Hari Keempat Pekan Doa GBKP 2025 "Indah Pada Waktunya" (Pengkhotbah 3:1–8)

 


Tidak ada satu musim pun yang datang secara kebetulan. Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan memiliki waktu yang ditetapkan — waktu lahir, waktu mati, waktu menangis, waktu tertawa, waktu menanam, waktu mencabut. Semua berjalan dalam siklus yang kadang membuat kita lelah, bingung, atau bahkan frustrasi. Namun, Pengkhotbah ingin mengingatkan kita bahwa semuanya “ada masanya” — dan pada waktunya, Tuhan membuat segalanya indah.

Ayat ini bukan sekadar penghiburan, tetapi sebuah pengajaran rohani yang mengakar dalam iman kepada Allah yang Mahabijaksana. Dalam dunia yang menuntut segala sesuatu terjadi secepat mungkin, kita sering terjebak ingin mengendalikan waktu dan menolak proses. Tetapi firman hari ini mengajak kita untuk berserah, mempercayakan waktu kita kepada Sang Pemilik Waktu.

1. Kesabaran dalam Proses: Menemukan Indah di Tengah Ketidakpastian

Terkadang yang membuat hidup terasa berat bukanlah penderitaan itu sendiri, tetapi ketidaktahuan sampai kapan penderitaan itu akan berlangsung. Kita bisa bertahan dalam musim duka jika tahu kapan duka itu akan berakhir. Tapi justru di situ Tuhan mengajak kita untuk mempercayakan waktu-Nya, bukan menuntut jawaban instan.

Doa yang sejati bukanlah mendesak waktu Tuhan, melainkan melatih hati kita untuk setia dan percaya, bahkan ketika belum melihat hasilnya. Kita belajar untuk berjalan bersama Tuhan, bukan mendahului-Nya.

2. Melihat Keindahan Bukan Dari Keadaan, Tetapi Dari Kedaulatan Tuhan

Sering kali, kita menilai sesuatu "indah" hanya jika sesuai dengan harapan kita. Tapi firman ini menyatakan: "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya." Artinya, keindahan sejati bukan karena segala sesuatu berjalan lancar menurut kita, melainkan karena Tuhan mengolah segalanya dalam rencana kekal-Nya.

Ada saat di mana kita tidak mengerti mengapa Tuhan mengizinkan luka, penantian, atau bahkan kegagalan. Namun justru dalam rentang waktu yang panjang, kita mulai melihat pola benang-benang takdir yang Tuhan tenun menjadi karpet keindahan. Tidak selalu cepat, tapi pasti.

3. Doa: Menyelaraskan Hati Dengan Waktu Tuhan

Berdoa di tengah waktu yang tidak pasti adalah tindakan iman. Bukan untuk mempercepat musim, tetapi untuk menyelaraskan langkah kita dengan waktu Tuhan. Dalam doa, kita dilatih untuk mengucap syukur dalam musim tertawa maupun menangis, dalam musim menanam maupun mencabut.

Ketika kita berdoa, kita sedang berkata:
“Tuhan, aku percaya Engkau tahu kapan waktuku menangis, kapan waktuku menari, dan Engkau tidak akan membiarkan satu musim pun sia-sia.”

4. Gereja yang Sabar Adalah Gereja yang Dewasa

Sebagai jemaat dan pelayan Tuhan, kita sering dituntut untuk menghasilkan hasil pelayanan dalam waktu cepat: pertumbuhan anggota, perubahan sikap jemaat, atau dampak pelayanan sosial. Tapi mari kita belajar dari kebenaran ini: Gereja bukan pabrik instan, melainkan ladang Allah.

Dan ladang perlu waktu untuk berbuah. Ada musim di mana kita hanya menanam, menyiram, dan tidak melihat hasil. Tapi Tuhan memanggil kita untuk setia. Sebab Dia-lah yang akan membuat segalanya indah pada waktunya — bukan karena strategi kita, tetapi karena kasih karunia-Nya.


Refleksi Hari Ini

  • Apakah kita sedang berada di musim menabur atau musim menuai?

  • Apakah kita mau tetap setia meski belum melihat hasil?

  • Apakah kita masih percaya bahwa waktu Tuhan selalu lebih baik dari rencana kita sendiri?

Mari dalam Pekan Doa ini, kita belajar menantikan Tuhan — bukan dengan pasif, tetapi dengan iman yang aktif dan hati yang percaya penuh. Kita berseru bukan hanya agar musim cepat berubah, tetapi agar hati kita diubah dalam prosesnya.

Karena waktu-Nya selalu tepat, dan pada waktunya, segala sesuatu akan menjadi indah.

Solus Christus. Soli Deo Gloria.

Komentar