Satu
keyakinan dan kepercayaan yang amat penting bagi kita dalam menjalani situasi
kehidupan ini, adalah Allah Setia,
Mengerti dan Mendengar orang-orang yang berseru kepadaNya. Bahkan sampai
kapanpun, semua orang yang beriman dan menyerahkan hidup kepadaNya dilayakkan
untuk selalu berseru kepada Bapa yang penuh belas kasih. Pertanyaannya
sekarang, masihkah kita berseru kepadaNya? Masihkah kita berpengharapan dan
berserah kepadaNya? Atau kita sudah mulai masuk dalam ketakutan untuk meminta
dan memohon kepadaNya?
Refleksi
kita yang diambil dari Matius 20:29-34, merupakan kisah yang seharusnya membawa
kepada keberanian untuk berseru kepada Allah, meminta dan memohon belas
kasihNya. Sebab, Ia adalah Allah yang penuh belas kasih dan setia pada
janjiNya. Namun saya menyadari pula, bahwa tidak jarang diantara kita yang
justru menjadi penghalang seperti orang banyak yang menyuruh kedua orang buta
tersebut diam. Sebelum lebih jauh membahas hal ini, saya ingin membagikan kisah
tentang seorang Raja, Hamba dan Anjing Liar.
Dikisahkan
bahwa seorang Hamba yang telah melayani Raja selama 10 tahun terbukti melakukan
kesalahan dan Raja begitu kecewa akan kesalahan yang dilakukan oleh hamba
tersebut. Karena itu, Raja memberikan hukuman mati dengan memasukkan hambanya
ke dalam liang yang berisikan anjing-anjing liar, seperti orang-orang yang
terhukum mati sebelumnya.
Namun
dikarenakan hamba tersebut telah melayani Raja selama 10 tahun, maka ia
berkesempatan untuk mengajukan permintaan terakhirnya kepada Raja. Mendengar
hal tersebut, si Hamba mengajukan permintaan yang sangatlah menarik yakni
meminta izin untuk memberikan makan pada anjing liar yang akan mengeksekusinya
selama 10 hari. Seperti janji Raja, maka permintaan tersebut dikabulkan dan si
Hamba diizinkan untuk memberikan makan anjing-anjing liar tersebut selama 10
hari sebelum akhirnya anjing-anjing itu juga yang akan mengeksekusi hamba
tersebut.
Setelah
10 hari lamanya si Hamba memberikan makanan kepada anjing-anjing liar tersebut,
dihari ke 13 Raja akan mengeksekusi Hamba tersebut. Sebab pikirnya bila
eksekusi diberlangsungkan pada hari ke 10 atau ke 11, mungkin si Hamba akan
selamat karena anjing-anjing liar itu telah kekenyangan.
Sampailah
pada hari eksekusi, si Hamba dibawa oleh para pengawal dan disaksikan langsung
oleh Raja. Ketika ia dimasukkan dalam liang tersebut, peristiwa aneh
terjadi.Tidak seperti yang diharapkan Raja, anjing-anjing liar tidak memakan
ataupun menggigit hamba tersebut. Justru ia mendapatkan pelukan yang hangat
dari para anjing.
Suatu
momen yang dipakai hamba untuk menunjukkan kepada Raja, bahwa selama 10 tahun
ia melayani Raja. Hanya karena satu kekecewaan, hamba itu dilupakan dan
terlihat salah. Sementara anjing-anjing liar yang telah 10 hari diberikan makan
olehnya, sekalipun 3 hari lamanya dia tidak diberikan maka oleh hamba tersebut,
tetapi para anjing tetap memperlihatkan tanda terima kasih kepadanya.
Saudaraku,
bukankah kita sering sekali seperti sosok Raja tersebut ataupun orang-orang
banyak yang menghalangi seruan dan permohonan dari kedua orang buta itu? Kita
terfokus pada rasa kecewa kita, kesalahan dan kekurangan orang lain. Sehingga
ketika orang-orang demikian ini saat bersaksi, ataupun menceritakan tentang
mimpi, permohonan dan harapannya kepada Tuhan. Justru kita menjadi penghalang
bagi mereka, dengan menertawakan mereka dan menjadi penghakim bagi mereka.
Atau juga malah sebaliknya, justru diri kita sendirilah yang malah menjadi penghalang bagi untuk kita berseru, memohon dan berpengharapan pada belas kasihNya. Kita merasa ketakutan dan tidak layak untuk berseru kepada Tuhan. Padahal tidak demikian, seperti Yesus lakukan kepada kedua orang buta tersebut, Dia tidak mempertanyakan “Dosa apakah yang telah membuatmu buta seperti ini?” Justru Yesus bertanya, "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" (ay. 33)
Sebuah
adegan yang seharusnya meneguhkan iman percaya kita, bahwa sekali kali Allah
tidak pernah menghitung-hitung kesalahan kita manusia. Saat kita berseru dan
memohon kepadaNya, Ia mendengar, sebab seperti yang tertulis dalam kitab Mazmur
22:24 “Sebab IA tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang
yang tertindas, da Ia tidak menyembunyikan wajahNya kepada orang itu, dan Ia
mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepadaNya.” Imanilah setiap janji
Tuhan karena Ia bekerja seturut dengan janji-Nya, dan jika Ia berjanji tidak
ada yang tidak ditepati-Nya. "Allah bukanlah manusia,
sehingga Ia berdusta. Bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia
berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"
(Bilangan 23:19). Jangan biarkan keraguan dan kebimbangan memenuhi hati
dan pikiran kita! Sebaliknya milikilah iman seperti keyakinan seperti
kedua orang buta tersebut, atau seorang wanita yang mengalami pendarahan selama
12 tahun yang berkata, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku
akan sembuh." (Markus 5:28). Sebab ketika kita berseru, hal serupa
yang juga ditanyakannya kepada kita, “ "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
Komentar
Posting Komentar