Minggu Advent tak lama
lagi—musim penuh makna, di mana dunia dan hidup kita seolah-olah berada dalam
jeda yang hening. Ketika malam kian larut dan gelap, kita menanti fajar yang
segera tiba. Di titik tertentu dalam hidup, kita semua pernah merasa hilang arah,
merasakan beratnya meniti jalan di tengah kegelapan. Di masa-masa seperti
sekarang, harapan terkadang hanya terdengar seperti bisikan halus di tengah
gangguan dan penderitaan. Namun, di situlah Advent hadir—sebuah masa penantian
akan terang yang menjawab kerinduan terdalam, janji bahwa di balik kelamnya
malam, akan datang Terang yang membawa damai.
Bagi saya, Advent
adalah momen di mana kita tersentak oleh kehadiran Allah yang masuk ke dalam
kerapuhan dan kelemahan kita. Advent mengingatkan kita akan Allah yang hadir
dalam kegelapan, bukan untuk menghakimi, tetapi untuk merangkul kita dengan
kasih dan kelembutan. Dalam penantian Adven, kita diajak bukan hanya menunggu,
tetapi juga mempersiapkan hati, karena Allah datang bukan sebagai Hakim,
melainkan sebagai Terang yang menawarkan kehidupan dan pengharapan.
Dalam perspektif
psikologis, pengharapan memiliki peran penting sebagai kekuatan yang menopang
jiwa, terutama saat menghadapi kesulitan dan kegelapan hidup. Pengharapan
memberi arah dan tujuan, membantu individu bertahan meskipun jalan terasa
sulit. Sebagai motivasi intrinsik, pengharapan mendorong seseorang untuk terus
melangkah, meski dihadang oleh rasa sakit atau putus asa. Dalam refleksi ini,
pengharapan digambarkan sebagai cahaya yang muncul di tengah kegelapan, sebuah
cahaya kecil namun bermakna mengingatkan kita bahwa kegelapan bukanlah akhir.
Dalam konteks iman,
seperti yang saya angkat dalam refleksi ini, pengharapan dalam Yesus Kristus
memberikan lebih dari sekedar kekuatan batin. Ini adalah jaminan bahwa terang
sejati akan selalu hadir, memberikan ketenangan dan kepastian sehingga kita
dapat menemukan kegembiraan sejati, bahkan dalam keadaan yang tampak penuh
kegelapan.
Dalam kehidupan
sehari-hari, pengharapan membantu kita mengatasi kecemasan dan depresi,
mendorong kita untuk melihat ke depan dengan lebih positif. Advent mengajarkan
bahwa pengharapan bukanlah sesuatu yang pasif; kita diundang untuk
mempersiapkan hati, melangkah dalam iman, dan menerima terang yang telah
dijanjikan—terang yang memberikan makna dan ketenangan dalam menjalani hidup
ini.
Nabi Yesaya berbicara
kepada bangsa Israel yang terjebak dalam krisis dan kesimpulan. Mereka hidup
dalam kegelapan, dikepung oleh kekuatan besar yang tampaknya tak terkalahkan.
Dalam situasi itu, Yesaya 9:1-7 muncul sebagai secercah harapan, cahaya yang muncul
jalan di tengah masa-masa sulit. “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah
melihat terang yang besar,” tulis Yesaya, menegaskan bahwa di tengah-tengahnya,
Allah berjanji mengirim seorang pembebas yang akan menegakkan keadilan dan
membawa kedamaian.
Dalam tradisi Kristen,
Yesus dipahami sebagai penggenapan janji ini. Dalam kelahiran-Nya, kita melihat
terangnya Allah yang hadir di tengah dunia yang remuk. Ia datang sebagai Terang
besar, bukan untuk menghilangkan semua tantangan dan rasa sakit, tetapi untuk
menjadi kehadiran yang setia di dalamnya. Terang Yesus Kristus bukan hanya
mengusir kegelapan, tetapi keluaran langkah-langkah kita satu per satu,
mengajarkan bahwa damai sejahtera bukan hanya ketiadaan konflik, melainkan
kekuatan untuk bertahan dan menemukan kebahagiaan di tengah pergumulan.
Apa artinya memiliki
iman pada terang yang Yesaya nubuatkan? Dalam iman kepada Yesus, kita menemukan
kelegaan di tengah tekanan dan kecemasan. Kita belajar percaya bahwa apa pun
kegelapan yang kita alami, selalu ada terang yang menemani kita. Terang ini bukan
sekadar simbol; Yesus nyata, dan kehadiran-Nya memberi kita kekuatan untuk
terus berjalan, meskipun jalannya sulit. Dalam Dia, kita menemukan kegembiraan
yang bertahan, yang tidak mudah sirna ketika keadaan menjadi sulit. Sukacita
itu lahir dari keyakinan bahwa Yesus berjalan bersama kita, bahwa kita tidak
pernah sendirian.
Yesus bukan hanya
datang pada masa lampau; Advent juga mengingatkan kita bahwa Ia akan datang
kembali. Di tengah pergumulan, Adven memberi kita janji masa depan—bahwa pada
waktunya segala yang rusak akan disampaikan dalam terang kasih-Nya. Adven
mengingatkan kita untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga mempersiapkan hati
untuk kedatangan-Nya.
Bayangkan seorang anak
kecil yang takut akan gelap. Ketika malam tiba, kamar yang tadinya nyaman
berubah menjadi tempat yang menakutkan. Bayangan-bayangan di dinding membuatnya
cemas, dan setiap suara terdengar menyeramkan. Namun, begitu ibu datang dan menyalakan
lampu kecil di sudut kamar, kegelapan berubah. Tak ada lagi bayangan
menakutkan; hanya ketenangan yang memenuhi ruangan. Sang anak bisa tertidur
dengan damai, karena terang kecil itu menghapus ketakutannya.
Kita sering kali
seperti anak kecil itu, takut terhadap berbagai bayangan kehidupan yang tampak
menakutkan. Namun, Allah, seperti ibu yang penuh kasih, datang dengan
menyalakan terang-Nya melalui Yesus Kristus. Ketakutan kita mungkin tidak
hilang sepenuhnya, tetapi dengan terang yang dibawanya, kita memiliki rasa aman
untuk melangkah di tengah kegelapan. Advent mengingatkan kita akan terang ini,
bahwa di dalam Yesus, kita tidak perlu takut karena terang-Nya akan selalu
menyertai.
Menyongsong Terang Yang
Kekal
Di masa Advent ini,
mari kita buka hati bagi Sang Terang yang telah berjanji. Terang itu hadir
dalam diri Yesus Kristus, yang memberikan kedamaian dan kegembiraan sejati. Ia
adalah Terang yang tidak hanya menyinari hidup kita, tetapi juga mengubah
pandangan kita tentang kegelapan. Sebesar apa pun kekhawatiran, luka, atau
pergumulan yang kita alami, Advent mengingatkan kita bahwa dalam Yesus ada
pengharapan dan kegembiraan yang tak terbatas. Adven adalah waktu untuk
merenungkan, menanti, dan bersiap. Saat kita menantikan terang yang akan
datang, mari renungkan Yesaya 9:1-7 dalam hati kita. Terang itu telah datang,
dan Ia akan datang lagi. Di tengah malam yang gelap, kita dapat berkata dengan
keyakinan dan kegembiraan, “Terang itu telah bersinar, dan kegelapan tidak akan
pernah mengalahkannya.”
Komentar
Posting Komentar