Saudaraku, sekiranya hari ini dipertanyakan kepada anda, “Apakah Tuhan masih berkuasa sampai detik ini?” Jawaban apakah yang saudara berikan?
Nyatanya
sampai detik ini, setiap orang mengakui dan percaya bahwa Tuhan itu berkuasa.
Namun seringkali banyak yang tidak mengimaninya, persis seperti cerita tentang
seorang anak melihat Bapaknya yang tekun berdoa. Anak itu mempertanyakan
Bapaknya, demikian, “ Pak, mengapa engkau banyak berdoa? Apa yang Tuhan berikan
padamu? Sampai sekarang engkau terlihat letih dan lesu bersama kemiskinan yang telah
kau terima.”. Menariknya, Bapak itu dengan tersenyum menjawab anaknya demikian,
“ Nakku, tampaknya Bapak memang tidak mendapatkan apapun seperti yang engkau
lihat. Tapi tahukah engkau? Tuhan telah menghilangkan kekhawatiran, kemarahan,
depresi, dan kekecewaan dalam hidup bapak. Demikianlah Tuhan menjawab setiap
doa Bapak yang akhirnya membuat diri Bapak menjadi tenang.”
Menarik
bukan? Bagaimana dengan saudara?
Kadangkala
kuasa Tuhan sering kali dilihan dari “Apa yang kita dapat” bukan tentang “Apa
yang telah Tuhan hilangkan dalam hidup kita” yang justru karena itu malah Tuhan
menyatakan kuasaNya bagi kita.
Minggu
advent secara umum diartikan sebagai minggu minggu pengharapan. Sedang Minggu
Advent keempat selalu mengangkat tema tentang Damai dan Tenang. Suatu yang relevan
bagi kehidupan saat ini dalam penantian dan pengharapan. Sebagaimana banyak
orang dalam situasi tersebut justru seringkali mengalami ketidaktenangan dalam hidupnya.
Dalam
ketenangan dan kepercayaan di hadapan Allah, kita akan menemukan sumber
kekuatan sejati untuk tetap tenang dalam setiap tekanan (Yesaya 30:15.)
Dengan
semakin bertambahnya usia kita, hidup tampak semakin singkat. Penulis Victor
Hugo mengatakan, "Hidup itu singkat, dan kita membuatnya semakin singkat
dengan menyia-nyiakan waktu." Dan, tidak ada contoh yang lebih menyedihkan
tentang waktu yang disia-siakan daripada hidup yang penuh dengan kejengkelan.
Seperti seorang wanita Amerika yang impiannya untuk mengelilingi Inggris dengan
kereta api menjadi kenyataan. Namun saat menaiki kereta api itu, ia jengkel
dengan jendela dan temperatur, mengeluhkan tempat duduknya, sibuk merapikan
bawaannya, dan seterusnya. Tak heran bila ia terkejut saat tiba-tiba sampai di
tujuan. Dengan sangat menyesal ia berkata kepada penjemputnya, "Jika saya
tahu bahwa saya akan tiba begitu cepat, saya tidak akan menghabiskan waktu
dengan jengkel terhadap begitu banyak hal."
Perhatian
kita sangat mudah teralih oleh masalah-masalah yang ternyata tidak ada artinya
pada akhir kehidupan--tetangga yang menjengkelkan, anggaran yang ketat,
tanda-tanda penuaan, orang-orang yang lebih kaya daripada kita. Musa menyadari
pendeknya hidup ini dan ia pun berdoa, "Ajarlah kami menghitung hari-hari
kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (Mazmur
90:12).
Daripada
jengkel karena banyak hal, dalamilah firman Allah dan terapkan dalam hidup
Anda. Berjuanglah untuk bertumbuh dalam hikmat Allah setiap hari. Tetaplah
memusatkan perhatian pada nilai-nilai yang abadi. Jadikan hal itu sebagai
tujuan Anda, yakni bahwa suatu hari nanti Anda menyambut Sang Juruselamat
dengan hati berhikmat, bukan dengan hati yang jengkel
Komentar
Posting Komentar