Akhir-akhir ini viral video ceramah Ustadz Abdul
Somad, begini transkip pernyataan UAS yang dirangkum Tagar,
melalui video Youtube yang diunggah akun Alumni Universitas Kristen
Artha Wacana Kupang, dipublikasikan pada Jumat, 16 Agustus 2019.
“Apa sebabnya ustad kalau menengok salib menggigil hati saya? Setan. Saya tausiah di seberang Pulau Batam. Batam, satu jam setengah Kami sampai. Tapi tidak terasa satu jam setengah karena film yang diputar ‘Tenggelamnya Kapal van der Wijck’. Meleleh air mata penonton menengok Jainudin meninggalkan Ayat," sebutnya."Apa sebabnya kata ibu itu, mirip macam gini. Saya terlalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk, karena di salib itu ada jin kafir. Dari mana masuknya jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri apa ke kanan? Nah.. Ada yang ingatkan? Itu ada jin di dalamnya. Jin kafir. Di dalam patung itu ada jin kafir," kata dia."Makanya kita tidak boleh menyimpan patung. Jin kafir itulah yang mengajak. Makanya kalau keluarga kita di rumah sakit di dalamnya ada jin kafir itu, tutup. Tutup itu. Kalau sampai dia sakratul maut kita tak ada di situ, dia sedang diajak jin kafir. Berhasil. Berapa keluarga orang islam yang mati dalam keadaan husnulkhatimah. Dipanggilin, haleluya. Nauzubillah, Nauzubillah. Selamatkan orang Islam," tuturnya."Kalau kau tak sanggup mengkafirkan dia waktu hidup, kafirkan dia menjelang kematiannya. Tak juga sanggup, antar dia ke makamnya pakai ambulance lambang kafir. Balik dari sini, beli piloks hapus itu ganti bulan sabit merah," ujar UAS.
Dengan viralnya video tersebut, Pro
kontra pun tak terbendung dari warganet (netizen) maupun masyarakat, mereka
beramai-ramai tanggapi ceramah UAS terkait 'Patung Salib Yesus dan Jin Kafir'.
Secara garis besar
calonteolog.com mendapatkan 5 tanggapan untuk video tersebut; Pertama, beberapa
orang-orang mengajak dan memberikan pengampunan kepada UAS via media sosial.
Menarik memang, tapi inilah yang dilakukan banyak orang pengampunan media
sosial. Soal hati, siapa yang tahu?; Kedua, beberapa orang juga
berterima kasih via media sosial kepada UAS, karena tanggapan yang diberikannya
untuk makna Salib tersebut. Entah, seperti apa maksud dari kata terima
kasih ini, apakah betul-betul itu ungkapan kasih atau amarah terpendam saja dan
berusaha untuk tidak ikut ambil andi dalam konflik inil; Ketiga,
komentar-komentar dari kalangan Kristen ataupun non-Kristen juga berbicara mengenai
kekecewaannya atas pernyataan UAS tersebut. Sebab bagi mereka, tanggapan
tersebut justru memperkeruh suasana kesatuan dari negeri Pancasila ini;
Keemapat, calonteolog.com juga menemukan beberapa berita mengenai Brigade Meo
NTT laporkan Ustadz Abdul Somad (UAS) ke Polda NTT. Sebab bagi mereka, tanggapan
UAS tersebut sungguh meresahkan komunitas mereka. Tapi menariknya, berita mengenai
laporan ini sudah terseber luas ke kalangan Kristen. Sekalipun
Polda NTT mengatakan bahwa pelaporan tersebut sampai tanggal 18 Agustus 2019,
belum ada. Orang-orang yang mengaku dari Brigade Meo datang ke Polda NTT, bukan
untuk melaporkan UAS melainkan berkonsultasi dengan penyidik Reskrimsus (Baca selengkapnya di
artikel "Polda NTT: Pelapor UAS Hanya Konsultasi Terkait Ceramah
'Salib'", https://tirto.id/egws).
Calonteolog.com tidak
mengetahui, sebagai pembaca saudara sedang berada pada posisi mana saat melihat
video ini. Jelasnya, kita perlu juga mengetahui berdasarkan klarifikasi yang
diberikan UAS, tanggapan tersebut diberikan justru saat pengajian tiga tahun
lalu dan ditujukan untuk kalangan mereka yang beragama Islam.
Tentu klarifikasi ini juga
belum tentu menyurutkan hati saudara, terlebih ketika beberapa pemuka Agama
Kristen juga ikut berkomentar bahwa mereka tidak pernah melakukan hal serupa dalam
setiap ceramah yang dilakukannya di dalam Gereja.
Namun, benarkah demikian?
Benarkah dikalangan pemuka Agama Kristen tidak ada yang bercerita soal
keyakinan dan agama lain saat mereka mempertegas doktrin dan dogma dari ajaran-ajarannya
masing-masing. Calonteolog.com ragu, bila para pemuka Agama Kristen tidak
pernah melakukan hal serupa. Sebab, sering kali doktrin dan dogma itu diajarkan
justru dengan melakukan pembandingan dengan beberapa agama lain. Karena itu,
calonteolog.com mengajak saudara untuk jujur sama beberapa pemuka agama yang
sering melakukan hal serupa di mimbarnya masing-masing. Tapi, bila hal ini bukanlah
kebenaran. Tidak mengapa, calonteolog.com juga tidak memaksa setiap saudara
untuk menerima pengalaman serupa.
Dalam jalan sunyi kalangan
Kristen lainnya, juga berfikir bahwa hal ini tidak perlu ditanggapi. Sebab Allah
tidak terbatas pada symbol-simbol yang diciptakan oleh manusia. Bahkan ketika Salib,
Alkitab dan Gedung Gereja dibakar dan dihina, iman mereka tidak berkurang sama
sekali. Tentu, pemahaman ini baik untuk saudara terapkan pula dalam kehidupan
ini. Agar simbol-simbol tidak lagi jadi pembatas untuk beriman kepada Allah.
Tapi, bagaimana dengan
kalangan Kristen yang justru beriman dengan cara bermeditasi dengan beberapa simbol.
Salahkah mereka menjadi marah dan kecewa atas tanggapan dari UAS, tersebut?
Apakah orang-orang yang marah ini, langsung kita sebut sebagai kalangan Kristen
yang belum dewasa? Jelasnya, calonteolog.com tidak bisa mengatakan demikian. Sebab
cara dan pengalaman beriman setiap orang berbeda, setiap dari kita juga harus
mau menghormatinya.
LALU, APA KATA CALONTEOLOG.COM?
Saudara tidak diizinkan untuk menebarkan
amarah dan kebencian, bahkan kecewa pada tanggapan UAS tersebut mengenai SALIB.
Sebab, UAS memiliki pengalaman iman berbeda dengan saudara. Mereka melihat SALIB
dengan cara yang berbeda. Saudara, dapat menguatkan iman dengan membaca 1
Korintus 1:22-28;
Orang-orang Yahudi menghendaki
tanda dan
orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang
disalibkan: untuk
orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan
untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka
yang dipanggil, baik
orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya
dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada
manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu,
ketika kamu dipanggil: menurut
ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak
banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
Tetapi apa yang bodoh bagi
dunia, dipilih Allah
untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia,
dipilih Allah untuk
memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang
hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa
yang berarti
Pesan Paulus ini, relevan untuk menguatkan saudara
kembali. Tapi bisakah calonteolog.com mengatakan bahwa pandangan-pandangan demikian
juga menghina orang-orang tidak beriman kepada SALIB ? Beranggapan bahwa orang
Yahudi dan bukan Yahudi adalah mereka
yang tidak dilayakan oleh Allah (Kafir), ketika mereka tidak mau memahami
Salib.
Ya,
itulah kenyataanya. Banyak diantara kita marah, kecewa dan sakit hati ketika
orang lain memandang dan menilai kita dengan kacamata mereka. Tapi saudara,
juga berlaku hal serupa ketika menggunakan Alkitab untuk membenarkan pengalaman
imanmu. Bahkan saudara marah, kecewa dan sakit hati juga karena hanya
menggunakan kacamata saudara saja, tanpa mencoba memahami mengapa UAS dapat memberikan
penilaian demikian pada SALIB.
Percayalah, calonteolog.com tidak sedang menyalahkan
siapapun, termasuk kepada para pemuka agama yang menggunakan ayat ini untuk
mengcounter tanggapan UAS tersebut. Tapi inilah kenyataanya, bahwa kericuhan
ini terjadi bukan karena yang disampaikan Paulus, atau tanggapan UAS. Suasana
ini menjadi keruh, karena saudara terus berkomentar dan menyebarluaskan
pandangan tersebut kepada banyak orang. Sebab video tersebut muncul setelah 3
tahun UAS melakukannya, bukan pada hari saat ia berceramah. Apakah UAS juga
berharap agar orang -orang Kristen juga mendengarkan hal serupa? Tidak! Tapi
apakah hal serupa bisa membuahkan kebencian, tentu bisa. Itu kenapa
calonteolog.com selalu menyarankan untuk saudara bisa memfilter setiap ceramah
yang disampaikan dari mimbar-mimbar ibadahmu. Sadarilah, bahwa setiap pemuka agama
adalah manusia biasa yang selalu memiliki kepentingan, emosi, dan ideologi
tersendiri ketika menyampaikan ceramahnya. Jangan langsung percaya dan kritisi
kembali, itu tanggapan tanggapan paling baik untuk selalu saudara terapkan.
Saudara tidak bisa membatasi orang-orang yang memberikan
ujaran kebencian melalui mimbar-mimbar ibadahnya. Sebab, radikalisme itu selalu
ada dan ditersampaikan. Sebagaimanapun saudara mencoba untuk menghilangkan dan
membunuhnya. Termasuk, ketika saudara justru menaikkannya menjadi topik yang
selalu didiskusikan bersama, bukannya terbendung, paham-paham radikalisme
justru semakin berkembang.
Karena itu, respon terbaik adalah; Pertama, menerima
pandangan tersebut. Bukan karena kita membenarkannya, tetapi karena kita sadar
bahwa mereka memiliki pengalaman iman berbeda dengan kita. Kedua, berhenti
untuk membahasnya karena hal ini hanya justru memperkeruh suasana. Bahkan saudara
tidak perlu melakukan pembelaan dan pembuktiaan apapun, karena kebenaran itu
tidak perlu dibuktikan dan dijelaskan kembali. Mereka yang dipanggil oleh Allah
percaya bukan karena pembuktian, tapi karena pengalaman iman bersama dengaNya.
Ketiga, jadilah manusia yang mau menampung semua informasi tanpa lupa untuk
menyaringnya. Bahkan bila, informasi itu disampaikan dalam bentuk ceramah. Terakhir,
Orang-orang Kristen harus mampu
menghadirkan keterhubungan dengan umat yang lain, terlebih juga mau terhubung
dengan umat lainnya tanpa rasa
curiga dan ketakutan. Sehingga Orang-orang
beragama lain tidak menjadi asing bagi kekristenan. Tentu, tanpa harus meninggalkan jati diri. Sebab apalah arti Pluralisme bila saudara sendiri
lupa dengan identitas yang saudara miliki. Inilah cara terbaik untuk memperjuangkan
misi Allah saat ini, memperbesar Harmoni, Cinta dan Damai kepada banyak orang,
termasuk kepada mereka yang membencimu.
Komentar
Posting Komentar