Membawa Keluarga Memuji dan Menyembah Tuhan Yosua 24:14-24 (Refrensi Khotbah Minggu GBKP 09 Feb 2025)
Pendahuluan
Bulan Februari sering kali
dikaitkan dengan kasih sayang, mengingat adanya perayaan kasih dalam berbagai
budaya. Namun, kasih yang sejati berasal dari Tuhan, dan keluarga adalah tempat
pertama di mana kasih itu harus bertumbuh. Dalam Yosua 24:14-24, Yosua
memberikan tantangan kepada bangsa Israel untuk memilih siapa yang akan mereka
layani. Dengan tegas, ia berkata, "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN."
Dalam refleksi Minggu Epifania
ini, kita diajak untuk melihat bagaimana keluarga kita dapat dibangun menjadi
tempat yang memancarkan terang Tuhan melalui pujian dan penyembahan. Melalui
pandangan filsafat dan psikologi, kita akan memahami bagaimana iman yang kuat
dalam keluarga dapat membentuk karakter dan kebahagiaan yang lebih mendalam.
Komitmen untuk Memilih Tuhan
(Yosua 24:14-24)
Yosua memberikan tantangan yang
jelas kepada umat Israel: mereka harus memilih untuk setia kepada Tuhan atau
mengikuti ilah-ilah lain. Dalam konteks keluarga, pilihan ini juga berlaku.
Seorang ayah atau ibu memiliki peran penting dalam menentukan arah spiritual
keluarganya.
Bayangkan seorang pelukis yang
ingin melukis pemandangan indah. Jika ia tidak memilih warna yang tepat,
lukisan itu tidak akan memiliki makna. Demikian pula, jika dalam keluarga kita
tidak memilih Tuhan sebagai pusat, maka kehidupan kita akan kehilangan arah.
Dalam filsafat eksistensialisme,
pilihan yang kita buat menentukan makna hidup kita. Begitu pula dalam iman,
memilih untuk memuji dan menyembah Tuhan adalah tindakan yang memberikan
kehidupan kita tujuan yang jelas.
Menjadikan Rumah sebagai
Tempat Ibadah (Kejadian 35:2)
Kejadian 35:2 menunjukkan
bagaimana Yakub memerintahkan keluarganya untuk menyingkirkan berhala dan
menyucikan diri sebelum mendirikan mezbah bagi Tuhan. Prinsip ini relevan bagi
kita saat ini. Rumah bukan hanya tempat beristirahat, tetapi juga tempat kita
bertumbuh dalam iman.
Seorang psikolog keluarga
mengatakan bahwa kebiasaan kecil seperti berdoa bersama atau menyanyikan lagu
rohani dapat menciptakan ikatan yang lebih erat antar anggota keluarga. Dalam
psikologi perkembangan, lingkungan yang penuh kasih dan iman dapat membentuk
anak-anak yang lebih stabil secara emosional.
Jika kita ingin membawa keluarga
kita memuji dan menyembah Tuhan, kita harus mulai dengan membersihkan
"berhala" dalam kehidupan modern, seperti kesibukan berlebihan, media
sosial yang menyita perhatian, atau ambisi duniawi yang menggeser prioritas
utama kita.
Kasih dalam Keluarga sebagai
Bentuk Ibadah (Kolose 3:18-25)
Kolose 3:18-25 mengajarkan
tentang peran dalam keluarga—suami, istri, anak-anak, dan bahkan pekerja. Semua
diajak untuk melakukan tugas mereka dengan kasih dan ketaatan kepada Tuhan. Hal
ini menunjukkan bahwa menyembah Tuhan bukan hanya dalam nyanyian, tetapi juga
dalam bagaimana kita memperlakukan satu sama lain.
Seorang filsuf Stoik, Marcus
Aurelius, pernah berkata bahwa kehidupan yang baik bukanlah hasil dari
kemewahan, tetapi dari kebijaksanaan dalam bersikap terhadap sesama. Dalam
keluarga Kristen, sikap penuh kasih dan pelayanan terhadap anggota keluarga adalah
bentuk ibadah yang nyata.
Ketika seorang ayah dengan sabar
mendengarkan keluh kesah anaknya, atau seorang ibu tetap setia berdoa bagi
keluarganya, mereka sedang membawa keluarganya untuk lebih dekat kepada Tuhan.
Pengorbanan kecil yang dilakukan dengan kasih adalah bentuk pujian kepada
Tuhan.
Penutup
Ketika Yosua memilih untuk
melayani Tuhan bersama keluarganya, ia memahami bahwa keputusan ini akan
membentuk masa depan mereka. Demikian pula, dalam Minggu Epifania ini, kita
dipanggil untuk menjadikan rumah kita sebagai tempat pujian dan penyembahan. Dengan
memahami makna teologis, filsafat, dan psikologi dari keluarga yang hidup dalam
iman, kita dapat membangun kehidupan yang lebih penuh kasih dan bermakna.
Refleksi:
- Apakah kita telah memilih Tuhan sebagai pusat dalam
keluarga kita?
- Bagaimana kita bisa menjadikan rumah kita sebagai
tempat ibadah yang nyata?
- Dalam tindakan apa kita bisa lebih menunjukkan
kasih sebagai bentuk penyembahan kepada Tuhan?
Kiranya setiap keluarga menjadi
terang yang memancarkan kasih dan kebenaran Tuhan, sehingga pujian dan
penyembahan kita tidak hanya terdengar dalam lagu, tetapi juga terlihat dalam
hidup kita sehari-hari.
Komentar
Posting Komentar