KAKA
NELAMATKEN AGINA
KELUARAN 2:1-10
Aron Ginting Manik, S.Si Teol C,CM
Teks dan Konteks
Miryam
adalah saudara perempuan dari Musa dan Harun. Seperti kita ketahui, ketika masa
kelahiran Musa, Firaun memerintahkan kepada para bidan dan seluruh kalangan
masyarakat untuk membunuh bayi laki-laki Ibrani. Mengingat jumlah bangsa Ibrani
(sekarang disebut ISRAEL) sangat banyak jumlahnya. Sehingga Pemerintahan MESIR
mengalami ketakutan, terjadi pemberontakan apabila kaum laki-laki Ibrani
semakin banyak.
Miryam
memiliki peran besar dalam penyelamatan Musa, saat dia baru lahir. Tentu semua
oleh karena karya Allah kepada Miryam, agar tergenapi nubuatan Allah akan
pembebasan bangsa ISRAEL dari tanah Mesir.
Berdasarakan
Kisah ini, tentu hal baik kita dapatkan dari sikap Miryam kepada saudaranya. Namun, apakah dikemudian hari hubungan
mereka baik-baik saja?
Singkat
cerita, saat Musa dewasa, Ia akhirnya mengetahui asal-usulnya dan menemukan
saudaranya yakni Harun dan Musa. Cerita mereka tidak seperti Tangkuban Perahu
yang menumbuhkan rasa cinta anak kepada ibunya. Pertikaian mereka, terjadi
ketika Musa mempersunting perempuan Kush. Pernikahan yang tidak direstui oleh
Harun dan Miryam. Pertengkaran mereka sangat hebat, sampai membuat diri Miryam
mendapat hukuman dan harus disucikan selam 7 hari lamanya.
Aplikasi
Telah
banyak riset yang menunjukkan hubungan kakak adik yang baik memiliki dampak
positif. Di antaranya, terhindar dari depresi di usia dewasa dan mampu
menjalani hidup dengan lebih bahagia. Hubungan yang ’bersahabat’ juga akan
membuat mereka lebih kuat menghadapi kejadian traumatis atau sakit. Kakak adik
akan saling memberi dukungan secara emosional, sosial maupun psikologi walaupun
mungkin nanti mereka tinggal berjauhan.
Berikut
ini tiga alasan mengapa hubungan kakak beradik sangat penting:
·
Tidak seperti hubungan pertemanan,
ikatan kakak beradik tak akan pernah putus. Riset menunjukkan, tali
persaudaraan ini seringkali menjadi hubungan terlama dalam hidup seseorang.
·
Hubungan saudara kandung sangat
alamiah. Mereka berbagi orangtua yang sama, lingkungan yang sama, ingatan
bahkan mungkin pengalaman yang tidak jauh beda.
·
Saudara kandung kita adalah bagian
dari pohon keluarga. Ini berarti ia adalah bagian dari hidup kita, seseorang
yang memiliki sejarah yang sama membuat tak ada hubungan lain yang bisa
menandinginya.
Lalu bagaimana dengan
tidak saudara kandung?
Budaya
Karo mengajarkan kita tentang budaya “ertutur”
yang tujuannya mempersatukan relasi kita, secara khusus kita yang bersuku karo dan
termasuk mereka yang telah diberikan marga/beru. Atau dengan kata lain, ikatan
saudara tidak hanya terbangun karena Orangtua yang sama, lebih daripada itu
dalam “ertutur” relasi keluarga juga terbangun.
GBKP
masih membangun dan meawriskan hubungan ini. Karena itu, saat kita diperantauan
dan masuk ke GBKP; kita akan menemukan dan membangun kekeluargaan didalamnya.
Alhasil,
melalui bahan PA ini; Pertama-tama kita diingatkan untuk saling mengasihi dan
peduli kepada keluarga kita di GBKP, secara khusus dalam hubugan PERMATA-KAKR
Masalahnya
Permata
sering kali merasa malu dan malas untuk membangun interaksi sosial dengan KAKR.
Istilah saat ini, KAKR di diskreditkan sebagai kalangan “BOCAH INGUSAN” atau “GENERASI
MICIN”. Padahal bila ditelusuri lebih jauh, dahulu kita juga dianggap demikian
oleh Kakak kita semua.
TAHUKAH KITA?
Seorang
anak yang menjadi korban dari bullying dari saudara kandungnya akan
mengembangkan perasaan tidak berdaya dan terasing. Ia juga mungkin akan merasa
sendirian untuk menghadapi perasaan bingung, frustasi, dan tidak berdaya. Maka
tidak heran ketika penderitaan seperti itu diabaikan, seorang anak tidak merasa
aman di dalam rumahnya. Dengan begitu, seorang anak yang rasa sakitnya
diabaikan oleh orangtua akan menarik diri dari keluarga.
Keheningan
seperti itu dapat semakin memunculkan rasa isolasi yang dapat menyebabkan
intimidasi orang lain di luar konteks keluarga. Tidak mengherankan jika terjadi
kurangnya hubungan emosional, bahkan bagi beberapa orang yang pernah
mengalaminya sangat merindukan koneksi dengan orang lain. Kondisi tersebut juga
justru malah bisa menumbuhkan rasa sakit dan kemarahan yang cukup besar dan
kemudian memutuskan hubungan dengan saudara atau keluarganya.
Dampak
lainnya akibat bullying saudara kandung adalah anak akan bergaul dengan teman
sebaya yang juga merasa terisolasi, marah, dan tidak berdaya. Anak-anak
tersebut berafiliasi menjadi geng. Tidak jarang orang-orang seperti ini
akhirnya berujung kecanduan hal-hal yang terlarang.
JADI BAGAIMANA
Seperti
telah diingatkan pada bagian sebelumnya, hubungan persaudaran MUSA juga tidak
berjalan mulus. Dalam relasinya dikemudian hari, didapati pemberontakan Miryam
dan Harun kepada Musa. Namun, bagaimana setelahnya? Apakah MUSA tega melihat
hukuman yang diterima Miryam? Tidak, Musa meminta Allah untuk mengampuninya.
Dengan kata lain,
sebagaimanapun pertengkaran dan perbedaan pendapat juga pemikiran kita kepada
saudara kita. Mereka tetaplah saudara kita dan tidak akan senang apabila
saudara celaka.
Sekalipun,
ketegaan itu ada; seperti banyak kasus yang memperlihatkan pertikaian antara
saudara kandung. Kesemua hal tersebut tidak menyelesaikan apapun, selain
menambahi masalah baru.
Jadi, kita harus apa?
Tidak ada yang lebih membantu
memperluas sudut pandang kita selain memperbesar rasa peduli kita kepada orang
lain. Peduili berarti berempati kepada orang lain. Dengan peduli kita berusaha menempatkan
diri kita pada posisi orang lain, tidak memikirkan diri sendiri dan membyangkan
bagaimana rasanya bila kita yang mengalami kesulitan yang dialami orang lain
itu, dan sekaligus berbelas kasih pada orang tersebut. Harus diakui bahwa persoalan
orang lain, rasa sakitnya dan frustasinya, persis seperti yang kita rasakan malahan
kadang – kadang lebih parah.
Mengakui kenyataan ini
dan berusaha menawarkan bantuan akan membuka hati kita dan memperbesar rasa
syukur kita.
Rasa peduli dapat dikembangkan dengan melatih diri sendiri. Untuk melakukannya, kita membutuhkan dua hal: niat dan tindakan. Dengan berniat berarti kita ingat untuk membuka hati kita kepada orang lain; menyampaikan apa dan siapa yang jadipersoalan, dari diri kita ke diri orang lain. Dengan bertindak berarti kita “melakukan apa yang harus kita lakukan untuknya.” Sebagai Permata kita bisa menemani aktivitas mereka dengan berbicara tentang pergaulan mereka atau kesenangan mereka. Bisa pula dengan cara menceritakan tentang hal-hal baru melalui teladan baik kepada mereka. Jadi, tidak penting ukuran dari perbuatan, pokoknya lakukan sesuatu. Seperti yang dikatakan ibu Teresa, “Kita tidak dapat melakukan hal-hal besar di dunia ini. Kita hanya dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta kasih yang besar.”
Komentar
Posting Komentar