“Setidaknya,
kamu dapat berdoa” adalah judul yang pertama kali saya fikirkan ketika sedang
berefleksi bersama Mazmur 55:17-18. Setelah memikirkannya kembali, saya
menemukan bahwa kalimat ataupun judul ini adalah kesalahan. Doa bukanlah
sebagai pilihan akhir dari suatu masalah, namun itulah pilihan utama dan
pertama saat seorang hidup, termasuk ketika situasi buruk datang. Sebab, dengan
berdoa kita dapat mengalihkan pandangan kita dari tragedi pribadi ke arah belas
kasihan Allah. Alhasil, kita tidak merasa sedang berjalan sendiri. Sekalipun
situasi yang dihadapi seperti Daud yang mengasingkan diri dari lingkungannya,
karena saat itu semua telah berubah menjadi musuhnya, termasuk keluarganya.
Seorang penulis bernama Susan
Lenzkes memiliki kata-kata yang menarik soal ini, disebutkannya “Tidak ada
salahnya apabila kita mencurahkan segala keraguan, kepedihan, dan kemarahan
yang mendalam kepada Pribadi Yang Tidak Terbatas itu, Dia tidak akan terluka
.... Karena kita memukul dada-Nya dari dalam pelukan-Nya"
Kalimat itu membukakan pandangan
saya dan mungkin juga saudara, bahwa segala emosi yang ada dalam diri kita
(keraguan, kepedihan, kekecewaan dan kekuatiran) bukanlah dosa. Bahkan Allah
kita tidak pernah tersinggung akan semua emosi itu, sekalipun kita
mengungkapkanya kepadaNya. Sebab, IA melihat kita dengan penuh rasa empati. Justru
keterbukaan padaNya adalah kesembuhan yang berarti untuk jiwa kita. Namun, kita
juga tidak seharusnya berhenti pada titik itu saja. Justru dalam berdoa
harusnya kita menyadari bahwa semua beban itu adalah bentuk pinjaman kita
kepada Allah akan hari esok. Ya, kita
selalu membebani diri dengan meminjam semua rancangan Allah tentang hari esok. Seolah-olah
kita benar-benar memahami tentang rancangan dan pekerjaan Allah dalam hidup
kita dikemudian hari.
Apakah kita memang tidak pernah
mendengar bahwa siang pasti akan diikuti malam...dan musim
semi dan musim panas akan datang setelah musim dingin? Jangan pernah menodongkan
pistol pada kepala sendiri. Sebab semua tidak sedarurat seperti yang kita
pikirkan. Lepaskanlah semuanya dalam doamu, sebab ketika kita dipenuhi dalam
perasaan negatif itu, saat yang sama secara perlahan-lahan kita sedang
kehilangan potensi terbesar dalam diri, juga kenikmatan hidup. Namun ketika
kita melepaskannya, saat yang sama kita mempercayai Allah tidak pernah berubah,
dahulu dan sampai selama-lamanya IA, Allah yang setia untuk bekerja
bersama-sama dengan kita. Hanya dengan demikianlah, berdoa membuka pikiran dan
keyakinan kita bahwa hidup ini akan terus berlangsung walaupun ada banyak
situasi terjadi diluar kendali kita. Sebab IA selalu beserta dan kita tidak
berjalan sendiri.
Komentar
Posting Komentar