Invocatio
:
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15b)
Bacaan
I :
Efesus 5:18-20
Khotbah
:
Masmur 128: 1-6
Tema
:
Keluarga Yang Berbahagia
Kebahagiaan adalah
salah satu hal yang paling dicari oleh setiap orangtua bagi keluarganya. Banyak
orangtua bekerja keras, mengumpulkan harta, dan menyediakan fasilitas yang
terbaik bagi keluarga mereka, berharap itu semua dapat membawa kebahagiaan.
Namun, sering kali, di balik rumah-rumah megah, mobil-mobil mewah, dan
fasilitas yang serba ada, tersembunyi kebingungan dan kehampaan. Banyak
keluarga yang, meski memiliki segalanya secara materi, merasa ada yang hilang
dalam relasi mereka. Rumah tidak lagi menjadi rumah dalam arti yang
sesungguhnya—ia tidak lagi menjadi tempat di mana kebahagiaan sejati ditemukan.
Tidak ada kehangatan, tidak ada cinta yang mengalir, dan yang paling penting,
tidak ada kehadiran Tuhan di tengah keluarga.
Ironisnya, kebahagiaan
yang mereka kejar justru tidak pernah bisa mereka raih, karena dasar dari
kebahagiaan itu hilang. Tanpa mezbah doa—tanpa kehadiran Tuhan dalam setiap
aspek hidup mereka—rumah mereka hanyalah bangunan fisik, bukan rumah dalam arti
spiritual. Inilah refleksi penting bagi setiap orangtua: kebahagiaan seperti
apa yang sedang mereka bangun dalam rumah tangga mereka? Apakah kebahagiaan
yang sementara, yang didasarkan pada hal-hal materi, ataukah kebahagiaan sejati
yang datang dari kehadiran Tuhan?
Dalam Yosua 24:15b,
Yosua dengan tegas menyatakan, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN.” Pernyataan ini tidak hanya menunjukkan komitmen
pribadi Yosua sebagai pemimpin keluarga, tetapi juga menegaskan betapa
pentingnya peran keluarga dalam hubungan dengan Tuhan. Yosua tidak hanya
berbicara tentang dirinya sendiri, tetapi ia juga memastikan bahwa seluruh
rumahnya, seluruh keluarganya, akan ikut dalam ibadah kepada Tuhan.
Para teolog melihat
pernyataan ini sebagai panggilan bagi setiap orangtua dan pemimpin keluarga
untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat dari setiap keputusan dan aktivitas
keluarga. Tanpa komitmen ini, keluarga akan mudah terombang-ambing oleh
nilai-nilai duniawi yang terus berubah. Pernyataan Yosua ini adalah refleksi
dari pemimpin rumah tangga yang paham bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak
pada harta benda, tetapi pada hubungan yang intim dan berkesinambungan dengan
Tuhan.
Seperti Yosua yang
memilih untuk mengikuti Tuhan di tengah masyarakat yang dipenuhi dengan
dewa-dewa lain, orangtua modern juga dihadapkan pada tantangan serupa—dunia
yang penuh dengan godaan materialisme, individualisme, dan hedonisme. Namun,
Yosua mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan ketika kita
dan keluarga kita menjadikan Tuhan sebagai pusat hidup kita.
Dalam konteks
posmodern, konsep keluarga mengalami perubahan yang signifikan. Beberapa filsuf
dan teolog posmodern menekankan pentingnya "komunitas kecil" sebagai
ruang di mana individu dapat menemukan identitas dan kebahagiaan. Dalam hal
ini, keluarga dilihat sebagai salah satu komunitas paling dasar dan vital bagi
pembentukan karakter dan kebahagiaan individu.
Namun, para filsuf
posmodern juga menyoroti bahwa keluarga yang bahagia bukanlah keluarga yang
sempurna dalam segala hal, melainkan keluarga yang memiliki kedekatan
emosional, saling mendukung, dan—menurut perspektif teologis—berakar dalam iman
kepada Tuhan. Keluarga yang bahagia tidak hanya didefinisikan oleh hal-hal
eksternal, seperti kesuksesan atau status sosial, tetapi oleh relasi yang
mendalam dan spiritual antaranggota keluarga.
Teolog posmodern
seperti Stanley Hauerwas juga menekankan pentingnya "komunitas
naratif," di mana keluarga dilihat sebagai tempat di mana cerita-cerita
iman diteruskan dan dihidupi. Keluarga yang bahagia, menurut pandangan ini,
adalah keluarga yang menjadikan kisah iman sebagai pusat dari kehidupan mereka.
Dengan kata lain, keluarga yang membangun mezbah doa, yang mengutamakan
hubungan dengan Tuhan, adalah keluarga yang dapat mengalami kebahagiaan sejati.
Pentingnya Membangun
Mezbah Doa dalam Keluarga
Mazmur 128:1-6
memberikan gambaran tentang keluarga yang diberkati Tuhan: “Berbahagialah
setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang
ditunjukkan-Nya!” Ayat ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati dalam keluarga
hanya bisa ditemukan ketika keluarga itu hidup dalam takut akan Tuhan.
Ayat-ayat selanjutnya menggambarkan berkat-berkat yang mengalir bagi keluarga
yang hidup dalam hubungan yang benar dengan Tuhan—dari kesejahteraan,
keharmonisan dalam rumah tangga, hingga keturunan yang diberkati.
Efesus 5:18-20 juga
mengajarkan pentingnya dipenuhi oleh Roh Kudus dan terus memuji Tuhan dalam
segala hal. Paulus menekankan bahwa dalam kehidupan keluarga, nyanyian pujian,
ucapan syukur, dan doa adalah cara-cara untuk membangun relasi yang kuat dengan
Tuhan. Mezbah doa dalam keluarga adalah tempat di mana seluruh keluarga bersatu
dalam penyembahan kepada Tuhan, di mana mereka bisa saling menguatkan dan
membawa segala kebutuhan mereka di hadapan Tuhan.
Membangun mezbah doa
dalam keluarga berarti menjadikan Tuhan sebagai pusat dari segala hal. Ini
bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah komitmen harian untuk bersekutu
dengan Tuhan dan satu sama lain. Ketika keluarga berdoa bersama, mereka saling
menguatkan, membangun iman, dan mendapatkan hikmat serta arahan dari Tuhan.
Inilah kebahagiaan sejati yang datang dari hidup dalam hadirat Tuhan.
Tindakan Aplikatif
untuk Membangun Mezbah Doa dalam Keluarga
Untuk membangun mezbah
doa yang kuat dalam keluarga, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
1.
Tetapkan Waktu Khusus untuk Berdoa
Bersama: Sebuah keluarga yang berbahagia adalah keluarga
yang memiliki kebiasaan berdoa bersama. Tetapkan waktu khusus, misalnya di pagi
atau malam hari, di mana seluruh anggota keluarga berkumpul untuk memuji Tuhan,
membaca Alkitab, dan berdoa. Ini tidak hanya membangun hubungan dengan Tuhan,
tetapi juga memperkuat ikatan antara sesama anggota keluarga.
2.
Libatkan Seluruh Anggota Keluarga:
Mezbah doa bukan hanya untuk orang dewasa. Anak-anak juga harus dilibatkan
dalam kegiatan doa keluarga. Biarkan mereka berdoa, membaca ayat-ayat Alkitab,
atau berbagi cerita tentang pengalaman iman mereka. Hal ini akan membantu
mereka tumbuh dalam iman dan menjadikan Tuhan sebagai bagian integral dari
hidup mereka sejak dini.
3.
Fokus pada Ucapan Syukur dan
Pengakuan Dosa: Doa bukan hanya tentang meminta
sesuatu dari Tuhan, tetapi juga tentang bersyukur dan mengakui kesalahan.
Mezbah doa adalah tempat di mana keluarga dapat datang dengan hati yang penuh
syukur, mengakui kesalahan mereka, dan meminta pengampunan Tuhan. Ini juga
membantu menciptakan budaya saling memaafkan dan mendukung satu sama lain dalam
keluarga.
4.
Memperdalam Pengajaran Firman Tuhan:
Mezbah doa juga adalah tempat di mana keluarga mempelajari firman Tuhan
bersama-sama. Bacalah dan renungkan Alkitab bersama, diskusikan maknanya, dan
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu seluruh keluarga
untuk semakin dekat dengan Tuhan dan saling menguatkan dalam iman.
Keluarga yang
Berbahagia adalah Keluarga yang Berdoa
Kebahagiaan sejati
dalam keluarga tidak datang dari hal-hal yang bersifat sementara seperti harta
benda atau status sosial. Kebahagiaan sejati datang dari hidup dalam hubungan
yang intim dengan Tuhan, menjadikan Tuhan sebagai pusat dari setiap aspek kehidupan
keluarga. Mazmur 128:1-6 dan Efesus 5:18-20 mengingatkan kita bahwa keluarga
yang takut akan Tuhan, yang membangun mezbah doa, akan mengalami berkat dan
kebahagiaan sejati.
Seperti Yosua yang
memutuskan bahwa ia dan seisi rumahnya akan beribadah kepada Tuhan, kita juga
harus mengambil komitmen yang sama. Membangun mezbah doa adalah kunci untuk
membawa kehadiran Tuhan dalam rumah kita. Ketika Tuhan hadir di tengah
keluarga, maka akan ada damai sejahtera, sukacita, dan kebahagiaan yang
melampaui apa yang dapat diberikan oleh dunia ini. Marilah kita semua
menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan keluarga kita, agar kita dapat
mengalami kebahagiaan sejati yang hanya dapat ditemukan dalam hadirat-Nya.
Komentar
Posting Komentar