Dalam perjalanan
reformasi gereja, “Sola Gratia” atau “Hanya Karena Anugerah” menjadi salah satu
dasar utama yang dikumandangkan oleh para reformator. Ajaran ini menegaskan
bahwa keselamatan manusia adalah murni anugerah dari Tuhan, bukan hasil dari
usaha manusia atau jasa pribadi. “Sola Gratia” mengingatkan kita bahwa
keselamatan adalah pemberian dari Tuhan yang penuh kasih dan tidak bergantung
pada usaha kita, melainkan pada kasih karunia-Nya yang memerdekakan.
Anugerah yang Murni
dari Tuhan
Pengajaran ini
diperdalam dan disistematisasi oleh Philip Melanchthon, seorang teolog Jerman
dan sahabat Martin Luther yang memainkan peran besar dalam menafsirkan dan
menyebarkan ajaran reformasi. Melanchthon menyusun Augsburg Confession,
sebuah dokumen penting yang menjelaskan dasar-dasar ajaran reformasi, termasuk
konsep keselamatan melalui anugerah. Dalam pandangan Melanchthon, anugerah
adalah pemberian Tuhan yang tidak bisa dibeli atau diraih melalui usaha
manusia; anugerah adalah jalan keselamatan yang memerdekakan manusia dari
perasaan bersalah yang berlebihan dan dari beban berusaha menyenangkan Tuhan
demi pencapaian status tertentu.
Namun, tantangan bagi
kita bukan hanya memahami “Sola Gratia” sebagai ajaran teologis, tetapi juga
menghidupinya dalam keseharian. Apakah kita sudah sungguh-sungguh menghidupi
iman yang memerdekakan dari perasaan bersalah yang terus-menerus atau upaya untuk
menyenangkan Tuhan semata-mata demi status spiritual atau pengakuan manusia?
Dengan menerima keselamatan sebagai anugerah Tuhan, kita diajak untuk bersyukur
tanpa membanggakan diri atas perbuatan baik yang kita lakukan. Sebab, setiap
kebaikan yang kita lakukan adalah bentuk respons atas kasih Tuhan, bukan syarat
untuk memperoleh keselamatan.
Kembali pada
Kesederhanaan Anugerah: Tantangan Gereja Masa Kini
Ironisnya, meskipun
gereja modern memiliki akses pada doktrin dan pemahaman reformasi, kita sering
jatuh dalam jebakan mempersulit keselamatan dengan administrasi dan birokrasi
gerejawi yang berlebihan. Alih-alih menyederhanakan arti keselamatan sesuai ajaran
“Sola Gratia,” beberapa gereja cenderung menerapkan struktur dan aturan yang
mengaburkan keindahan anugerah Tuhan dan membuatnya seolah-olah dapat dicapai
hanya melalui kepatuhan terhadap sistem tertentu.
Dalam hal ini, gerakan
Kekristenan progresif menawarkan pendekatan yang lebih sederhana terhadap
teologi keselamatan, dan ini merupakan angin segar bagi banyak orang. Namun,
kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam penyederhanaan yang justru
mengurangi makna dan nilai karya keselamatan itu sendiri. Keselamatan bukanlah
sekadar konsep untuk dinyatakan secara mudah; keselamatan adalah rahmat dari
Tuhan yang datang melalui pengorbanan Kristus, dan ini adalah anugerah yang
mahal. Penyederhanaan tanpa menghormati kedalaman makna anugerah justru
berpotensi merendahkan kekayaan karya keselamatan yang Tuhan berikan.
Anugerah dalam
Tindakan: Menghidupi Keselamatan
Dengan menyadari bahwa
keselamatan adalah anugerah, kita diajak untuk menunjukkan iman kita melalui
tindakan kasih. Setiap peribadahan, latihan rohani, dan perbuatan baik yang
kita lakukan adalah wujud nyata dari anugerah keselamatan yang kita terima. Bukan
untuk meraih keselamatan, melainkan sebagai bukti dari kehidupan yang sudah
diselamatkan oleh Tuhan. Tindakan-tindakan kita ini adalah ekspresi syukur dan
respons pada karya besar yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita.
Sebagai contoh, ketika
kita melayani sesama dengan ketulusan, memberi dengan sukacita, atau hidup
dengan rendah hati, kita sedang menghidupi anugerah itu. Setiap tindakan kasih
dan kebaikan menjadi cermin dari keselamatan yang bekerja dalam diri kita. Iman
yang lahir dari “Sola Gratia” adalah iman yang tidak terbebani oleh keinginan
untuk mendapatkan pengakuan, tetapi berfokus pada relasi kita dengan Tuhan dan
sesama.
Kesimpulan Reflektif
“Sola Gratia” mengajak
kita kembali pada pemahaman dasar bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan yang
memerdekakan. Kita dipanggil untuk hidup dalam rasa syukur, tanpa rasa bangga
atau kebutuhan untuk membuktikan diri. Di tengah berbagai kompleksitas yang
sering kali kita tambahkan pada doktrin keselamatan, panggilan reformasi adalah
untuk hidup setia dalam kesederhanaan dan ketulusan di hadapan Tuhan.
Sebagai orang percaya,
kita perlu berhati-hati agar tidak menyederhanakan anugerah secara berlebihan
hingga melupakan kedalaman pengorbanan Kristus, sekaligus menghindari menambah
lapisan administrasi yang merusak makna murni anugerah itu sendiri. Marilah
kita menghidupi “Sola Gratia” sebagai iman yang hidup dan memerdekakan, sebagai
respons yang tulus atas rahmat yang telah Tuhan anugerahkan pada kita. Dalam
ketulusan pengabdian dan rasa syukur, kita meneguhkan iman kita pada Tuhan,
Sang Sumber Anugerah.
Komentar
Posting Komentar