Photo by krakenimages on Unsplash |
Setiap orang memiliki
pemahaman tersendiri tentang mukjizat. Namun, hampir semua orang memikirkan hal
yang sama, bahwa mukjizat itu adalah sesuatu yang ajaib dan membuat ketakjuban
orang-orang.
Menariknya, Andar
Ismail justru melihat bahwa para penulis Perjanjian Lama tidak pernah
membedakan kejadian biasa dan kejadian ajaib. Mereka memakai ragam sastra yang
tidak membedakan kenyataan dan keyakinan. Kejadian biasa ataupun kejadian ajaib
tidak dibedakan. Misalnya saja, turunnya hujan disebut nifla’ot yang
berarti Ajaib (bdk Ayb 5:9-10). Sedang para penulis Perjanjian Baru mengartikan
mukjizat bukan dari dampaknya, yaitu sensasi, melainkan fungsinya, yaitu
sebagai tanda datangnya Kerajaan Allah dalam diri Yesus.
Dengan kata lain,
berdasarkan bahan yang menjadi refleksi kita yakni; saat Yesus mengusir Setan
dalam Gereja dilakukan bukan sebagai alat pencari sensasi. Melainkan sebagai
alat atau tanda yang menunjukkan bahwa diriNya adalah Mesias. Sehingga, umat
diharapkan percaya dan bertobat. Oleh karena itu, maka Yesus menolak melakukan
mukjizat jika itu hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu dan sensasi (lih. Mrk
8:11-13)
Pengertian ini disampaikan
agar kita jangan terlalu menikmati kebanggan atas kejadian-kejadian yang kita
sebut ajaib dalam hidup kita, namun lupa untuk Kembali dan bertobat kepada Tuhan.
Seperti kisah seorang
Bapak tua yang dahulunya hidup dalam kekacauan. Lalu mengalami mukjizat luar
biasa dari Tuhan. Karena kejadian itu, si Bapak tua langsung membuat kuburan
dan menuliskan namanya pada kuburan tersebut. Sebagai pertanda, bahwa Bapak tua
itu telah hidup baru atas mukjizat tersebut, dan dirinya yang lama telah
terkubur. Hanya saja, berjalannya waktu Bapak Tua hanya terkesima dengan cerita
mukjizat yang dia alami dan selalu beritakan. Ia lupa dengan janji untuk terus
bertumbuh dalam iman dan pengajaran Kristus. Alhasil, ketika masalah
mendatanginya kehidupannya yang lama, juga penuh kekacuan kembali merasuki
hidupnya. Singkat cerita, anak dari Bapak tua itu merasa kesal dengan
kehidupanya. Lalu memutuskan mengambil palu besar dan menghancurkan kuburan
yang dibuat oleh Bapak tua tersebut.
Ya, anak Bapak Tua itu menghancurkan
tulisan kuburan tersebut dan menuliskan “Bapak Tua telah bangkit dari
kematiannya”
Seperti halnya yang
terjadi dengan bapak tua tersebut, demikianlah orang-orang yang selalu
terkesima dan menangkap peristiwa ajaib dalam hidupnya sebagai perhentian untuk
dirinya belajar berkarya dan berbagi kasih Kristus. Banyak yang lupa bahwa peristiwa-peristiwa
ajaib tersebut hanyalah Langkah awal untuk kita mengalami pertobatan dan kembali
kepada jalan kebenaran juga menjalaninya. Bukan sekedar menceritakan dan
menyaksikannya namun lupa untuk menghidupi dan menjalaninya.
Hal Kedua, yang menarik
dalam kisah ini adalah tentang SETAN dalam GEREJA. Dulu, mungkin kita terkejut mendengarkan
ungkapan ini. Tetapi sekarang, kita menyadari bahwa ungkapan ini nyata dan
sering terjadi dalam kehidupan bergereja. Karena seringnya terjadi, kitapun
lupa bahwa ternyata orang lain yang kita sebut setan juga menyebut diri kita
sebagai setan pula.
Dulu saya juga tidak
pernah bisa menerima paham yang mengatakan bahwa setan mengenal dan memahami
Kristus. Tapi, pertambahan umur menyadarkan saya akan paham itu sebagai
kebenaran. Bahkan, tidak jarang pula setan jadi minder sama manusia. Karena
setelah dia tidak lagi merasuki manusia dan pergi. Kelakukan manusianya justru
melebihi setan, alhasil dia kebingungan dan penisun dini karena melihat kelakuan
manusia yang awalnya dia rasuki.
Mengapa tidak? Bayangkan
saja, setan taat dengan perintah Yesus seperti dalam bahan refleksi kita. Sedang
manusia? Bukannya taat, malah memakai nama “YESUS” untuk menjalankan kelakuannya
yang melebihi setan.
Terakhir, Seringkali
orang berpikir bahwa rumah ibadat itu hanya menjadi tempat untuk mempelajari
taurat, menyembah Tuhan, melakukan kurban dan semua yang bersifat ritual.
Pemahaman demikian sangat mempersempit hakekat rumah ibadah atau gereja hari
ini. Ternyata di jaman Tuhan Yesus, bahkan ada orang yang kerasukan setan pun
masuk dalam rumah ibadat. Artinya memang di rumah ibadah seharusnya tempat
perjumpaan berbagai macam orang dengan segala problematikanya dengan Yesus.
Terlepas dari apa yang
menjadi motivasinya atau mungkin ia hanya sekedar ingin tahu siapa Yesus, kehadiran
orang yang kerasukan setan di rumah ibadat itu mengantar dia pada pembebasan
yang sangat berarti, yaitu dia diselamatkan dan dibebaskan dari belenggu kuasa
setan.
Dengan kata lain, bagi
saudara yang saat ini mungkin sangat merindukan ada suatu pemulihan dalam hidup
pribadi maupun keluarga. Yang selama ini terasa ditekan, dihimpit, dibelenggu
atau bahkan dikuasai oleh seribu satu macam persoalan. Atau mungkin kita merasa
ada kuasa lain yang mengintimidari kehidupan pribadi maupun keluarga
kita. Jangan hadapi sendiri, ada Yesus dengan otoritas-Nya yang sanggup
membebaskan dan menyelamatkan kita dari semua itu. Bagian kita adalah membuka
diri dan hati seluas-luasnya dan mengijinkan Dia menghardik semua belenggu itu.
Artinya berpihaklah kepada Dia dan ijinkan Dia untuk berkuasa atas seluruh
hidup dan problematika kita, niscaya kita akan bebas dan merdeka oleh
otoritas-Nya. Seperti, seorang yang kerasukan itu demikianlah saudara datang
kepada Yesus untuk membukakan hati saudara dan dipulihkan olehNya.
Komentar
Posting Komentar