Allah. Sama seperti Yesaya yang memberikan janji dan pekerjaan Allah
dalam hidup Bangsa Israel. Yakni ketika bangsa Israelpun juga berbalik arah dan
ikut merayakannya bersama Allah. Untuk itu semua karya Allah juga berpengaruh
pada reaksi setiap dari kita.
Oleh karena, janji akan langit dan
bumi yang baru belum tentu berarti bahwa jagad raya akan lenyap dan dibuat dari
nol kembali. Maka, sudah saatnya untuk kita berefleksi, bagaimana saudara
berlaku pada diri saudara dan orang sekitar saudara. Apakah saudara-saudara mau
berdamai dengan kehendak Allah dalam hidup saudara? Apakah saudara-saudara mau merayakan
perdamaian itu dengan orang-orang disekeliling saudara? Atau saudara selama ini
tidak merayakan perdamaian itu, dikarenakan sikap saudara yang tidak mau
berdamai dengan kehendak Allah, karena selalu hidup dalam ambisi dan ego dalam diri
saudara?
Komentar
Posting Komentar