RENUNGAN #15 "Menyambut Kehadiran Kristus di Betlehem Hati Kita" (MENUJU TANGGAL 25 DESEMBER)

 



(Wahyu 3:20: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”)

Betlehem menjadi tempat pertama di mana dunia menyaksikan kehadiran Allah yang menjelma menjadi manusia. Dalam kesederhanaan palungan, kasih dan kemuliaan Allah diterima oleh orang-orang sederhana seperti para gembala. Namun, tidak semua orang menyambut kelahiran ini dengan sukacita. Herodes, yang menganggap Kristus sebagai ancaman, memilih untuk menolak-Nya dengan cara yang kejam.

Betlehem bukan hanya sebuah tempat fisik; ia adalah simbol hati manusia yang dipanggil untuk menyambut Yesus. Sama seperti Betlehem yang memberikan tempat bagi Sang Juruselamat, hati kita juga dapat menjadi Betlehem rohani, tempat Yesus bertakhta.

Hati yang terbuka untuk Yesus adalah hati yang bersedia untuk diubahkan oleh kasih-Nya. Tetapi, bagaimana kita mempersiapkan hati kita menjadi Betlehem rohani? Berikut adalah beberapa langkah praktis berdasarkan ajaran Alkitab dan praktik spiritual:

1.      Refleksi Diri: Luangkan waktu untuk merenungkan apakah hati kita sudah siap menerima Kristus. Apakah ada dosa, kekhawatiran, atau kesibukan yang membuat pintu hati kita tertutup?

2.      Pertobatan: Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus dengan menyerukan pertobatan (Matius 3:2). Pertobatan membuka ruang bagi kasih karunia Allah untuk bekerja dalam hidup kita.

3.      Doa dan Devosi: Sama seperti Maria yang merenungkan setiap hal yang terjadi dalam hatinya (Lukas 2:19), kita diajak untuk mendekat kepada Allah melalui doa, meditasi Firman, dan ibadah pribadi.

4.      Kebaikan kepada Sesama: Menyambut Kristus berarti mencerminkan kasih-Nya dalam tindakan kita sehari-hari. Bagikan kasih itu kepada orang-orang di sekitar kita, terutama kepada mereka yang membutuhkan.

Di era modern yang sering kali dipenuhi oleh hiruk-pikuk Natal yang materialistis, kita perlu kembali ke inti iman: menyambut kehadiran Kristus. Beberapa praktik spiritual yang relevan:

  • Retret Natal: Mengambil waktu sejenak untuk menyendiri, berdoa, dan mendalami makna Natal. Bila saudara menginginkan saya dapat membantu untuk membuat doa meditasi natal yang berguna bagi kita.
  • Advent Calendar Rohani: Menggunakan kalender Advent untuk merenungkan tema-tema iman setiap hari menjelang Natal. Salah satunya seperti yang kami kirimkan menuju tanggal 25 Desember ini
  • Berbagi Berkat: Seperti para majus yang membawa persembahan, kita dapat memberi kepada orang lain sebagai ungkapan syukur.
  • Ibadah Malam Natal: Bergabung dalam ibadah komunitas untuk menyambut kehadiran Yesus secara bersama-sama.

Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta dan martir Kristen dari Jerman, menulis surat-surat yang mendalam tentang iman dari penjara Nazi. Di tengah kegelapan dan penderitaan, Bonhoeffer menjadikan hatinya sebagai Betlehem, tempat di mana dia menyambut kedamaian Kristus. Dalam suratnya, dia menulis, “Kristus lahir dalam kegelapan, di tengah kekacauan, tetapi Dia membawa terang yang tidak bisa dipadamkan.”

Bonhoeffer mengingatkan kita bahwa menyambut Kristus bukanlah tentang keadaan eksternal, melainkan tentang membuka hati kita untuk kasih dan damai yang Dia tawarkan.

Refleksi Pribadi: Apakah Hati Kita Sudah Siap?

Ketika Natal mendekat, mari kita bertanya: Apakah hati kita telah menjadi tempat di mana Kristus dapat berdiam? Apakah kita memberi ruang bagi-Nya di tengah kesibukan, ketakutan, atau kecemasan kita?

Kristus mengetuk pintu hati kita hari ini. Dia ingin masuk dan tinggal, membawa sukacita, pengharapan, dan kedamaian. Mari kita jadikan hati kita Betlehem yang siap menerima kehadiran-Nya.




Referensi

1.      Alkitab (Wahyu 3:20, Matius 3:2, Lukas 2:19, Yohanes 1:11-12)

2.      Dietrich Bonhoeffer, Letters and Papers from Prison (refleksi tentang Natal dalam penderitaan)

3.      Richard J. Foster, Prayer: Finding the Heart's True Home (tentang doa yang membuka hati bagi Allah)

4.      Henri Nouwen, The Way of the Heart (mengenai membuka hati untuk Kristus)

5.      Philip Yancey, The Jesus I Never Knew (tentang kemuliaan Allah dalam kesederhanaan Natal).

Komentar