Seperti
kita ketahui, Kitab Efesus ditulis saat Paulus sedang berada di dalam Penjara
yang mendengar bahwa Jemaat Di Efesus
sedang terjebak dalam penyembahan terhadap berhala dan praktik penyembahan
kepada Kaisar.
Alih-alih
mengkritik mereka, bagian pasal pertama dari surat ini justru berisikan salam,
pengajaran dan doa Paulus kepada jemaat di Efesus. Terkhusus pada Efesus 1:15-23,
Paulus lebih memilih untuk bersikap peduli dengan mendoakan, melihat potensi
dan perkembangan yang terjadi bagi iman mereka, tanpa berhenti memberikan
pengajaran pula. Suatu teladan bagi kita yang sering kali frustasi, kesal,
marah ataupun kecewa karena tidak mampu memahami tingkah laku orang lain.
Belajar
dari sikap Paulus ini, “Menganggap orang lain tidak bersalah” adalah Strategi
yang paling ampuh untuk melakukan transformasi yang sangat berarti bila seorang
bertingkah laku dengan cara yang tidak kita sukai. Sebab, strategi ini akan
membuat kita lebih memiliki kepedulian daripada menghakimi.
Persis,
seperti Paulus tuangkan dalam doanya, ia tidak mengatakan sedikitpun kesalahan
mereka. Jusrtu ia malah tidak berhenti mengucap syukur atas proses dan
perkembangan Jemaat Efesus. Lalu meminta dalam doanya
agar Allah menolong mereka supaya tetap memberikan hikmat ketajaman kepada
mereka dalam tiga hal: pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya,
kekayaan rohani yang diwariskan oleh-Nya, dan kuasa kebangkitan-Nya.
Saudaraku,
dalam hidup ini kita diberi banyak kesempatan untuk memlih antara menjadi yang
baik atau menjadi yang benar. Kita memiliki kesempatan untuk menunjukkan
kesalahan orang lain, apa yang dapat dan harus dialakukanya secara berbeda,
atau apa yang harus mereka perbaiki. Namun, kesempatan itu sebenarnya adalah
kesempatan untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman, dan diri kita sendiri
juga akan merasa tidak nyaman dalam prosesnya. Untungnya, hal sebaliknya juga
berlaku, bila tujuan kita adalah membuat seseorang merasa bangga, membuat
mereka merasa lebih baik, ikut senang atas perkembangan usaha mereka, saudara
juga akan memperoleh efek emosional yang positif dari perasaan mereka.
Tentu
saudara akan berkata, bahwa kebenaran itu harus selalu disampaikan dengan
alasan apapun itu. Sayapun tidak mengingkari hal tersebut! Hanya saja kalau
kita memaksa untuk menjadi yang benar, sering kali ada harga yang harus
dibayar, seperti ketenangan batin kita yang mungkin akan terganggu. Alih-alih
sibuk menyatakan kebenaran, bukankah jauh lebih baik meneladani sikap Paulus? Dengan
kondisi dalam penjara, Paulus memilih untuk tidak merusak ketenangan batinya
dengan menjadi orang yang baik bagi jemaat Efesus dalam doa dan pengharapan
bahwa mereka akan terus berproses untuk menjadi lebih baik lagi.
Sekarang pilihan diberikan kepada saudara, menjadi orang benar atau menjadi orang baik? Adapun cara yang paling baik untuk memulainya adalah dengan orang yang pertama kali saudara ajak bicara nanti, lalu mendoakannya seperti yang dilakukan Paulus.
Komentar
Posting Komentar