Invocatio
:
Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai
susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak (Yesaya 11:8)
Bacaan
I :
Filipi 4:8-9
Khotbah
:
Mazmur 119:97-104
Tema
:
Manisnya Mecintai Firman Tuhan
Dalam tradisi Yahudi
kuno, memperkenalkan Kitab Suci kepada anak-anak merupakan bagian integral dari
kehidupan sehari-hari, dan hal ini dilakukan dengan cara yang sangat simbolis
dan penuh makna. Salah satu praktik yang terkenal adalah ketika seorang anak
Yahudi memulai pembelajaran Taurat, sang guru meneteskan madu di atas halaman
kitab tersebut dan memintanya menjilatnya. Tindakan ini memiliki makna yang
sangat dalam, menyimbolkan bahwa Firman Tuhan itu manis, bahkan lebih manis
daripada madu. Hal ini selaras dengan apa yang dinyatakan dalam Mazmur 119:103:
"Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih daripada madu
bagi mulutku." Anak-anak belajar untuk tidak hanya menghormati Kitab
Suci sebagai aturan dan hukum, tetapi untuk mengasihi dan menghargai Firman
Tuhan, seolah-olah itu adalah sesuatu yang harus dinikmati dan dirindukan
setiap hari.
Tradisi ini menjadi
refleksi bagi kita sebagai keluarga Kristen di masa kini. Bagaimana kita
memperkenalkan Alkitab kepada anak-anak kita? Apakah mereka melihat Alkitab
sebagai kewajiban yang berat atau sebagai sesuatu yang mereka cintai dan
rindukan? Keluarga-keluarga Kristen masa kini menghadapi tantangan besar, di
mana teknologi, informasi, dan budaya modern seringkali mengambil alih
perhatian anak-anak dari Firman Tuhan. Namun, seperti bangsa Israel yang
berhasil menanamkan kecintaan mendalam terhadap Taurat, kita pun bisa melakukan
hal yang sama jika kita memperkenalkan Firman Tuhan dengan cara yang membuatnya
terasa manis, relevan, dan penuh makna dalam kehidupan sehari-hari.
Firman Tuhan tidak
hanya berisi perintah dan larangan, tetapi juga merupakan sumber sukacita,
kekuatan, dan penghiburan. Sebuah keluarga yang mencintai Firman Tuhan akan
dipenuhi dengan hikmat, kebenaran, dan damai sejahtera yang melampaui segala
akal. Melalui kecintaan ini, kita diajak untuk merasakan keindahan, kekuatan,
dan kebaikan yang datang dari Firman Tuhan.
Firman Tuhan sebagai
Perlindungan
Dalam Yesaya 11:8, kita
membaca sebuah gambaran yang menakjubkan tentang anak-anak yang hidup tanpa
rasa takut. Dikatakan, “Anak-anak kecil akan bermain dekat liang ular
tedung, dan bayi akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.” Ini
adalah gambaran simbolis dari dunia yang aman, tempat di mana anak-anak tidak
perlu takut akan bahaya karena mereka hidup dalam perlindungan dan anugerah
Tuhan. Gambaran ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa keluarga yang hidup
dalam Firman Tuhan juga menikmati perlindungan dan keamanan rohani. Mereka yang
mencintai Firman Tuhan, membaca dan merenungkannya setiap hari, akan mengalami
perlindungan Tuhan yang luar biasa dalam kehidupan mereka.
Keluarga yang mencintai
Firman Tuhan ibarat anak-anak yang digambarkan dalam Yesaya 11:8—mereka hidup
dalam dunia yang penuh tantangan, namun tidak gentar karena Tuhan adalah
perisai mereka. Firman Tuhan menjadi pedoman dan pegangan hidup yang memampukan
mereka untuk menghadapi segala bahaya, godaan, dan kesulitan. Dalam situasi
apapun, mereka selalu mendapatkan perlindungan dan hikmat yang datang dari
Tuhan melalui Firman-Nya.
Namun, ketika sebuah
keluarga jauh dari Firman Tuhan, mereka akan mudah tersesat dan terjebak dalam
bahaya. Keluarga yang tidak menjadikan Alkitab sebagai pusat kehidupan mereka
bagaikan anak kecil yang bermain di tempat yang penuh bahaya tanpa perlindungan.
Mereka rentan terhadap serangan dunia yang penuh dengan godaan, dosa, dan
kebingungan. Oleh karena itu, keluarga harus selalu merindukan, mencintai, dan
menjadikan Firman Tuhan sebagai fondasi dan pelindung hidup mereka.
Mencintai Firman Tuhan
dan Pikiran Positif yang Membentuk Karakter
Mazmur 119:97-104
adalah sebuah pernyataan cinta yang tulus terhadap Firman Tuhan. Pemazmur
menyatakan bahwa ia merenungkan Firman Tuhan sepanjang hari. Cinta yang
mendalam ini menghasilkan hikmat, lebih besar dari pada musuh-musuhnya, lebih
dalam daripada para pengajar, dan lebih kuat daripada orang-orang tua. Firman
Tuhan menjadi sumber kekuatan dan hikmat yang tak tertandingi. Inilah yang
terjadi ketika keluarga hidup dengan Firman Tuhan di hati mereka. Pikiran
mereka dipenuhi dengan kebenaran, dan hidup mereka dibimbing oleh hikmat ilahi.
Paulus, dalam Filipi
4:8-9, mengajarkan pentingnya memusatkan pikiran pada segala sesuatu yang
benar, mulia, adil, suci, manis, dan patut dipuji. Pikiran yang terfokus pada
hal-hal positif ini akan membentuk karakter yang kuat, mempengaruhi tindakan,
dan membawa kita pada kehidupan yang diberkati. Hal ini juga berlaku dalam
konteks keluarga. Ketika kita mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak kita,
kita sedang membentuk pikiran dan karakter mereka agar selalu memusatkan
perhatian pada hal-hal yang benar dan mulia.
Ahli psikologi juga
sepakat bahwa pikiran yang positif sangat mempengaruhi kesejahteraan emosional
dan mental seseorang. Pikiran yang dipenuhi dengan kebaikan, kasih, dan
keadilan akan membawa seseorang pada kehidupan yang lebih seimbang dan penuh
makna. Hal ini sejalan dengan ajaran Firman Tuhan. Melalui meditasi dan
penghayatan Firman setiap hari, keluarga akan dipenuhi dengan pikiran-pikiran
positif yang membangun, yang akhirnya akan tercermin dalam sikap, tindakan, dan
kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh
keluarga yang sangat mencintai Firman Tuhan dan telah dikenal luas adalah
keluarga Green dari Amerika Serikat. Keluarga Green adalah pemilik
jaringan toko ritel Hobby Lobby, yang didirikan oleh David Green.
Keluarga ini dikenal tidak hanya karena kesuksesan bisnis mereka, tetapi juga
karena komitmen mereka yang mendalam terhadap nilai-nilai kekristenan dan
kecintaan mereka terhadap Alkitab.
David Green dan
keluarganya secara aktif menerapkan prinsip-prinsip alkitabiah dalam bisnis dan
kehidupan pribadi mereka. Mereka percaya bahwa kesuksesan mereka datang dari
penyerahan kepada Tuhan dan pengajaran Firman-Nya. Keluarga Green
mengintegrasikan nilai-nilai Kristen ke dalam budaya perusahaan mereka,
termasuk dengan menutup semua toko Hobby Lobby pada hari Minggu untuk memberi
waktu bagi karyawan beribadah dan beristirahat.
Selain itu, keluarga
Green juga mendirikan Museum of the Bible di Washington, D.C., yang
bertujuan untuk memperkenalkan dan menyebarkan Firman Tuhan kepada banyak
orang. Komitmen mereka terhadap Alkitab terlihat tidak hanya dalam kehidupan
pribadi tetapi juga dalam tindakan nyata yang menginspirasi banyak orang di seluruh
dunia.
Kisah keluarga Green
menggambarkan dengan jelas bagaimana kecintaan pada Firman Tuhan dapat menjadi
fondasi kesuksesan dan kehidupan yang bermakna. Mereka bukan hanya sekadar
menjalani kehidupan spiritual yang mendalam, tetapi juga menghidupkan prinsip-prinsip
Alkitab dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Melalui komitmen untuk
mencintai dan merenungkan Firman Tuhan, mereka tidak hanya menjadi saksi akan
janji-janji Tuhan dalam hidup mereka, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak
orang di seluruh dunia.
Sebagaimana Mazmur
119:97-104 mengajarkan, Firman Tuhan adalah hikmat yang manis dan menjadi
panduan dalam setiap langkah hidup. Dengan mencintai Firman Tuhan, keluarga
dapat menemukan kekuatan, hikmat, dan arahan yang diperlukan untuk menjalani
hidup yang penuh berkat. Pikiran-pikiran positif yang tertanam dari kecintaan
akan Firman Tuhan akan mempengaruhi setiap keputusan, tindakan, dan hubungan di
dalam keluarga, menciptakan suasana yang harmonis dan penuh dengan kehadiran
Tuhan.
Marilah kita belajar
dari keluarga-keluarga seperti keluarga Green yang telah membuktikan bahwa
hidup yang berakar pada Firman Tuhan akan menghasilkan buah yang manis.
Mengajarkan, merenungkan, dan menjalani Firman Tuhan bukan hanya sebuah
pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk mencapai kehidupan yang penuh dengan
hikmat dan kesuksesan sejati.
Mari kita semua,
sebagai keluarga, menjadikan Firman Tuhan sebagai pusat dalam hidup
kita—membaca, menghayati, dan menjalankannya setiap hari. Dengan demikian, kita
dapat menikmati manisnya hidup di dalam Tuhan dan melihat berkat-berkat yang
tercurah atas keluarga kita.
Komentar
Posting Komentar