(Wahyu
3:20: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang
mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan
makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”)
Betlehem menjadi tempat
pertama di mana dunia menyaksikan kehadiran Allah yang menjelma menjadi
manusia. Dalam kesederhanaan palungan, kasih dan kemuliaan Allah diterima oleh
orang-orang sederhana seperti para gembala. Namun, tidak semua orang menyambut kelahiran
ini dengan sukacita. Herodes, yang menganggap Kristus sebagai ancaman, memilih
untuk menolak-Nya dengan cara yang kejam.
Betlehem bukan hanya
sebuah tempat fisik; ia adalah simbol hati manusia yang dipanggil untuk
menyambut Yesus. Sama seperti Betlehem yang memberikan tempat bagi Sang
Juruselamat, hati kita juga dapat menjadi Betlehem rohani, tempat Yesus
bertakhta.
Hati yang terbuka untuk
Yesus adalah hati yang bersedia untuk diubahkan oleh kasih-Nya. Tetapi,
bagaimana kita mempersiapkan hati kita menjadi Betlehem rohani? Berikut adalah
beberapa langkah praktis berdasarkan ajaran Alkitab dan praktik spiritual:
1.
Refleksi Diri:
Luangkan waktu untuk merenungkan apakah hati kita sudah siap menerima Kristus.
Apakah ada dosa, kekhawatiran, atau kesibukan yang membuat pintu hati kita
tertutup?
2.
Pertobatan:
Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus dengan menyerukan pertobatan
(Matius 3:2). Pertobatan membuka ruang bagi kasih karunia Allah untuk bekerja
dalam hidup kita.
3.
Doa dan Devosi:
Sama seperti Maria yang merenungkan setiap hal yang terjadi dalam hatinya
(Lukas 2:19), kita diajak untuk mendekat kepada Allah melalui doa, meditasi
Firman, dan ibadah pribadi.
4.
Kebaikan kepada Sesama:
Menyambut Kristus berarti mencerminkan kasih-Nya dalam tindakan kita
sehari-hari. Bagikan kasih itu kepada orang-orang di sekitar kita, terutama
kepada mereka yang membutuhkan.
Di era modern yang
sering kali dipenuhi oleh hiruk-pikuk Natal yang materialistis, kita perlu
kembali ke inti iman: menyambut kehadiran Kristus. Beberapa praktik spiritual
yang relevan:
- Retret Natal:
Mengambil waktu sejenak untuk menyendiri, berdoa, dan mendalami makna
Natal. Bila saudara menginginkan saya dapat membantu untuk membuat doa
meditasi natal yang berguna bagi kita.
- Advent Calendar Rohani:
Menggunakan kalender Advent untuk merenungkan tema-tema iman setiap hari
menjelang Natal. Salah satunya seperti yang kami kirimkan menuju tanggal
25 Desember ini
- Berbagi Berkat:
Seperti para majus yang membawa persembahan, kita dapat memberi kepada
orang lain sebagai ungkapan syukur.
- Ibadah Malam Natal:
Bergabung dalam ibadah komunitas untuk menyambut kehadiran Yesus secara
bersama-sama.
Dietrich Bonhoeffer,
seorang pendeta dan martir Kristen dari Jerman, menulis surat-surat yang
mendalam tentang iman dari penjara Nazi. Di tengah kegelapan dan penderitaan,
Bonhoeffer menjadikan hatinya sebagai Betlehem, tempat di mana dia menyambut
kedamaian Kristus. Dalam suratnya, dia menulis, “Kristus lahir dalam kegelapan,
di tengah kekacauan, tetapi Dia membawa terang yang tidak bisa dipadamkan.”
Bonhoeffer mengingatkan
kita bahwa menyambut Kristus bukanlah tentang keadaan eksternal, melainkan
tentang membuka hati kita untuk kasih dan damai yang Dia tawarkan.
Refleksi Pribadi:
Apakah Hati Kita Sudah Siap?
Ketika Natal mendekat,
mari kita bertanya: Apakah hati kita telah menjadi tempat di mana Kristus dapat
berdiam? Apakah kita memberi ruang bagi-Nya di tengah kesibukan, ketakutan,
atau kecemasan kita?
Kristus mengetuk pintu
hati kita hari ini. Dia ingin masuk dan tinggal, membawa sukacita, pengharapan,
dan kedamaian. Mari kita jadikan hati kita Betlehem yang siap menerima
kehadiran-Nya.
Referensi
1.
Alkitab (Wahyu 3:20, Matius 3:2, Lukas
2:19, Yohanes 1:11-12)
2.
Dietrich Bonhoeffer, Letters and
Papers from Prison (refleksi tentang Natal dalam penderitaan)
3.
Richard J. Foster, Prayer: Finding
the Heart's True Home (tentang doa yang membuka hati bagi Allah)
4.
Henri Nouwen, The Way of the Heart
(mengenai membuka hati untuk Kristus)
5.
Philip Yancey, The Jesus I Never Knew
(tentang kemuliaan Allah dalam kesederhanaan Natal).
Komentar
Posting Komentar