Menuju Peringatan Reformasi Gereja Bagian Ketujuh : Rahmat yang Memerdekakan

 


Dalam perjalanan reformasi gereja, “Sola Gratia” atau “Hanya Karena Anugerah” menjadi salah satu dasar utama yang dikumandangkan oleh para reformator. Ajaran ini menegaskan bahwa keselamatan manusia adalah murni anugerah dari Tuhan, bukan hasil dari usaha manusia atau jasa pribadi. “Sola Gratia” mengingatkan kita bahwa keselamatan adalah pemberian dari Tuhan yang penuh kasih dan tidak bergantung pada usaha kita, melainkan pada kasih karunia-Nya yang memerdekakan.

Anugerah yang Murni dari Tuhan

Pengajaran ini diperdalam dan disistematisasi oleh Philip Melanchthon, seorang teolog Jerman dan sahabat Martin Luther yang memainkan peran besar dalam menafsirkan dan menyebarkan ajaran reformasi. Melanchthon menyusun Augsburg Confession, sebuah dokumen penting yang menjelaskan dasar-dasar ajaran reformasi, termasuk konsep keselamatan melalui anugerah. Dalam pandangan Melanchthon, anugerah adalah pemberian Tuhan yang tidak bisa dibeli atau diraih melalui usaha manusia; anugerah adalah jalan keselamatan yang memerdekakan manusia dari perasaan bersalah yang berlebihan dan dari beban berusaha menyenangkan Tuhan demi pencapaian status tertentu.

Namun, tantangan bagi kita bukan hanya memahami “Sola Gratia” sebagai ajaran teologis, tetapi juga menghidupinya dalam keseharian. Apakah kita sudah sungguh-sungguh menghidupi iman yang memerdekakan dari perasaan bersalah yang terus-menerus atau upaya untuk menyenangkan Tuhan semata-mata demi status spiritual atau pengakuan manusia? Dengan menerima keselamatan sebagai anugerah Tuhan, kita diajak untuk bersyukur tanpa membanggakan diri atas perbuatan baik yang kita lakukan. Sebab, setiap kebaikan yang kita lakukan adalah bentuk respons atas kasih Tuhan, bukan syarat untuk memperoleh keselamatan.

Kembali pada Kesederhanaan Anugerah: Tantangan Gereja Masa Kini

Ironisnya, meskipun gereja modern memiliki akses pada doktrin dan pemahaman reformasi, kita sering jatuh dalam jebakan mempersulit keselamatan dengan administrasi dan birokrasi gerejawi yang berlebihan. Alih-alih menyederhanakan arti keselamatan sesuai ajaran “Sola Gratia,” beberapa gereja cenderung menerapkan struktur dan aturan yang mengaburkan keindahan anugerah Tuhan dan membuatnya seolah-olah dapat dicapai hanya melalui kepatuhan terhadap sistem tertentu.

Dalam hal ini, gerakan Kekristenan progresif menawarkan pendekatan yang lebih sederhana terhadap teologi keselamatan, dan ini merupakan angin segar bagi banyak orang. Namun, kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam penyederhanaan yang justru mengurangi makna dan nilai karya keselamatan itu sendiri. Keselamatan bukanlah sekadar konsep untuk dinyatakan secara mudah; keselamatan adalah rahmat dari Tuhan yang datang melalui pengorbanan Kristus, dan ini adalah anugerah yang mahal. Penyederhanaan tanpa menghormati kedalaman makna anugerah justru berpotensi merendahkan kekayaan karya keselamatan yang Tuhan berikan.

Anugerah dalam Tindakan: Menghidupi Keselamatan

Dengan menyadari bahwa keselamatan adalah anugerah, kita diajak untuk menunjukkan iman kita melalui tindakan kasih. Setiap peribadahan, latihan rohani, dan perbuatan baik yang kita lakukan adalah wujud nyata dari anugerah keselamatan yang kita terima. Bukan untuk meraih keselamatan, melainkan sebagai bukti dari kehidupan yang sudah diselamatkan oleh Tuhan. Tindakan-tindakan kita ini adalah ekspresi syukur dan respons pada karya besar yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita.

Sebagai contoh, ketika kita melayani sesama dengan ketulusan, memberi dengan sukacita, atau hidup dengan rendah hati, kita sedang menghidupi anugerah itu. Setiap tindakan kasih dan kebaikan menjadi cermin dari keselamatan yang bekerja dalam diri kita. Iman yang lahir dari “Sola Gratia” adalah iman yang tidak terbebani oleh keinginan untuk mendapatkan pengakuan, tetapi berfokus pada relasi kita dengan Tuhan dan sesama.

Kesimpulan Reflektif

“Sola Gratia” mengajak kita kembali pada pemahaman dasar bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan yang memerdekakan. Kita dipanggil untuk hidup dalam rasa syukur, tanpa rasa bangga atau kebutuhan untuk membuktikan diri. Di tengah berbagai kompleksitas yang sering kali kita tambahkan pada doktrin keselamatan, panggilan reformasi adalah untuk hidup setia dalam kesederhanaan dan ketulusan di hadapan Tuhan.

Sebagai orang percaya, kita perlu berhati-hati agar tidak menyederhanakan anugerah secara berlebihan hingga melupakan kedalaman pengorbanan Kristus, sekaligus menghindari menambah lapisan administrasi yang merusak makna murni anugerah itu sendiri. Marilah kita menghidupi “Sola Gratia” sebagai iman yang hidup dan memerdekakan, sebagai respons yang tulus atas rahmat yang telah Tuhan anugerahkan pada kita. Dalam ketulusan pengabdian dan rasa syukur, kita meneguhkan iman kita pada Tuhan, Sang Sumber Anugerah.

Komentar