Kisah yang termuat
dalam renungan kita kali ini menjadi kesaksian dan menggenapi nubuat dari
perkataan Yesus saat ia menunjukkan dirinya setelah kebangkitan khususnya mengenai
orang beriman yakni, “Pergilah ke seluruh dunia dan siarkanlah Kabar Baik dari
Allah itu kepada seluruh umat manusia. Orang yang tidak percaya akan
dihukum. Tetapi orang yang percaya dan dibaptis, akan selamat. Sebagai
bukti bahwa mereka percaya, orang-orang itu akan mengusir roh jahat atas
nama-Ku; mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang tidak mereka
kenal. Kalau mereka memegang ular atau minum racun, mereka tidak akan
mendapat celaka. Kalau mereka meletakkan tangan ke atas orang-orang yang sakit,
orang-orang itu akan sembuh. (Bdk Mrk 16:15-18)
Ketika membaca kisah
Paulus dalam renungan kita kali ini dan perkataan Yesus, saya menjadi sangat
bersemangat untuk menyalakan api penginjilan. Tapi disisi lain, timbul pula
keraguan yang layak untuk kita refleksikan;
Apakah api penginjilan akan
selalu dibarengi dengan kuasa-kuasa dan mukjizat kesembuhan? Apakah api
penginjilan itu selalu dibarengi dengan semangat-semangat pelepasan seperti
pengusiran setan? Apakah penginjilan selalu berbicara tentang pelepasan setan
dan penyembuhan? Bagaimana bila api penginjilan itu aku sampaikan dan
wujudnyatakan dengan kepedulianku melalui doa? Mungkinkah?
Saya ingat kisah
tentang pendiri Peoples Temple Jim Jones memimpin ratusan pengikutnya untuk
melakukan aksi bunuh diri massal di sebuah perkebunan di Guyana, negara
terpencil di Amerika Selatan pada 18 November 1978. Mereka melakukan bunuh diri
dengan cara meminum racun, baik secara sukarela maupun diancam dengan
menggunakan senjata.
Adapula kisah tentang
seorang pendeta ang biasa memegang ular saat memimpin ibadah dilaporkan tewas.
Dirinya tewas akibat digigit ular yang sering dibawanya. Pendeta yang
teridentikasi sebagai Jamie Coots diketahui meregang nyawa di Gereja
Middlesboro Kentucky. Coots tewas ketika menolak mendapat perawatan sehabis
digigit hewan berbisa tersebut.
Kegiatan ini
berlandaskan hal-hal yang berbau teologis, khususnya mengutip perkataan Yesus
tentang orang beriman akan baik baik saja ketika ia meminum racun atau memegang
ular berbisa sekalipun.
Saya yakin, bila hal
ini ditujukkan kepada saya untuk membuktikan bahwa diri saya beriman atau
tidak. Maka sudah dipastikan kalau saya akan mati karena minum racun, bukan
karena saya beriman atau tidak.
Dengan kata lain, saya
ingin menyatakan dan membagikan kepada saudara bahwa mungkin saya bukanlah
orang yang luar biasa seperti para pendeta-pendeta yang melakukan penyembuhan,
melakukan pelepasan setan-setan, dan atraksi minum racun atau memegang ular
berbisa. Tapi, dalam kekurangan dan kerapuhan tersebut saya meyakini bahwa
Tuhan memakai saya untuk mengabarkan injil dengan yang ada pada saya.
Keyakinan serupa juga
saya bagikan kepada saudara, bahwa (mungkin?) saudara tidak mendapatkan karunia
yang dapat melakukan mukjijat dan kuasa kuasa yang luar biasa. Tapi bukan
berarti kita tidak berdampak bagi siapapun, Tuhan juga memberikan kepada kita
kuasa untuk mendoakan dan berdoa bagi juga untuk siapapun. Tentang hasil dari
setiap doa kita untuk orang lain, mungkin tidak mampu memuaskan orang yang
sedang kita doakan. Tapi setidaknya, Tuhan puas melihat anak-anaknya berusaha
dan menyebarkan kehadiranNya melalui hal-hal kecil dan sederhana dalam kehidupan
pelayanan kita.
Pada akhirnya, kita
hanya perlu mengintegrasikan sikap melayani ke dalam diri kita. Starteginya
sangatlah sederhana; Bila saudara melakukan sesuatu yang baik kepada seseorang,
lakukanlah saja, maka saudara akan memperoleh perasaan ringan dan damai yang
begitu indah. Sebaliknya, yang dapat mengganggu perasaan damai ini adalah
pengharapan kita akan balasannya. Pikiran kita sendiri akan merusak perasaan
damai kita begiti pikiran itu muncul, membuat kita terperangkap pada apa yang
kita inginkan dan butuhkan.
Lihat kembali kisah
Paulus dalam renungan ini, bukan tentang hal-hal spektakuler yang Tuhan lakukan
melalui Paulus, tapi dia mengintegrasikan sikap melayani ke dalam dirinya
sekalipun difitnah sebagai pembunuh dan dicurigai.
Bagaimana? Masih memerlukan
hal-hal yang spektakuler? Atau menjadikan diri spektakuler karena
mengintegrasikan sikap melayani dalam diri kita? Cobalah dengan mendoakan
orang-orang sekitar anda. Layani mereka dalam setiap doamu!
Aron Ginting Manik, S.Si Teol C.CM
GBKP Rg Buluh Awar (085372363155)
Komentar
Posting Komentar