Invocatio : Lidah
lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati. “(Amsal 15:4)
Bacaan I : Ayub 1:4-5
Bahan Khotbah : Matius
18:10-14
Tema : Betapa
Berharganya Anak-Anak
Pengantar
Dalam kehidupan modern,
kita sering menyaksikan kisah-kisah ironis tentang pola asuh anak yang menjadi
renungan. Bayangkan seorang anak yang tumbuh dalam rumah besar, berlimpah
materi, namun jarang melihat wajah orangtuanya karena kesibukan pekerjaan.
Makanan yang bergizi selalu ada di meja, baju-baju mahal tersedia, pendidikan
di sekolah terbaik dibayar, namun apakah semua ini menggantikan waktu
berkualitas, perhatian, dan kasih sayang yang tulus? Kisah lain mungkin seorang
anak yang selalu mendengar harapan besar dari orangtuanya, namun tidak pernah
mendengar kata-kata pujian. Pertanyaan yang muncul adalah: Apakah kita, sebagai
orangtua, sudah memahami betapa berharganya anak-anak itu di mata Tuhan?
Bagaimana pola asuh kita mencerminkan nilai ini?
Menurut psikolog
posmodern, anak-anak tidak hanya membutuhkan kebutuhan fisik seperti makanan,
pakaian, dan pendidikan. Mereka juga membutuhkan perhatian emosional, mental,
dan spiritual. Orangtua memiliki tanggung jawab besar untuk merawat anak secara
holistik—memberikan kasih sayang yang penuh, mendengar perasaan mereka, dan
membantu mereka membangun identitas yang sehat. Carl Rogers, seorang
psikolog terkemuka, mengajarkan bahwa setiap individu, termasuk anak-anak,
memiliki potensi luar biasa untuk berkembang jika diberi lingkungan yang aman,
penerimaan tanpa syarat, dan kasih yang tulus. Ini berarti, tanggung jawab
orangtua lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan materi, melainkan juga
memberikan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional dan spiritual.
Namun, ada orangtua
yang lebih fokus pada pencapaian anak secara akademis atau prestasi lainnya.
Pola asuh seperti ini tanpa disadari dapat membuat anak merasa hanya berharga
jika mereka memenuhi ekspektasi tertentu. Anak-anak menjadi cerminan keinginan orangtua
dan kehilangan ruang untuk menjadi diri mereka sendiri. Dalam proses ini,
mereka mungkin tumbuh dengan luka emosional dan trauma, yang sering kali tidak
terlihat, tetapi memengaruhi kesehatan mental mereka di masa dewasa.
Pola Asuh dalam Cahaya
Amsal 15:4
Amsal 15:4 mengingatkan
kita bahwa “lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai
hati.” Kata-kata yang diucapkan orangtua kepada anak-anaknya membawa dampak
yang mendalam. Ketika orangtua berbicara dengan kasih, kelembutan, dan
pengertian, mereka menanamkan pohon kehidupan dalam jiwa anak-anak mereka.
Sebaliknya, kata-kata yang kasar, kritik berlebihan, atau sikap acuh tak acuh
bisa menumbuhkan luka batin dan trauma yang bertahan lama. Psikolog modern
menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak mendukung
secara emosional sering mengalami masalah kecemasan, rendah diri, dan kesulitan
dalam membangun hubungan di kemudian hari.
Oleh karena itu,
orangtua perlu memperhatikan cara mereka berbicara dan bersikap terhadap anak.
Jangan biarkan kemarahan sesaat atau frustrasi menanamkan bibit kepahitan dalam
hati anak-anak. Apa yang terlihat kecil di mata orang dewasa bisa menjadi luka
besar dalam hati seorang anak yang masih tumbuh.
Teladan Ayub dalam
Pertanggungjawaban Orangtua
Ayub, dalam Kitab Suci,
memberikan kita gambaran tentang tanggung jawab orangtua yang benar. Ayub
selalu mempersembahkan korban bakaran bagi anak-anaknya, bahkan ketika mereka
tidak melakukan kesalahan yang nyata (Ayub 1:5). Ini menunjukkan betapa besar perhatian
Ayub terhadap kehidupan rohani anak-anaknya. Dia tidak hanya peduli pada
kesejahteraan fisik mereka tetapi juga kesejahteraan spiritual mereka. Dalam
konteks modern, ini berarti orangtua harus bertanggung jawab atas pertumbuhan
rohani anak-anak mereka, berdoa bagi mereka, dan mendidik mereka dalam jalan
Tuhan. Ini adalah panggilan besar bagi setiap orangtua—mereka tidak hanya
merawat tubuh dan pikiran anak, tetapi juga jiwa mereka di hadapan Tuhan.
Penyertaan Tuhan:
Matius 18:10-14
Matius 18:10-14
menekankan betapa berharganya setiap anak di mata Tuhan. Yesus dengan tegas
mengatakan agar kita tidak meremehkan anak-anak karena malaikat mereka selalu
melihat wajah Bapa di surga. Yesus bahkan memberi perumpamaan tentang gembala
yang meninggalkan 99 domba untuk mencari satu yang hilang, menggambarkan
bagaimana Tuhan memperhatikan setiap anak dengan kasih yang penuh perhatian dan
mendalam. Tuhan menginginkan agar tidak satu pun dari anak-anak-Nya yang hilang
atau tersesat. Ini menjadi pelajaran penting bagi orangtua bahwa mereka juga
dipanggil untuk menjaga anak-anak dengan penuh kasih, memastikan mereka tumbuh
dalam pemahaman bahwa mereka berharga di mata Tuhan.
Kita sebagai orangtua
diajak untuk meneladani penyertaan Tuhan ini, menjadi pelindung dan penuntun
bagi anak-anak kita, dan menolong mereka dalam setiap fase kehidupan mereka
dengan perhatian penuh, cinta, dan kesabaran.
Penutup: Anak Bukan
Beban atau Investasi
Anak-anak bukanlah
beban bagi orangtua. Mereka bukan pula investasi masa depan yang akan memberi
keuntungan ketika dewasa. Sayangnya, banyak orangtua yang tanpa sadar
menanamkan beban ini pada anak-anak mereka. Harapan bahwa anak-anak akan
menjaga mereka di hari tua atau membanggakan nama keluarga membuat anak merasa
seolah-olah mereka harus memenuhi standar yang tidak realistik. Ini menciptakan
tekanan yang luar biasa pada anak, yang dapat mengarah pada perasaan gagal atau
tidak berharga jika mereka tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut.
Kasih yang sejati
adalah kasih yang tulus, yang tidak menuntut imbalan. Orangtua harus mengasihi
anak-anak mereka tanpa syarat, mendukung mereka dalam menemukan jalan hidup
mereka sendiri, dan tidak menambahkan beban berat atas mereka. Anak-anak
haruslah dihargai sebagai pemberian Tuhan yang berharga, dipelihara dengan
kasih yang dalam, dan dilindungi seperti yang Yesus contohkan dalam setiap
ajaran-Nya.
Semoga kita semua,
sebagai orangtua atau calon orangtua, dapat menyadari betapa berharganya
anak-anak di mata Tuhan dan memberikan yang terbaik bagi mereka, baik secara
fisik, emosional, maupun spiritual.
Komentar
Posting Komentar